NovelToon NovelToon
Dijual Keluarga Pada Mafia Kejam

Dijual Keluarga Pada Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Balas dendam pengganti
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Elfrida Sitorus

Dijual kepada mafia kejam, Arini disiksa dan dikurung dalam neraka bernama cinta. Tapi tak seperti gadis lemah dalam dongeng, Arini memilih bangkit. Karena tidak semua cinta pantas diperjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfrida Sitorus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 32

Siang itu, matahari Jakarta menyengat, tapi suasana di kediaman O’Reilly tetap terlihat tenang. Di taman belakang, Rian berlari-lari kecil sambil memegang mobil-mobilan. Tawa anak itu terdengar renyah, membuat para pengawal yang berjaga sedikit mengendurkan kewaspadaan. Namun mereka tidak tahu, di balik pagar tinggi itu, mata-mata Leonardo sudah berada di posisi masing-masing.

Seorang pria berkemeja abu-abu yang berpura-pura sebagai teknisi kabel internet sedang berada di luar pagar. Ia memegang tablet kecil, seolah memeriksa koneksi, padahal ia sedang memantau pergerakan para pengawal dan menandai waktu-waktu kosong di area bermain Rian.

Melalui alat komunikasi tersembunyi di telinganya, suara Leonardo terdengar dingin.

 “Tunggu momen ketika pengasuhnya lengah. Jangan ambil anak itu… cukup dekati, biar dia terbiasa melihatmu.”

beberapa menit kemudian,Kesempatan itu muncul ketika ponsel pengasuh Rian berdering. Panggilan dari dapur mansion memintanya datang sebentar untuk membantu memilih menu makan siang. Ia ragu meninggalkan Rian sendirian, tapi jaraknya hanya beberapa meter dan pengawal terlihat berjaga.

“Rian, sebentar ya. Jangan pergi dari sini,” katanya.

Rian mengangguk patuh.

Begitu pengasuh itu masuk ke dalam rumah, seorang pria bertubuh tegap yang menyamar sebagai petugas kebersihan di area samping rumah bergerak.

Tangannya memegang sebuah bola merah, pura-pura tersenyum ramah. Ia berjalan perlahan, seakan tidak punya niat jahat.

“Halo, Nak.Bola ini punya kamu?” ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Rian mengangkat wajahnya dan tersenyum polos. “Iya, itu kayak di rumahku dulu…” jawabnya sambil berdiri dari ayunan.

Jarak mereka tinggal setengah meter.

Namun sebelum pria itu sempat berbicara lebih jauh, salah satu pengawal asli keluarga O’Reilly melintas di jalur patroli. Matanya langsung menyipit melihat orang asing yang terlalu dekat dengan Rian.

“Hei! Kau ngapain di sini?” bentaknya.

Pria itu tersenyum canggung, mengangkat bola. “Oh, saya cuma mau kasih ini ke anaknya. Tadi terjatuh di luar.”

Pengawal itu langsung mengambil bola dari tangannya. “Terima kasih… sekarang kembalilah ke posisimu.” Nada suaranya datar, tapi tatapannya tajam.

Rian hanya melambai kecil pada pria itu. “Terima kasih, Om.” Ia bahkan tidak tahu bahwa ia baru saja berada satu langkah dari bahaya besar.

Di tempat lain, Leonardo duduk di dalam mobil hitam yang parkir di pinggir jalan tak jauh dari mansion. Dari layar kecil di tangannya, ia menyaksikan seluruh interaksi itu melalui kamera mikro yang disematkan di seragam anak buahnya.

Senyum licik mengembang di bibirnya. “Bagus… dia bahkan tak takut melihatmu. Berarti langkah berikutnya akan lebih mudah.”

Ia mematikan layar, lalu menyalakan sebatang rokok. “Kita ulangi lagi besok. Sedikit demi sedikit… sampai dia menganggap kita bagian dari dunianya.”

Sementara itu, Reina sedang sibuk di ruang kerjanya menerima laporan terbaru tentang Siska di penjara. Semua fokusnya masih tertuju pada menghancurkan keluarga tirinya. Ia tidak tahu bahwa pada hari yang sama, jarak antara Rian dan orang suruhan Leonardo hanya tinggal satu sentuhan tangan.

