Dalam menggapai cita citanya menjadi seorang Kultivator dengan kultivasi yang tinggi, Yan lan dengan sekuat tenaga terus berlatih dan pada akhirnya dia menjadi kultivator yang tak tertandingi di Benua Permata Hijau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lazuardi aqbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaafkan
Ketua Won Dai yang mendengar percakapan mereka, perlahan membuka matanya, dia pun langsung berdiri melangkah ke arah Yan Lan dan Zhao Quin berada.
"Yan er aku telah mendengar semua penjelasanmu mengapa siang tadi kau pergi, aku juga merasa heran mengapa siluman kera bertaring yang menyerang kami tiba tiba saja lari menghilang masuk kedalam hutan, ternyata kau telah membunuh raja dari siluman kera bertaring itu," ucap ketua Won Dai.
"Aku mewakili semua yang ada disini meminta maaf karena sudah salah paham dengan mu," ucap ketua Won Dai kembali.
"Aku mengerti posisi paman saat itu, kalau aku menjadi paman pasti aku juga akan marah, dimana semuanya berjuang untuk hidup, yang lainnya malah pergi," jawab Yan Lan sambil melirik ke arah Zhao Quin.
Zhao Quin terdiam, tubuhnya bergetar menahan rasa bersalah kepada Yan Lan, seharusnya dia mendengar dulu penjelasan dari Yan Lan sebelum menamparnya.
"Yan er, Quin er, paman pergi bermeditasi kembali," ucap ketua Won Dai. Sengaja ketua Won Dai meninggalkan mereka berdua, agar mereka berdua bisa menyelesaikan masalah yang ada.
Setelah kepergian ketua Won Dai, Yan Lan berusaha mencairkan suasana yang tegang diantara mereka berdua.
Zhao Quin ini makanlah, anggap saja masalah di antara kita berdua tak pernah terjadi, aku juga tak ingin masalah ini sampai berlarut larut sehingga membuat pertemanan kita menjadi renggang," ucap Yan Lan.
Tanpa di sadari oleh Yan Lan, tiba saja Zhao Qin memeluknya sambil terisak. "Maafkan aku Yan lan aku telah berlaku kasar padamu, seharusnya aku mendengar penjelasanmu terlebih dahulu, semoga apa yang telah ku perbuat padamu, kau masih mau memaafkanku," ucap Zhao Quin.
"Aku sudah memaafkanmu, sekarang makanlah! aku tau sedari tadi kau gelisah karena lapar bukan?," tanya Yan Lan.
Zhao Quin melepaskan pelukannya dari tubuh yan Lan dan menganggukkan kepalanya, segera Zhao Quin mengambil makanan yang di berikan Yan Lan kepada nya.
"Kau tidak ikut makan denganku Yan Lan?" tanya Zhao Quin.
"Aku masih kenyang, kau saja yang memakan makanan itu," jawab Yan Lan.
"Tapi aku ingin makan bersamamu," ucap Zhao Quin sambil menyodorkan kue kering yang ada di tangannya, ke depan mulut Yan Lan.
"Ayo buka mulutnya..!!" ucap Zhao Quin kembali.
"Aku bukan anak anak yang makan harus di suapin Zhao Quin," elak Yan Lan.
Zhao Quin terus memaksa untuk memakan kue kering yang disodorkannya, dan pada akhirnya Yan Lan harus membuka mulutnya untuk menerima kue kering yang di sodorkan oleh Zhao Quin.
Malam makin larut, kekesalan Zhao Quin kepada Yan Lan sirna seiring keakraban mereka yang kembali terjalin.
Malam itu Yan Lan kembali ke atas dahan pohon agar bisa memantau area tempat peristirahatan dengan leluasa, Yan Lan berjaga jaga dengan segala kemungkinan serangan dari para binatang buas, siluman dan lain sebagainya yang akan mendekati tempat peristirahatan.
Sementara itu Zhao Quin sangat lega karena Yan Lan mau memaafkannya, akan tetapi entah mengapa malam itu Zhao Quin tak dapat memejamkan matanya, dia membayangkan kebersamaan yang telah di lalui nya bersama Yan Lan belakangan ini, sungguh membuatnya terasa nyaman, Yan Lan selalu bisa menyenangkan hatinya baik melalui perkataan dan perbuatannya.
Tiba tiba saja jantung Zhao Quin berdegup kencang.
