NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 - Kecoa di Lift

Namun, bagi keluarga Zai, jumlah sebesar itu hanyalah perkara kecil belaka.

Dup… dup…

Langkah sepatu Alvan terdengar mantap saat ia keluar dari apartemen di lantai dua puluh.

Ia menekan tombol lift, menunggu dengan santai, dan menoleh dan mengagumi lobby lantai 20 itu.

Begitu pintu terbuka, ia langsung melangkah masuk dan menekan tombol lantai 1.

Ting!

Lift itu perlahan menutup dan perlahan turun ke lantai bawah.

Baru saja melangkah 5 lantai, lift berhenti turun di lantai 15 tertera di atas panel lift angka “15”.

suara “ting” terdengar lembut pintu lift terbuka.

Ting!

Begitu pintu terbuka, seorang wanita muda berpenampilan khas kota melangkah masuk.

Bahunya terbuka, langkahnya ringan, aroma parfum sedikit semerbak tercium di udara.

Alvan sempat melirik sekilas dan bergumam pelan,

“Agak gila juga ya, gaya baju orang kota…”

Suara itu terdengar cukup jelas di ruang lift yang kecil.

Setelah pintu lift tertutup,

Wanita itu menoleh dengan alis terangkat, wajahnya langsung menegang.

Alvan belum sadar, malah menambahkan dengan nada santai,

“Nanti kalo adikku kuliah di kota, jangan sampai dia ikut-ikutan gitu. Bisa-bisa kupukul dia duluan.”

Wanita itu membelalak, nadanya meninggi,

“Hei! Kamu kenapa sih, nilai-nilai orang?!”

Ia menatap Alvan dari atas ke bawah, nada suaranya sedikit tinggi.

“Emang salahnya apa baju begini? Aku bukan wanita murahan juga, tahu gak!”

Alvan tersadar kalau ucapannya kedengaran.

“Oh, bukan maksudku gitu, aku cuma—” ucap Alvan sambil menoleh ke wanita muda itu.

“Aku cuma ikut tren, ngerti? Di kota, pakaian begini sangat biasa!” potongnya cepat lagi, nadanya masih kesal tapi tak berlebihan.

Lift hening sesaat. Hanya terdengar dengungan lembut mesin lift yang naik turun perlahan ke lantai 14.

Berbeda dengan wanita muda yang masih sibuk mengoceh dengan suara kecil, Alvan masih menatap sisi sebelah dari seseorang di sebelahnya tepatnya di bagian bahu.

Sesuatu kecil bergerak dan menempel di dinding lift tepat di dekat sebelah bahu wanita muda itu.

Bentuknya hitam kecil, sekilas mirip kecoa.

Alvan yang melihat refleks langsung bergerak.

“Hupp - apa itu?” ucapnya sambil melangkah cepat ke arah sumber gerakan itu.

Gerakannya spontan, membuat tubuhnya otomatis memepet wanita muda itu ke sisi dinding lift.

Jarak mereka jadi sangat dekat terlalu dekat hidung hampir bertemu dengan hidung.

Wanita itu terkejut dan refleks mendorong dada Alvan sekuat tenaga.

Namun Alvan, yang sejak kecil terbiasa bekerja di ladang dan menempuh jalan kaki berkilometer ke sekolah desa, nyaris tak bergeming dengan dorongan wanita kota itu.

“A-apa-apaan kamu!” serunya panik, matanya membesar, antara takut dan bingung, mengira Alvan marah karena ucapannya barusan.

Alvan belum sadar posisinya, tangan kiri nya masih terulur ke arah bahu wanita itu dan tangan kanan menopang badan nya..

“Hup… dapat,” ucapnya pelan, lalu segera mundur setengah langkah dengan mendorong tangan kanan yang masih bertempu di dinding lift sambil menatap benda kecil di tangan kirinya

“Ini apaan sih? Kayak kecoa, tapi keras banget jika ditekan. Warnanya juga hitam, bukan coklat, ga bergerak juga... ” pikirnya dalam hati.

Tanpa banyak ragu, ia menaruh benda itu ke lantai dan melumatnya dengan ujung sepatu.

“Kamu kenapa sih!” bentak wanita itu masih setengah terkejut.

“Kalau tersinggung dengan ucapanku, ya jangan bikin aku kaget gitu! Kamu nggak tahu siapa aku, hah?”

