Harap bijak dalam memilih bacaan, sebagian isi dalam konten ini berunsur dewasa 21+
Bagaimana jadinya jika satu minggu sebelum menikah, karena ulah jahil teman-temanmu. Kamu dengan tidak sengaja meniduri sahabatmu sendiri dan setelah pulang dari bulan madu, sahabatmu mengatakan kalau dia hamil anakmu.
Inilah kisah King Bryan anak dari pasangan Aline Gunawan dan Dannis Bryan, yang terpaksa harus menjadikan sahabatnya sendiri Ni Luh Putri anak dari Dewa Barata sahabat Ibunya, sebagai istri keduanya demi status anaknya.
"Katakan kalau kamu mencintaiku, maka aku akan mempertahankan mu." batin King dalam hati.
"Entah sejak kapan cinta ini mulai tumbuh, tapi sungguh aku tidak mau menjadi duri dalam pernikahanmu, biarlah ku bawa cinta ini pergi." batin Putri.
"Karena kita adalah sahabat dan selamanya akan menjadi sahabat, jadi mari kita bercerai." ucap Putri kemudian sembari menahan sesak di dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~22
Ketika akan masuk ke dalam lift, tiba-tiba ada salah satu karyawan yang memanggil King. "Pak, bisa bicara sebentar ?" ucap laki-laki paruh baya bertubuh tambun itu.
"Put, kamu naik ke atas duluan ya." ujar King.
"Baiklah." sahut Putri, kemudian ia masuk ke dalam lift.
Setelah sampai di lantai tertinggi di gedung tersebut, Putri segera melangkahkan kakinya menuju ruangan suaminya yang terletak paling ujung. Ketika melewati meja Jimmy, Putri langsung menggebrak mejanya bermaksud untuk membuatnya terkejut. Karena laki-laki tersebut nampak fokus dengan pekerjaannya.
Brakkk
"Astaga Put, eh Bu." ucap Jimmy seraya memegangi dadanya, ia nampak terkejut.
"Serius banget, lihat tuh dahi mu sampai keriput." cibir Putri.
"Ini sudah tanggung jawab saya Bu." sahut Jimmy.
"Astaga, apa kepalamu habis terbentur atau kamu sedang demam. Namaku masih Putri kalau kamu lupa, Ibu lagi memang aku Ibumu." tegur Putri seraya memegang dahi Jimmy.
"Bu-bukan begitu, sekarang anda adalah istri dari Pak King." ujar Jimmy seraya menatap King yang sudah berdiri di belakang Putri.
"Nggak usah pedulikan dia, kita tetap berteman seperti dulu." ujar Putri seraya mengguncang lengan Jimmy.
Ehmmm
King berdehem dengan kencang, hingga dua orang di depannya itu serentak menoleh padanya. "Astaga kamu seperti dedemit saja, bikin kaget." gerutu Putri.
"Masuk !!" perintah King dengan tegas.
"Aku mau di sini dulu, kalau kamu mau masuk duluan saja. Aku sudah lama tidak bicara dengan Jimmy." tolak Putri.
"Aku bilang masuk." ucap King lagi dengan menekankan kata-katanya seakan tidak mau di bantah.
"Iya, pemaksa banget." gerutu Putri seraya menyentakkan kakinya masuk ke dalam ruangan King.
"Jim, apa sudah kamu siapkan bahan untuk meeting ?" tanya King.
"Sudah Pak."
"Baiklah, tunggu saya 30 menit lagi." ujar King, kemudian ia berlalu pergi.
Setelah masuk ke dalam ruangannya, King segera mengambil tisu basah. Kemudian ia meraih tangan Putri lalu membersihkannya dengan lembut.
"Aku nggak suka kamu menyentuh laki-laki lain, sudah berapa banyak laki-laki yang sudah kamu sentuh di bawah tadi ?" ucap King tak suka.
"Astaga, kamu bertingkah seperti seorang suami yang sedang cemburu saja. Lagipula aku mengenal hampir seluruh karyawan di sini, dari dulu aku juga sudah akrab dengan mereka." gerutu Putri kesal.
"Itu dulu sebelum kamu menikah denganku, sekarang kamu adalah istriku jadi hormati aku. Jangan sembarangan bergaul dengan mereka apalagi melakukan kontak fisik." protes King.
"Anjir, kamu sehat? jangan bilang kalau kamu sudah jatuh cinta sama aku ?" ledek Putri.
"Bu-bukan begitu, aku hanya ingin kamu di hormati sama semua karyawanku."
"Benarkah? kamu nggak sedang cemburukan ?" tanya Putri sembari menahan tawanya, ia nampak memangkas jaraknya dengan King hingga mereka terlihat begitu dekat hingga hembusan napas laki-laki itu bisa ia rasakan.
Auggghhhh
Teriak Putri, ketika King menyentil dahinya. "Anjir, sakit tahu." gerutu Putri sembari menjauhkan tubuhnya lalu bergegas duduk di sofa.
