Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Esok harinya, Zaki sudah di rumah uwa Daris untuk menceritakan kejadian kemarin.
"Kamu udah sarapan Ki? Pagi sekali sudah kemari".
"Iyaa wa, tadi neng sudah berangkat sekolah Zaki langsung kemari".
"Jadi, apa yang mau kamu ceritakan nih?".
"Jadi waktu kami pulang terlambat, itu ada kejadian aneh wa sama si neng dan ikhsan. Kemarin sewaktu di kota neng biasa saja, tapi begitu pulang dia bersikap aneh. Begitu masuk gerbang, ikhsan melihat hal nggak masuk akal. Dia lihat neng sendirian di pinggir jalan. Sedangkan neng sendiri lagi di mobil sama kami. Ikhsan langsung turun dan seperti sedang ngobrol sama orang". Jelas Zaki.
"Kok bisa yaa. Terus ?".
"Nah, terus nih wa pas kita lewat sekolah itu ikhsan bilang dia lihat lagi neng. Neng di dalam kelas kosong di sekolah. Kali ini ikhsan seperti emosi karena kami nggak ada yang percaya. Apalagi neng wa, uwa tau kan neng itu nggak pernah ngomong nada tinggi? Tapi disitu, neng bentak si ikhsan wa. Ikhsan pun nggak mau kalah tatapan tajam nya ke neng. Meskipun ikhsan minta maaf ke neng, tapi mata nya seperti kesal. Itu kelihatan banget. Menurut ibu, neng nggak pernah berantem sama teman teman nya itu wa. Menurut uwa gimana ini?".
"Sekarang uwa mau tanya ke kamu Zaki. Sebenarnya ada apa dengan kamu?". Tanya uwa Daris dengan serius.
"Saya wa? Zaki nggak kenapa-kenapa wa". Zaki bingung.
"Uwa mau tanya, kenapa Zaki merantau dan nggak pernah pulang? Lalu, Zaki jadi tertutup sekali. Ada apa sebenarnya nak? tolong ceritakan ke uwa. Uwa ini orang tua mu juga kan. Supaya uwa bisa ambil langkah apa sebaiknya yang kita ambil. Kamu, semenjak kepergian almarhum Rama itu sering melamun. Sebenarnya Rama kenapa nak? Uwa yakin, pasti Zaki tau sesuatu kan?". Tukas uwa Daris.
Zaki di tanya seperti itu, langsung melamun.
Diam tak bergerak...
Kemudian, Zaki menangis.
Bahu nya bergetar, nafas nya terdengar sesak, Zaki buru-buru merogoh saku nya dan mengeluarkan obat lalu meminum nya.
"Zaki, obat apa itu nak". Uwa Daris panik dan mengusap punggung badan nya agar Zaki lebih tenang.
"Sudah, maafkan uwa kalo pertanyaan nya bikin kamu nggak nyaman".
Zaki hanya menggelengkan kepala nya dan berusaha mengatur nafas nya.
Uwa Daris memberikan waktu untuk keponakan nya itu agar lebih tenang dan bisa cerita dengan baik.
Beberapa menit kemudian Zaki lumayan tenang, kemudian Zaki menarik nafas nya dalam dalam.
"Mau di simpan bagaimana pun, pasti akan terbuka juga. Mungkin sudah saatnya Zaki menceritakan semua beban pikiran yang selama ini Zaki pendam sendirian".
"Kalau kamu belum siap cerita tidak apa-apa nak. Masih ada hari lain".
"Nggak wa, harus Zaki sampaikan kebenaran nya. Zaki juga tidak mau terus memendam ini sendirian. Perihal obat, ini obat dari dokter psikiater uwa. Zaki sampai berobat karena memendam semua beban pikiran ini sendiri. Zaki pergi ke dokter dan dikasih obat ini. Sebenarnya sudah lama Zaki tidak minum obat ini, karena Zaki di kota sibuk bekerja. Tapi setelah uwa telepon dan suruh aku pulang, aku bawa obat ini. Ternyata sekarang aku butuh obat ini kan".
"Kamu yakin mau cerita sekarang?". Tanya uwa Daris.
"Zaki akan cerita dengan pelan yaa wa".