Alvan menatapnya sebentar, masih tenang.

“Oh, maaf… tadi cuma ngambil benda kecil mirip kecoa di belakang bahumu."

"Tapi sepertinya bukan kecoa deh, soalnya warna nya hitam.” Ucap Alvan menunduk lalu menunjuk serpihan hitam di lantai lift.

Lift pun berbunyi kembali.

TING! pintu lift terbuka perlahan.

Alvan melangkah keluar santai, sempat menoleh sedikit.

“Duluan ya…” ucapnya singkat, sebelum hilang di balik pintu.

Wanita itu masih berdiri terpaku, napasnya belum sepenuhnya tenang.

Ia menunduk ke lantai, menatap serpihan hitam yang tadi diinjak dan di tunjuk Alvan.

Salah satu potongan kecilnya berkilau samar di bawah cahaya lampu.

Ia berjongkok, menyipitkan mata.

“…lensa?” bisiknya pelan.

Tatapannya berubah serius. Ia memungut serpihan itu dengan ujung jarinya, memperhatikan bentuknya jelas itu bukan kecoa.

Ada sisa pecahan kaca bening dan potongan logam kecil di dalamnya.

“Jangan-jangan… ada yang mata-matain aku?” gumamnya dengan nada tegang.

Tanpa pikir panjang, ia merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel.

“Ayah, ini aku. Tolong kirim orang ke lantai 1 di lobby apartemen, ada urusan mendadak!"

Tanpa pikir panjang, ia merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel.

“Ayah, ini aku. Tolong kirim orang ke lantai satu, lobby apartemen. Ada urusan mendadak, penting!”

Nada suaranya kini dingin dan tegas benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat dari sikap nyolotnya tadi yang lebih mirip remaja SMA.

Tatapannya tajam, tak lagi gugup ataupun kesal, hanya tersisa kewaspadaan.

Alvan kini telah menaiki motornya, melaju menembus padatnya jalan kota menuju hotel tempat ayahnya menginap.

Sesampainya di depan lobby, ia melihat sosok ayahnya sudah berdiri rapi dengan tas kecil di tangan, seperti sudah menunggu cukup lama.

Ayahnya melangkah mendekat, menatap motor tua itu dengan heran.

“Darimana, Van? Pakai motor segala?” tanyanya sambil menyipitkan mata.

Alvan tersenyum kecil, menyalakan mesin motor pelan.

“Itu, Yah… aku tadi ada urusan sedikit sama perut,” ujarnya, berbohong tanpa banyak pikir.

Ayahnya menatap sejenak, lalu menghela napas pendek.

“Perut, ya?” gumamnya datar, tapi sudut bibirnya tampak menahan senyum tipis.

Alvan pura-pura sibuk memeriksa kaca spion.

“Udah, naik aja, Yah. Kalo lama-lama di depan hotel, nanti dikira ojek beneran,” katanya setengah bercanda.

“Haha, ayo, ayo kita pergi,” ucap Vandi sambil menepuk bahu Alvan.

“Yah, ada maps-nya nggak?” tanya Alvan, menoleh sekilas.

“Ada nih, Van. Pake HP Ayah aja, udah dibuka,” jawab Vandi sambil menunjukkan layar ponselnya.

“Oke…” sahut Alvan, memutar gas dan mulai melaju perlahan keluar area hotel.

Beberapa menit kemudian, ia menatap arah panah di layar HP dengan dahi sedikit berkerut.

Jalan yang ditunjukkan terasa… sedikit familiar.

“Lho, ini kok arahnya mirip kayak arah ke apartemen itu…” gumam nya pelan.

Ia menggeleng - geleng pelan, mencoba menepis pikirannya sendiri.

“Ah, mungkin kebetulan aja.” Pikir Alvan.

Namun, jarak semakin dekat, tanda-tanda di sekitar jalan mulai tak asing lagi bagi nya,

Posisi taman kecil di pojok kiri, minimarket dengan papan terang benerang di seberang taman, hingga menara kaca tinggi menjulang di kejauhan arah utara.

Dan saat tulisan,

“Apartemen Nura Zai (N.Z) Residence” terpampang jelas di depan mereka, Alvan spontan menarik napas pendek.

“Waduh…”

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!