Galaksi

"Oi sat!" seru cewek itu keras-keras, tidak ada yang menjawab karena mereka sibuk melemparkan batu ke arah musuh.

"Gue bawa tas nih, oy!!" serunya lagi membuat mereka mendelik samar.

"Sama tas aja gaya lu Ji!"

"Tas bukan sembarang tas euy!"

"Bacot! Mending lu bantu kita lemparin batu nyet!" seru cowok kelas tiga yang bernama Giga itu dengan nada kesal. "Ada hadiah dalam nih tas bang! Daripada lu lempar batu mulu, ah kang beling lu!"

Cowok itu menghampiri Orzie cepat dengan raut kesal. "Ck, hadiah apaan sih lo? Gak liat orang tawuran apa?!!"

"Nih, hah!!" Orzie menyodorkan tas boogie itu cepat, Giga membuka resleting dan menemukan hampir sepuluh senjata tajam masuk di dalamnya.

"Kenapa gak lu bilang dari tadi sih nyet!"

"Yah, elu mah nyoloot! Gue nemu di tongkrongan nih tempat punya anak tahun lalu keknya!"

"BAGUS! WOI MONYET-MONYET AMBIL BR NIH!!"

Kompak banyak cowok mengerubungi tas itu, bukan hanya senjata tajam bahkan sampai kopel dan bom molotov pun ikut serta di dalamnya.

"Hebat juga tuh senior kita, bisa ngeramal adeknya dibantai musuh hahahha!!!"

Pasukan yang sempat hilang keberanian kini kembali membobol pertahanan kubu musuh.

"Seneng amat tuh muka! Kayak abis dielus sama golok!" seru Gama pada Giga. Senior kelas tiga yang pengalaman dalam berkelahi dan tawuran itu tertawa meledak.

"Anjing Kepsek tuh! Ngasih senjata ke anak-anak broh!"

"Dari mana?"

"Tau dia, nemu di tongkrongan keknya!"

Gama terdiam saat Giga mengambil alih melawan musuh di depannya. Dia tahu, senjata yang dikeluarkan Orzie adalah senjata berdarah-darah yang merupakan pedang iblis jaman kejayaan Legion dulu.

"Lo jagain nama Legion baik-baik! Nih senjata punya nyawa kayak nama besar kita, Legion! Iblis dalam nih senjata bakal ngerebut hati lo pas musuh datang!"

"Awas Gaam!!!" pekik Afif di seberang sana, Gama terlonjak kaget melihat di atasnya parang meluncur bebas.

Whussh

Sabetan panjang itu hanya bertabrak dengan udara, hampir saja tubuhnya di belah  jika tidak menghindar ke samping.

"Gue mau ikut tawuran juga!" koar Orzie mencengkram pedang panjang di tangan kanannya, Gama menatap samar karena terus menghindar dan membabatkan senjata.

Pedang panjang itu adalah milik Sang Iblis Legion, terlintas di kepala Gama saat pertama kali masuk Legion dan melihat seberapa ganasnya pemilik pedang itu mengambil daging dan darah musuhnya.

"Jangan Ji..." gumamnya cemas. Tidak bisa berbuat apa-apa.

Orzie maju selangkah, membantu Erlan di sayap kiri dengan kuda-kuda mantap. Darah berdesir hebat di sekujur tubuh dengan tatapan awas.

Tiba-tiba tangannya ditarik keras dari belakang.

"Ga-Galaksi...?"

"Mau ke mana?!"

"Bela negara!" Orzie berkilah cepat, sedangkan Galaksi menariknya ke belajang di tempat yang tidak terlalu rawan.

"Gue tanya mau ngapain lo?!"

"Gak... Gue mau babat toge...YAH MAU TAWURAN LAH! LO GAK LIAT SITUASI GAL?!!"

Galaksi menatap sekelilingnya gusar, alis bertaut kencang dengan wajah merah murka. "Gue bilang lo gak usah ngikut tawuran!!"

"Liat Gama, Gal!"

Dilihatnya Gama tengah kelimpungan membalas serangan musuh, tubuhnya doyong saat senjatanya beradu.

"Atau lo mau Gama mampus di sana gak ada yang bela? Lo mau sekolah kita meninggal massal diinjak Taruna?"

Galaksi bergeming dengan mata judes, Orzie mencoba menetralkan emosi saat itu juga. "Gal... Pikirin yang benar atau salah ntar aja... Sekarang pilihan kita cuma lawan atau ditindas!"

Susah payah ia memberi penjelasan namun raut penuh kemarahan itu tidak kunjung reda. "Lo kenapa, sih?"

Galaksi menjulurkan tangannya, "uang jajan."

Mulut Orzie terbuka selebar-lebarnya, mungkin kalau di film Boboiboy rahangnya bakal jatuh dengan wajah bodoh.

"Kesannya kek gue Emak lo yah!" umpat Orzie mengeluarkan uang delapan ribu pada cowok itu.

Orzie langsung ngibrit sebelum Galaksi kembali memanggilnya sambil menjulurkan tangan.

"Apaan lagi lo Gal?"

"Salim."

"Wtf! Woi, udah gue kasih jajan sekarang malah lu nyuruh salim!" serunya sewot sekaligus aneh dengan tabiat Galaksi yang paling susah diterka apa maksudnya.

Garis wajah Galaksi mengelam dengan tatapan mengutuk, Orzie sadar diri kalau dia hanya bisa menuruti titah Raja bertitle Roh Jahat itu.

Disalimnya tangan Galaksi dengan lagak dongkol namun ketika hendak melepas tangan dia jadi kesusahan sendiri saat jeratan tangan Galaksi menguat.

"Eh, kampret! Lepasin oyy!!"

"Lo ke kelas aja sana."

"Hah?!! Terus mereka gimana?" Orzie yang kalang kabut itu menunjuk ke arah pusat tawuran.

"Polisi bentar lagi datang."

"Terus ngapain lo lama-lama megang tangan gue?" tanya Orzie lagi, bukannya ge-er tapi makin lama para siswi yang tadinya sibuk berteriak menyemangati Legion malah terfokus ke arahnya.

"Wajar."

"Apaan sih elo Gal? Bicara singkat-singkat yah mana gue ngerti!"

Dalam kegaduhan di barisan belakang pertempuran, di antara nyaringnya bunyi goresan celurit beradu pedang sisir, di saat itu juga Orzie jadi pengen bunuh diri tanpa sebab saat Galaksi berujar dingin.

"Lo kan calon istri gue."

Pant8!!!! Jerit Orzie kesal.

Mendadak barisan belakang musuh berpencar saat datang aba-aba dari pintu gerbang.

"POLISI WOI! MENCAAR... MENCAAAR!!!"

Saling dorong mendorong terjadi di lapangan bola, Erlan menyuruh rombongannya mengumpulkan senjata supaya disembunyikan di tempat aman yang jauh dari razia.

Di toilet misalnya.

Murid yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, keributan tak terhindarkan hingga dari kejauhan bunyi sirine semakin jelas.

"Cabuuut! Cabut ke base camp aja! Jangan jatoh ntar ketangkep!" seru Gama membawa lari tasnya yang diambil Afif lalu berlari kocar-kacir menuju kantin belakang untuk memanjat pagar.

"Jangan salahkan gue kalau Papa marah," ujar Galaksi saat Gamaliel melaluinya, mata mereka saling memandang hingga akhirnya Gama memutuskan kontak mata dan menyusul teman-temannya.

<>