"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. My Daddy!
"Bos, kau harus melihat CCTV sekarang! Ellea dan anakmu sedang dalam bahaya!" Aaron kaget, ketika ia mengotak-atik laptopnya, ada beberapa orang jahat yang berniat mengancam dan mencelakai Ellea.
Gavin yang tengah terlelap saking lelahnya, seketika itu pula bangkit dan kaget. Gavin melihat laptopnya, ia benar-benar geram. Permainan kecil itu, pasti Papanya yang membuat. Gavin sudah yakin, jika Papanya telah mengetahui siapa Ellea dan Daniel.
"Brengsek! Pasti Papa yang melakukan semua ini agar Ellea pergi. Papa memang keterlaluan. Kita harus menyelamatkan Ellea sekarang. Kau sudah siapkan sesuatu?" tanya Gavin.
"Bos, aku tahu, kau sangat lelah karena kurang beristirahat. Semua sudah aku atur, aku telah mengirim orang untuk menyelamatkan Ellea dan putramu. Orang itu akan membawa Ellea dan Daniel ke tempat yang tak akan bisa dilacak oleh Ketua. Yang ingin aku tanyakan padamu, Ketua tak akan tinggal diam, dia pasti akan terus menyakiti Ellea. Jika kau terus mengejar Ellea dan memaksa ingin bersamanya, selama itu pula, Ellea dan Daniel dalam bahaya. Apa yang akan kau lakukan agar Ellea dan Daniel aman?" tanya Aaron.
"Aku punya ide. Nanti akan kurencanakan. Sekarang, kau hubungi orang suruhanmu dan pastikan anakku baik-baik saja. Aku tahu, Ellea pasti membenciku saat ini. Aku sadar, ia pasti ingin menghindar dariku. Tapi, aku tak mungkin melakukannya. Aku ingin bersama anakku walau aku tak mencintai Ellea."
"Baik, Bos. Aku menunggu perintah darimu." Aaron segera mengotak-atik ponselnya.
Malam ini perasaan Gavin sangat hancur berantakan. Ia tak bisa berkonsentrasi. Gavin benar-benar marah. Tanpa basa-basi, ia segera beranjak keluar dari kamarnya dan segera menemui Jordan Alexander, sang Papa. Gavin sangat tak menyangka, jika Papanya tega menyakiti darah dagingnya sendiri.
Gavin sadar, Papanya pasti ada di ruangan kerja. Gavin segera ke sana, dan menemuinya. Pintu ruang kerja Papanya didobrak begitu saja. Saking emosinya, Gavin tak menyadari, jika kakinya kesakitan karena mendobrak lapisan pintu yang begitu kuat.
"Ada masalah apa?" tanya Jordan.
"Jangan menyentuh mereka! Kau tak berhak mengancam dan menakut-nakuti mereka!" Tegas Gavin pada Papanya.
"Apa maksudmu? Mereka siapa?"
"Papa tak perlu berpura-pura. Kau telah menyelidiki anakku, bukan? Jangan menyentuh mereka, Pa. Aku berhak menentukan tujuan hidupku akan seperti apa!" Tegas Gavin.
"Aku juga berhak, menentukan masa depan anakku untuk mendapatkan posisi yang layak dan dapat diperhitungkan!" Balas Jordan.
"Tapi, dengan seperti itu, aku tak bahagia! Aku telah mendapat kebahagiaan ini, harusnya kau mendukungku, Papa. Kenapa kau malah membuat mereka menjauh dariku?" Gavin kecewa.
"Karena kau tak boleh mencoreng nama baik keluarga Alexander. Kau pemimpin Louvre Grup, kau tak boleh membuat dirimu cacat! Kau tahu, banyak orang di belakangmu yang ingin menjatuhkan namamu? Apa kau bodoh, Gavin?"
"Aku bisa mengatasinya dengan semua kemampuan dan kekuatanku! Aku hanya mencoba bertanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan. Aku tak perlu menjelaskan padamu, apa yang telah kulakukan, karena kau pun pasti sudah mengetahuinya. Itulah alasanku mengapa aku tak mau menikahi Cellyn. Mengertilah Papa, kau orang yang kuhormati, jangan bermain kucing-kucingan dengan anakku dan calon istriku!" Tegas Gavin.
"Aku hanya melakukan permainan kecil. Dan kuharap, jangan menyentuh wanita itu. Karena kau akan menyesal nantinya!" Tegas Jordan.
"Maksud Papa apa?"
Gavin tetap bersikap sopan pada Papanya, walaupun Jordan telah membuat Daniel dan Ellea berada dalam masalah.
"Hanya tinggal ikuti perkataanku, maka kau akan selamat." Tegas Jordan.
"Tak akan! Intinya, jika sampai aku dengar lagi Papa menyakiti Daniel ataupun Ellea, aku tak akan segan-segan keluar dari rumah ini! Aku tak butuh perusahaan atau warisan orang yang tak memiliki hati sepertimu!"
Brakkk, pintu ditutup dengan sekuat tenaga oleh Gavin.
...*****...
Eric mengalami kendala dalam keberangkatannya menjemput Ellea. Pesawat pribadinya tiba-tiba tak berfungsi dan tak bisa terbang ke Negara Y. Hal itu membuat Eric kecewa, dan ia memutuskan untuk naik pesawat umum bersama dengan sekretarisnya. Eric menelepon Ellea, tapi ponselnya tak pernah tersambung. Entah mengapa, tapi yang jelas Eric kini khawatir dengan keberadaan Ellea.
