Haikal Sebastian Keano, tidak menyangka bahwa wanita yang telah melakukan cinta satu malam dengannya adalah calon istri kakaknya, Ghisell Carissa Adelardo. Karena yang mereka lakukan disaat mereka sedang sama-sama mabuk.
Padahal sang kaka, Rafael, begitu sangat mencintai Ghisell, dan Ghisell juga mencintai Rafael, apalagi sebentar lagi mereka akan menikah.
Lalu bagaimana kisah mereka nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tiga
Ghisell merenung di dalam kamar, setelah Rafael dan keluarganya pulang. Dia tidak percaya Rafael akan menerima dirinya padahal Rafael sudah tau Ghisell bukan gadis lagi.
"Dia menerima aku apa adanya, bahkan dia akan berubah. Dan dari dulu aku ingin hidup bersamanya. Jadi apa lagi yang diberatkan?'
Ghisell memandangi boneka panda berwarna biru dan cincin couple pemberian dari Haikal. Dia menghela nafas berkali-kali.
"Kak Rafael benar, aku harus mengubur semua tentang kejadian itu, aku tidak boleh mengingatnya lagi. Oke aku anggap semua itu hanya mimpi buruk."
Ghisell menyimpan boneka dan cincin couple itu ke dalam dus, biar nanti dia akan menyimpan semua itu di gudang.
Ghisell meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, dia duduk di tepi ranjang, dia ingin memblokir nomor Haikal agar tidak bisa berhubungan lagi dengan dia.
"Tapi bagaimana kalau dia masih menungguku sampai sekarang?"
"Ah tidak mungkin, dia tidak mungkin menunggu aku sampai selama itu."
Ghisell memutuskan untuk mengirim pesan terakhirnya pada Haikal, agar pria itu berhenti mengharapkannya.
[Hai_
"Kenapa harus diawali kata hai?" Ghisell menghapus lagi kata hai itu.
[Malam_
"Ah tidak, aku tidak perlu menyapanya. Lebih baik langsung to the point aja." Ghisell menghapus kata malam.
Setelah melalu proses hapus, edit, dan hapus lagi. Akhirnya dia mengirim pesan itu pada Haikal.
[Kamu benar awal pertemuan kita sangat tidak wajar, bahkan aku selalu menganggap semua itu mimpi buruk. Karena itu aku ingin bangun dari mimpi burukku, aku ingin melupakan apapun yang terjadi diantara kita. Aku hanya ingin menjalani hidup kembali seperti semula sebelum bertemu dengan kamu. Karena itu aku ingin kita melupakan apapun tentang kita, bahkan jika kita tidak sengaja bertemu, aku ingin kita bersikap seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Kamu tidak perlu merasa bersalah padaku, karena kekasihku telah menerima kekuranganku dan kita akan segera menikah. Ini adalah permintaanku. Aku harap kamu mau mengabulkan permintaanku.]
Dengan gugup Ghisell mengirim pesan itu pada Haikal, dia menggigit bibir bawahnya saat melihat ceklis biru, itu tandanya Haikal sudah membaca pesannya.
"Oh dia sudah membaca pesanku!"
Ghisell merasa gugup sekali. Dengan ragu-ragu Ghisell memblokir nomornya agar tidak berhubungan lagi dengan Haikal.
"Aku harap keputusan aku benar memilih kak Rafael, karena itu adalah impian dan keinginan aku dari dulu. Bahkan kita saling mencintai." Ghisell meyakinkan hatinya sendiri.
...****************...
"Haikal belum pulang juga bik?" tanya Karin kepada sang ART.
"Belum nyonya." jawab sang ART.
"Padahal ini sudah malam lho. Ya udah bibi boleh pergi."
"Iya, nyonya. Saya permisi dulu." sang ART pun segera pergi ke tempat khusus para ART di sebuah bangunan besar, di belakang rumah.
Karin hanya mengangguk kepala, dia membiarkan sang ART itu pergi. Karin baru sampai rumah beserta anak dan suaminya. Mereka berkumpul di ruang tengah sambil istirahat. Mungkin karena mereka terlalu kenyang, masakan mamanya Ghisell memang sangat memanjakan lidah.
