Operator Hati Barata

"Ada apa ini Pak Alvian? itu kenapa Mbak Via bajunya kebuka?"

Elvia yang merasa terintimidasi pun sedikit bergeser kearah belakang tubuh Alvian untuk membenarkan tampilannya yang berantakan.

"Tidak ada ap...,"

"Bawa mereka kekantor Pak Aryo, nikahkan mereka berdua, jadi tidak perlu berbuat mesum didalam pondok ini."

Ucapan Agatha membuat para pekerja perkebunan saling menatap satu sama lain. Mereka memang sudah sering memergoki Alvian dan Elvia berbuat mesum disana atau ditempat lain. Namun karena mereka hanya sekedar numpang hidup diperkebunan milik Ayahnya Alvian, mereka semua tidak berani untuk menegurnya.

"Kenapa kalian diam? atau jangan jangan kalian sudah sering melihat adegan mesum mereka berdua disini?"

"AGATHA!"

Alvian mulai tidak bisa mengontrol emosinya saat Agatha terus menerus memojokannya. Dia memang tidak akan mengelak,namun Alvian tidak menerima saat gadis itu mempermalukannnya di depan para karyawan perkebunannya.

"Pantas saja, ternyata semua orang disini tidak berotak sama seperti Bossnya!"

Ucapan Agatha semakin sarkas saat melihat para pekerja itu terdiam bisu, Agatha bahkan tidak memperdulikan tatapan tajam Alvian yang mengarah padanya. Sedangkan Elvia, gadis itu terlihat menundukan kepalanya dalam dalam saat kedua manik matanya bertemu dengan manik mata dark hazel milik Agatha. Tanpa mereka sadari, Elvia terlihat menyunggingkan senyuman tipis penuh kemenangannya.

"Tidak perlu menunduk Elvia, bukannya ini yang kamu mau? menikah dengan Alvian walaupun lewat jalur gerebekan. Wah ternyata doamu cepat dikabulkan oleh Tuhan ya, padahal baru semalam kamu memohon. Semoga saja karmamu juga tidak secepat doa yang dikabulkan oleh Tuhan."

Elvia yang tadinya menundukan kepalanya perlahan mengangkat wajahnya saat mendengar ucapan Agatha. Bahkan saudari tirinya itu malah menyunggingkan senyuman tipis penuh ejekan padanya.

"Kenapa? itu benarkan."

'Sialan, ternyata siburik ini mendengar ucapanku tadi malam.' Elvia mengumpat didalam hati, dia terlalu waras untuk mengumpat langsung pada Agatha.

"Kalau kalian tidak mau membawa mereka, biar aku yang akan menyeret keduanya kehadapan Pak Aryo."

Agatha terlihat mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang, dan itu jelas saja membuat Alvian panik setengah mati. Alvian yakin kalau Agatha akan menghubungi Ayahnya, namun dia tidak bisa berbuat apa apa saat ini.

"Aku sudah mengirim pesan pada Pak Aryo dan Bapaknya Elvia, kita tinggal tunggu saja kedatangan mereka. Sekarang kalian bawa mereka kekantor, kita akan bereskan semuanya disana bukan ditempat kotor yang menjadi tempat mesum mereka."

🐇🐇🐇🐇

"Jadi sekarang kita harus bagaimana?"

"Ya nikahkan saja mereka berdua, bereskan."

Semua orang yang ada disana menatap tak percaya pada Agatha, kenapa gadis cantik nan manis itu bisa kelewat santai saat mendapati kekasihnya berselingkuh. Kenapa Agatha tidak memukul atau menjambak Alvian atau Elvia.

"Tata,"

Rina sang Ibu menatap sendu kearah putri kandungnya. Walaupun mereka berdua tidak terlalu dekat dalam beberapa bulan ini, namun Rina tetaplah seorang Ibu yang sangat tahu apa yang tengah Agatha rasakan saat ini walaupun gadis itu terlihat santai.

Rina juga tidak menyangka kalau anak sambungnya itu tega merebut apa yang menjadi milik Agatha. Ternyata sifat turunan dari Ibu kandungnya itu memang mendarah daging didalam diri Elvia.

"Pa, Alvin gak mau nikah!"

Saat pandangan mereka semua tadi beralih pada Agatha, kini pandangan mereka berdua beralih pada Alvian. Begitu pula dengan Elvia, gadis yang sedari tadi menundukan kepalanya itu menatap tidak percaya pada pria pujaan hatinya.

"Apa maksud kamu Alvian, kamu mau mempermalukan Papa untuk kedua kalinya huh!"

Alvian menatap datar pada sang Papa, namun tatapannya berubah menjadi penuh penyesalan saat manik matanya bertemu dengan manik mata milik Agatha.

"Alvin gak cinta sama Via, Alvin cuma main main aja sama Via pa. Papa tau sendiri, Alvin seriusnya dengan Agatha bukan Elvia!"

Plakk....