Malam itu, dua orang pria masuk ke apartemen lewat jendela. Seketika itu pula mereka mencabut dan mematikan CCTV yang terpasang. Ellea sudah sangat ketakutan. Ia mengira bahwa itu adalah penjahat yang mengirim paket tadi, tapi ternyata itu adalah orang suruhan Aaron untuk menyelamatkan Ellea sebelum semua terlambat.
Hidupnya jadi kacau setelah ia bertemu lagi dengan Gavin. Ellea menangis tiada henti dalam perjalanan, betapa terlukanya ia, karena mendapat ancaman demi ancaman. Semua ini karena Gavin, jika saja Gavin tak mengganggu hidupnya, Ellea dan Daniel pasti akan tetap aman.
Keesokan harinya ....
Suara gemericik air sungai yang mengalir, pepohonan yang rindang dan meliuk-liuk, angin sepoy-sepoy yang menyusup ke badan, juga udara segar yang sangat nyaman untuk dihirup membuat suasana semakin tenang dan asri. Di sinilah Ellea berada. Utusan Aaron membawa Ellea ke tempat yang asing. Di tempat inilah Ellea nyaman bersama seorang Nenek paruh baya.
Kampung ini terkesan kental dengan nuansa alami dan natural. Belum terjamah dan masih lekat dengan adat budayanya. Ellea merasa lega, karena walau ia tak tahu berada di mana, ia merasa aman, karena orang-orang suruhan itu memanglah bukan orang jahat.
"Mommy ... aku takut, kita ada di mana? Kenapa aku tak mengenal tempat ini?" tanya Daniel.
"Tenanglah, Kita berada di tempat yang aman, sayang. Bersama dengan pria itu memang ancaman. Inilah alasan kenapa aku ingin menghindar darinya." Ujar Ellea.
"Maksud Mommy, Daddy?" tanya Daniel polos.
Entah kenapa, Ellea kesal sekali mendengar Daniel menyebut nama Daddy. Ellea sangat menyesal karena pertemuannya dengan Gavin, akan serumit ini. Masalah yang terus datang dan bertubi-tubi, tak ada habisnya.
"Jangan katakan dia Daddy! Semua itu karena dia, kita dalam bahaya karena mengenalnya. Mommy sudah muak dengan semua ini! Kita harus menghindar darinya!" Ellea sedikit kesal.
"Mommy ... katakan semua pada Daddy. Katakan semuanya! Daddy pasti membela dan menyelamatkan kita. Dia pasti sangat menyayangiku, Mommy. Mommy jangan membencinya, percayalah padaku, bahwa Daddy sangat mencintai aku dan Mommy. Kita harus memberi tahu Daddy, agar dia membalas semua kejahatan yang terjadi pada kita. Aku ingin bertemu Daddy lagi. Ke mana dia, Mommy? Aku ingin dia memelukku lagi, sangat hangat. Mommy jangan membenci Daddy, karena Daddy tak salah, Daddy bukan orang jahat, Mommy. Daddy baik. Kumohon, panggil Daddy agar dia menyelamatkan kita." Ucapan Daniel membuat Ellea menohok.
"Daniel! Kau tak paham apa-apa. Dia adalah penyebab kita mengalami masalah besar seperti ini. Karena dia, kita diancam oleh semua orang. Apa kau tak paham? Dia tak pantas disebut Daddy. Dialah penyebab masalah ini terjadi! Mommy tak akan mengizinkan kau untuk bertemu dengannya lagi!"
"Tapi, Mommy ... Daddy sangat menyayangiku. Aku pun sangat menyayanginya. Apa Mommy tahu, Daddy di mana sekarang? Bagaimana kalau Daddy sedang dalam bahaya? Jangan terus menyalahkan Daddy, Mommy ... Aku mencintainya, aku belum puas merasakan kehangatan dan pelukannya. Aku ingin bertemu dengannya. Kenapa Mommy selalu membenci Daddy-ku? Dia tak bersalah, Mommy! Dia tak bersalah!" Daniel menangis, ia kecewa karena Ellea terus menyalahkannya.
Oh Tuhan ... kenapa Daniel menjadi seperti ini? Apa aku salah? Memang semua ini salah Gavin. Dia yang membuat hidupku dan Daniel dalam bahaya. Kenapa kau begitu memercayai pria itu, Nak?
*Bersambung*
Man teman... bantu like yang banyak.
jan lupa hadiah dan vote nya juga...
kalau tembus 200 like, aku akan update lagi malam ini....
makasih all ❤❤❤
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.
saat itu elea yg masuk kamar Gavin, dan dia jga yg nawarin akan lakukan segala hal, dan pas ditawarkan s*x Elea mau jgakan, meski dalam kondisi terpaksa Krena waktu itu dia harus bersembunyi dri org yg ngejar dia, bukan salahnya Gavin jga ga mw bantuin dgn tulus aplgi saat itu kondisi Gavin lgi terpuruk (dia jdi TDK berperikemanusiaan membantu wanita yg TDK di kenalnya yg datang sndiri kepadanya saat itu wajar² sja walau tetap tidak bisa dibenarkan yah!)
Ellea jga ga salah sepenuhnya tapi dia tetap salah karena tujuan awalnya memang menjual diri demi melunasi hutang, hrusnya dia tau konsekuensinya. Intinya mereka harus saling memahami sih
btw thanks visualnya Thor memuaskan, ceweknya jga🫶