"Nah Haikal baru kirim pesan, katanya dia akan menginap di apartemen Raymond." ucap Bara.
"Yah padahal mama ingin mengetahui apa cintanya di terima apa tidak oleh wanita itu. Biar kita segera melamarnya juga. Enaklah jadi punya menantu dua nanti." Karin mengatakan itu sambil terkekeh.
Sementara itu Rafael dari tadi terlihat murung, dia hanya duduk bersandar di sofa. Pikirannya sedang kacau saat ini, walaupun dia bilang akan menerima Ghisell apa adanya, tetap saja hatinya sakit membayangkan tubuh wanita yang dia cintai di jamah pria lain.
"Ma, Pa, Rafael tidur duluan ya." Pamit Rafael , dia melangkah pergi dengan begitu lesu.
"Rafael kenapa ya Pa? Kenapa dari tadi diam terus?" Karin merasa aneh dengan sikap Rafael yang seharusnya dia senang mengingat hari pernikahan mereka sebentar lagi.
"Nggak tau, Ma. Lebih baik kita masuk ke kamar aja yuk. Mumpung belum terlalu malam." Bara malah menarik tangan sang istri membawanya masuk ke dalam kamar. Sebenarnya Bara sudah tau Haikal saat ini sedang patah hati. Biar nanti dia membicarakan masalah Haikal di dalam kamar.
Begini pesan dari Haikal.
[Wanita itu menolak cintaku, Pa. Maaf aku gagal menjadi pria yang bertanggung jawab. Aku malam ini ingin tidur di apartemen Raymond.]
Haikal memang tidak ingin memperlihatkan kesedihan didepan keluarganya.
Di dalam kamar , Rafael pergi ke kamar mandi, membasahi seluruh tubuhnya di bawah guyuran air shower, hatinya sungguh terasa begitu sangat panas, memendam emosi yang begitu dalam terhadap pria yang telah meniduri calon istrinya.
"Argghhhh..."
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Rafeal memukul-mukul dinding kamar mandi itu untuk melepaskan semua amarahnya. Tanpa terasa air matanya mengalir, begitu sangat tersiksa hati dan perasaannya.
"Brengsek! Aku akan mencarimu sampai aku bisa memukulmu dengan tangan aku sendiri, bahkan aku akan jamin hidupmu tidak akan bahagia."
...****************...
"Jadi cewek itu akan segera menikah?" Raymond mengulangi perkataan Haikal.
Haikal terlihat sangat begitu sedih, dia hanya tiduran di sofa sambil menutup matanya dengan lengannya, "Iya, aku salah mengira. Aku pikir setelah aku dan dia menghabiskan waktu bersama di festival itu, ada sedikit harapan untukku untuk mendapatkan hatinya. Tapi rupanya aku terlalu percaya diri."
"Ya bisa aja dia emang sudah punya rasa sama lu tapi dia sendiri gak nyadar, atau mungkin dia tau perasaannya gimana ,tapi dia pasti akan memilih orang sudah lama menemaninya dibanding lu."
"Entahlah, hati gue sakit banget Ray." lirih Haikal, hatinya begitu terasa sangat sesak.
"Bagaimanapun juga itu sudah jadi keputusan dia, Kal. Jadi gue harap lu bisa menghargai keputusannya."
Mata Haikal berkaca-kaca mendengarnya, beginilah tersiksanya menjadi seorang laki-laki, tidak bebas dalam menyalurkan rasa sedihnya, padahal hatinya juga sama rapuhnya. Masih terbayang jelas setiap moment dia bersama Ghisell. Wajah jutek yang selalu ditunjukan Ghisell kepadanya, dan di festival itu Ghisell tanpa sadar menunjukan sikap manja dan cerianya bahkan senyuman manisnya membuat rasa cinta itu semakin cepat bersemayam di hati Haikal.
Rasanya sangat sulit merelakan wanita yang dicintai harus menikah dan menjadi milik orang lain. Tapi mau bagaimana lagi, Ghisell tidak ingin diperjuangkan olehnya, bahkan tak pernah meminta tanggung jawab darinya. Haikal tidak bisa memaksanya lagi, kecuali jika ada satu alasan kuat yang membuat dia tidak boleh berhenti memperjuangkannya.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya...