[NOT] Beautiful Wedding

"Pergi kau! Dasar pembawa sial?" hardik Oma Neni dengan sorot mata penuh kebencian.

Ya, Oma Neni memang sangat membenci Siti. Padahal Siti tak pernah menuntut apapun. Kalau ia mau, bisa saja ia menuntut nafkah untuk Dodi, bagaimana pun Dodi merupakan anak Hendrik. Hendrik lah yang dahulu merayunya. Tapi ia yang justru dipersalahkan. Orang tuanya dipecat dan dihina habis-habisan, begitu pula dirinya. Ia sudah mencoba berdamai dengan masa lalu, tapi mengapa orang-orang itu masih membencinya. Ingin rasanya Siti keluar dari rumah itu, tapi melihat Raja dan Ratu, rasanya ia tak tega. Walaupun dirinya bukanlah istri dari Hendrik, walaupun anaknya tak diakui keluarga itu, tapi Raja dan Ratu memiliki ikatan tak kasat mata. Ikatan darah itu tak dapat ditolak. Mereka satu ayah. Oryza juga sudah begitu baik padanya. Ia bahkan salut dengan Oryza yang tidak menghardiknya saat tahu Dodi merupakan anak dari suaminya. Siti jadi ingat percakapan terakhir mereka saat di rumah sakit. Ya, Siti sempat mampir ke rumah sakit untuk mengantarkan keperluan Oryza atas permintaan Oma Neni.

'Siti, boleh saya bertanya sesuatu?' tanya Oryza saat itu.

'Mau tanya apa, Nya? Tanyakan aja, kalau bisa saya jawab, pasti saya jawab.'

'Bagaimana perasaan kamu saat melihat kebersamaan kami dengan mas Hendrik?'

'Maksud nyonya?'

'Tak usah pura-pura bodoh, Siti. Saya sudah tahu semuanya termasuk perihal Dodi. Hanya saya belum tahu cerita lengkapnya versi kamu. Jadi tolong jawab pertanyaan saya tadi?' tanya Oryza yang sedang bersandar di kepala ranjang.

Mata Siti sontak membulat saat mendengar penuturan Oryza.

'Nyo-Nyonya sudah tahu?' seru Siti terkejut.

Oryza mengangguk lalu mengulurkan selembar kertas yang merupakan hasil test DNA Hendrik dan Dodi.

Tiba-tiba mata Siti memanas lalu ia bersimpuh di hadapan Oryza.

'Maafkan Siti, Nya, bukan maksud Siti menutupi, tapi memang Siti sudah berusaha melupakan masa lalu kelam itu,' ujar Siti seraya tergugu.

Lalu Siti mulai menceritakan asal mula pertemuan dirinya dan Hendrik. Dahulu, orang tua Siti bekerja dengan orang tua Hendrik, sedangkan Siti tinggal dengan neneknya di kampung. Karena neneknya meninggal, Siti pun terpaksa ikut orang tuanya di rumah orang tua Hendrik. Saat itu, Hendrik muda selalu mencoba mencari perhatiannya. Siti yang masih polos pun dengan mudah terbujuk rayu. Hingga suatu hari, saat tak ada seorang pun di rumah, Hendrik membujuk dirinya untuk melakukan perbuatan terlarang itu. Siti telah menolak tapi Hendrik marah. Karena takut, Siti pun menuruti setiap permintaan Hendrik.

Semenjak itu, Hendrik seakan ketagihan untuk melakukan hubungan terlarang itu. Hampir setiap malam, Hendrik datang mengendap-endap ke kamarnya dan menarik Siti ke kamarnya untuk melayaninya. 3 bulan kemudian, kesehatan Siti terus menurun. Ia sering muntah, wajahnya pun pucat. Tak ada makanan yang sanggup masuk ke dalam perutnya membuat ibu Siti curiga dan membawanya ke bidan. Dan ketakutan itupun terbukti, Siti hamil. Awalnya Siti takut untuk berkata jujur siapa yang telah menghamilinya, tapi setelah orang tuanya memaksanya, ia pun menceritakan segalanya.

Dengan harapan Hendrik mau bertanggung jawab pun orang tuanya, orang tua Siti menemui Oma Neni dan menceritakan perihal kehamilan Siti. Tapi bukannya mendapatkan pertanggungjawaban, Oma justru menghina mereka sengaja menjebak Hendrik. Pun Hendrik tak terima bila harus bertanggung jawab. Dengan perasaan yang hancur, Siti dan kedua orang tuanya pergi dari rumah besar itu. Hingga beberapa tahun kemudian, Siti dipertemukan kembali dengan Hendrik saat ia mulai bekerja di rumah Oryza. Awalnya ia ingin mengundurkan diri, tapi ia sudah tidak memiliki uang lagi. Orang tuanya telah tiada. Ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini selain Dodi. Tempat tinggal pun mereka tak punya. Dengan menguatkan hati, Siti pun tetap bertahan di rumah Oryza. Apalagi Oryza dan anak-anaknya sangat baik padanya dan juga Dodi membuatnya kian kerasan tinggal di sana terlepas di sana juga ada seseorang yang telah menghancurkan hidup dan masa depannya. Tapi beruntung, Hendrik jarang di rumah jadi ia bisa bisa tinggal tenang. Hendrik juga tak pernah sekalipun mengusiknya. Kadang ia merasa kecewa dengan sikap Hendrik. Tidak, ini bukan karena Siti masih memiliki perasaan padanya, tapi karena anaknya yang tak diakui sama sekali. Bahkan dilirik pun tak pernah. Putranya yang malang.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...