"Apa yang terjadi padaku, mengapa selalu Yan Lan yang ada dalam pikiranku, apakah aku telah jatuh cinta padanya?," batin Zhao Quin.
Zhao Quin menatap dahan pohon yang menjulang tinggi, dimana Yan Lan berada.
Dia pun menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya keluar secara perlahan.
"Sepertinya aku mulai jatuh cinta padamu Yan Lan, dan aku berharap kau pun merasakan perasaan yang sama seperti perasaan yang kurasakan padamu," batin Zhao Quin kembali.
*****
Udara pagi terasa dingin menusuk tulang, Yan Lan telah memanggang buruaannya yaitu seekor rusa jantan.
Sewaktu ingin pergi membersihkan diri ke sungai kecil di ujung sana, tak sengaja Yan Lan menemukan seekor rusa jantan yang sedang meminum air, langsung saja Yan Lan melumpuhkan rusa itu.
Aroma rusa panggang segera menyebar di udara. "Yan Lan apa yang kau lakukan!? mengapa kau membakar daging rusa itu!!, aroma daging rusa itu bisa mengundang para siluman serigala untuk datang kemari," hardik ketua Dong Wung.
"Paman tak usah khwatir, tak ada yang akan terjadi pagi ini, lebih baik kita sarapan saja," jawab Yan Lan.
Yan Lan segera membangunkan Zhao Quin yang masih tertidur agar bisa sarapan pagi.
Zhao Quin yang merasa gerah karena pertempuran dengan siluman kera bertaring, segera membersihkan diri di sungai kecil yang berada tak jauh dari tempat peristirahatan.
Saat sarapan pagi, tiba tiba Won Chai terbangun, dia merasakan tubuhnya segar kembali.
"Ayah aku telah pulih kembali, dan luka yang ada di bahuku juga telah sembuh seperti sedia kala, lenyap tanpa bekas," ucap Won Chai.
"Ayah senang kau telah sembuh Chai er, dan orang yang paling berjasa dalam ke sembuhanmu ini adalah Yan lan, dia yang menyembuhkanmu saat kami semua sudah tak bisa berbuat banyak dengan racun yang berada di dalam tubuhmu," ucap Won Dai.
Won Chai segera bangkit berdiri dan menuju ke arah Yan Lan berada.
"Kakak Yan Lan terimakasih sudah sudi menyembuhkan ku," ucap Won Chai.
"Sama sama adik, lain kali kalau kau berhadapan dengan binatang siluman atau binatang buas ku harap kau lebih berhati hati lagi," jawab Yan Lan.
Won Chai menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Yan Lan.
Setelah selesai sarapan pagi, mereka ber 5 mulai melakukan perjalanan menembus lebatnya hutan kematian.
"Ayah..!, Paman Dong, aku merasakan sepertinya ada yang mengawasi kita sedari tadi, tapi aku tak bisa melihat wujud mahluk itu," ucap Won Chai.
Ketua Dong Wung dan ketua Won Chai saling berpandangan, "Aku rasa itu hanya hayalanmu saja putriku, aku tak merasa ada yang sedang memperhatikan kita," ucap ketua Won Dai.
"Aku yakin ayah dia berada di ujung pohon besar di ujung sana," ucap Won Chai kembali.
Mereka berempat segera melihat kearah yang di maksud oleh Won Chai, dan mereka tak melihat sesuatu yang mencurigakan disana.
Karena penasaran Yan Lan segera mengaktifkan mata langitnya, Yan Lan melihat ada sesosok bayangan gelap yang kasat mata dengan tubuh yang mengeluarkan kabut hitam sedang menatap Yan Lan.
"Ternyata Won Chai benar, ada sesosok bayangan gelap yang tak terlihat oleh mata biasa sedang menatap mereka berlima," batin Yan Lan.
"Aku tak boleh membuat mereka berempat menjadi kuatir, cukup aku yang tau dengan keadaan ini," batin Yan Lan kembali.
Paman di ujung sana sepertinya ada goa, lebih baik kita bermalam disana, karena hutan kematian sangat rawan di lalui apabila malam tiba," ucap Yan Lan.
Yan Lan memimpin perjalanan menuju goa yang di maksudnya. Sesampainya di mulut goa ketua Dong Wung dan ketua Won Dai segera masuk kedalam goa untuk memeriksa keadaan di dalam.
"Goa ini aman, kita bisa bermalam disini," ucap ketua Dong Wung pada rombongannya.
lanjuuuuuut