Bayangan ancaman itu sudah ada di dalam pagar rumahnya, hanya menunggu waktu untuk mengungkapkan taringnya.

Setelah insiden bola merah itu, pengawal yang tadi mengusir pria asing tersebut tetap merasa ada yang janggal. Nalurinya sebagai mantan anggota pasukan khusus berbisik bahwa orang itu bukan sekadar petugas kebersihan biasa. Gerak-geriknya terlalu terukur, dan tatapan matanya terlalu fokus pada Rian. Ia memutuskan untuk menghubungi kepala keamanan mansion dan melaporkan kejadian itu secara detail.

Di ruang kendali keamanan, kepala keamanan menelusuri rekaman CCTV taman belakang. Dari layar terlihat jelas pria berbaju kebersihan itu mendekat terlalu cepat ke arah Rian. Bahkan, jika pengawal tidak melintas saat itu, jarak mereka tinggal sejengkal. Kepala keamanan mengerutkan dahi, lalu memerintahkan agar identitas semua staf diperiksa ulang, termasuk pekerja harian.

Malam itu, sebuah laporan rahasia masuk ke meja Reina. Namun ia belum sempat membacanya karena sedang sibuk menandatangani dokumen bisnis.

Davin berdiri di sampingnya, menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan berkas tersebut. “Ini tentang keamanan Rian,” ucap Davin singkat.

Tapi Reina hanya mengangguk cepat, belum sadar betapa pentingnya isi laporan itu.

Sementara itu, di sebuah ruangan tersembunyi di gedung apartemen mewah Jakarta, Leonardo memeriksa hasil rekaman hari itu. Ia memperlambat video pada detik-detik pria suruhannya hampir menyentuh Rian. Matanya berkilat penuh rasa puas. “Hanya masalah waktu sebelum dia merasa nyaman dengan keberadaan kita… setelah itu, Reina tak akan bisa memisahkannya dariku.”

Leonardo lalu memerintahkan bawahannya untuk tetap berada di sekitar rumah itu, berganti-ganti penyamaran agar tidak terdeteksi. Kadang sebagai kurir, kadang teknisi, kadang bahkan pembeli rumah tetangga yang pura-pura mengajak ngobrol satpam. Setiap pergerakan kecil Rian akan mereka catat, setiap kebiasaan akan mereka hafal.

Di taman belakang mansion O’Reilly, Rian tertawa ceria tanpa mengetahui bahwa setiap langkahnya telah menjadi bagian dari permainan berburu seorang pria yang dulu pernah membuat ibunya hidup di neraka. Permainan itu sudah dimulai… dan Reina belum menyadarinya sama sekali.

Menjelang tengah malam, mobil hitam tanpa plat resmi itu kembali terparkir jauh di seberang jalan mansion O’Reilly. Dari balik jendela gelapnya, sebatang rokok menyala, memperlihatkan samar wajah Leonardo. Ia tak berkata apa-apa, hanya menatap rumah itu seperti seekor serigala yang mengintai mangsanya dari balik kegelapan. Senyum tipis mengembang di bibirnya senyum yang mengandung ancaman.

Sedangkan di dalam mansion, sepasang mata memperhatikan diam-diam.seseorang berdiri mematung, menatap ke arah jalan seberang di mana sebuah mobil hitam berhenti cukup lama. Meski hanya samar, ia bisa melihat siluet pria yang wajahnya terasa tidak asing baginya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menutup tirai perlahan dan kembali duduk di kasurnya.

1
uni_riva
heh ada org tua bgtu yaaa😏
Jumaedi Jaim
lama up nya
uni_riva
msh nyimak
uni_riva
mampir thoorr
Adinda
semoga reina dan leonardo bersatu kasihan anaknya
KLOWOR GAMING apa??
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
moa_dubadu_wariwari
Saya sudah tak sabar nunggu kelanjutannya, tolong secepatnya update thor!
Mar Briyith ER
Aksinya keren banget, semangat terus author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!