"Makanya jangan bicara sembarangan." ujar King yang kini sudah sudah duduk di kursi kerjanya.
"Tapi sakit Mas." ucap Putri dengan kesal, ia mengusap dahinya yang terlihat merah.
"Kamu nggak tahu saja Put, jantungku seakan mau meledak kalau kamu sedekat itu." gumam King.
"Sebentar lagi aku akan meeting, kamu tunggu aku di sini ya jangan kemana-mana." ucap King seraya memakai jasnya kembali.
"Whatt, kamu nyuruh aku kesini cuma buat jagain ruanganmu. Tahu gitu aku di rumah saja tadi." protes Putri.
"Kamu bisa mainin laptopku, kalau bosan. Akan ku usahakan cepat kembali."
"Seriusan aku boleh pakai laptopmu ?" tanya Putri memastikan pendengarannya, karena selama ini King selalu marah jika ia menyentuh laptopnya.
"Iya, aku pergi dulu. Ingat jangan kemana-mana." ucap King, ia langsung berlalu pergi.
Sejak ia memutuskan untuk membangun perusahaan baru, King begitu sibuk karena harus double job mengurus perusahaan Ayahnya dan perusahaannya sendiri.
"Akhirnya aku bisa menyentuhmu sekarang." gumam Putri seraya menghidupkan laptopnya King.
"Ck, jadi kamu sengaja menyuruhku memakai laptopmu hanya biar aku bisa melihat kemesraan mu dengan Gladys." gumam Putri ketika melihat beberapa foto King dan Gladys yang memenuhi galeri laptop tersebut.
Setelah lelah bermain game, Putri bangkit dari duduknya lalu merebahkan badannya di atas sofa. Sepertinya ia akan menunggu suaminya itu dengan tidur siang.
Beberapa jam kemudian, Putri nampak mengerjapkan matanya. Entah kenapa ia merasa tidurnya sangat nyenyak.
"Sudah bangun." ucap King ketika melihat istrinya itu membuka matanya.
"Kamu ngapain di kamar ku, jangan macam-macam ?" Putri nampak terkejut ketika ia melihat King sedang tidur di sampingnya dan posisinya saat ini sangat memalukan karena lagi-lagi ia menjadikan suaminya sebagai gulingnya.
"Siapa yang macam-macam, jelas-jelas kamu tadi yang memelukku. Lagipula ini bukan kamarmu, tapi ini kamarku di kantor." protes King dengan geram, padahal dalam hati ia bersorak gembira karena lagi-lagi Putri memeluknya meski dalam keadaan tidur.
"Oh, seingat ku tadi aku tidur di sofa." gerutu Putri sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bersiaplah, kita akan pulang." perintah King.
"Memang ini jam berapa ?"
"Jam 6."
"Astaga jadi aku sudah tidur hampir 4 jam di sini, apa aku tidur senyenyak itu." ucap Putri tak percaya.
"Bagaimana nggak nyenyak, hampir 3 jam kamu memelukku." batin King, ia mengingat bagaimana tadi setelah meeting, Ia kembali ke ruangannya, tapi istrinya itu nampak tertidur di sofa.
Karena merasa kasihan, ia memindahkannya ke kamarnya yang berada di dalam ruangannya tersebut. Namun ketika melihat Putri yang tertidur pulas, ia berniat untuk ikut istirahat sebentar lalu merebahkan tubuhnya di samping istrinya itu.
Namun siapa sangka, Putri langsung memeluknya dan menjadikannya seperti guling dan lagi-lagi King tak akan menyia-nyiakan kesempatan langkah itu. Memeluknya dan menciumnya sampai puas, tentunya tanpa sepengetahuan istrinya itu.
Disisi lain, Evan nampak beranjak dari tubuh mantan kekasihnya itu. Entah sudah berapa lama mereka bercinta hingga nampak peluh keringat membasahi tubuhnya. Pendingin di dalam kamar tersebut seakan tak berfungsi, karena panasnya percintaan mereka.
"Sepertinya suamimu, sama sekali tak bisa Memuaskan mu." ucap Evan seraya merengkuh tubuh Gladys dan membawanya ke dalam pelukannya.
"Dia sangat bisa memuaskan ku, bahkan lebih hebat dari kamu tapi dia jarang sekali menyentuhku." sahut Gladys dengan jujur.
"Aku juga bisa sehebat dia." ucap Evan tak terima, kini ia mengungkung lagi tubuh polos Gladys.
"Kamu mau apalagi, aku sangat lelah." protes Gladys ketika Evan mulai melakukan penyatuannya lagi.
"Aku nggak suka kamu membandingkan aku dengan laki-laki lain." ucap Evan yang mulai menikmati tubuh mantan kekasihnya itu lagi.
"Cepat selesaikan, aku harus segera pulang." pinta Gladys.
"Kita selesaikan bersama-sama sayang." ujar Evan dengan suara paraunya.
rugi bandar si king
sudah istri nya diembat uang nya pun di sikat si Evan 👻👻👻👻👻👻