NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:807
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan deras membasahi batu kerikil dan kayu bantalan rel kereta, sesekali kilatan petir merambat di gelapnya awan.

Senja yang biasanya tampak indah dengan matahari jingganya tergantikan oleh pekatnya awan hitam.

Eris berdiri ditengah rel kereta tanpa mantel hujan, tanpa payung, seluruh pakaiannya basah kuyup sedikit menggigil menahan dingin.

Di Hadapannya berdiri seorang gadis memakai gaun kasual berwarna coklat.

Pakaiannya basah, rambutnya basah, dan dari sorot matanya seperti menyimpan kesedihan yang mendalam, seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini.

Wajahnya tertunduk lesu, matanya sembab samar terlihat air mata mengalir di pipi bercampur dengan air hujan yang membasahinya.

“Eris, apapun yang terjadi aku tidak ingin kehilangan kamu” ucap Fatia

Bagaimana kisah lengkapnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ngapel

“Sudah, masuk sana mandi kemudian ganti baju nanti masuk angin” ucap Ayah Fatia, karena melihat anak gadisnya itu masih berdiri mematung.

“Iya ayah, Fatia masuk dulu” jawab Fatia

Ditengah area persawahan terlihat Eris sedang berjalan dengan menyilangkan kedua tangan didepan dada, ditengah guyuran hujan yang masih turun begitu deras

“Tumben hujan deras turun begitu lama, biasanya kalau sederas ini hanya sebentar” bisiknya dalam hati

Dengan terus berjalan akhirnya Eris sampai diarea rel kereta, pikiranya kembali membayangkan adegan demi adegan yang baru saja dilakukanya dengan Fatia.

Sesekali tanpa sadar tubuhnya mengikuti setiap adegan yang sedang dibayangkan, tangan direntangkan badanya berputar berganti dari sisi rel ke sisi satunya terus sampai sampai di penghujung jalan dimana dia harus melanjutkan perjalanan.

Sesampainya dirumah Eris mendapati teman-temanya masih terbaring ditempatnya semula dan tertidur pulas. Mungkin cuaca dingin karena hujan membuat tidur mereka semakin nyenyak.

Eris langsung menuju keruang belakang, membersihkan diri kemudian berganti pakaian kering. Selanjutnya mencuci baju seperti rencana semula.

...****************...

Jarum jam menunjukan pukul tujuh malam, Fatia terlihat tengah sibuk menyisir rambutnya di depan cermin.

“Ehem..” terdengar suara dari depan pintu yang kebetulan tidak tertutup

Fatia menoleh ke arah datangnya suara tersebut dan didapatinya ayahnya sedang berdiri disana

“Sepertinya anak gadis ayah sedang bersiap menunggu pangerannya datang” ucap Ayah Fatia 

Fatia bangkit dari duduknya kemudian berlari kecil menghampiri ayahnya

“Gimana ayah, apakah aku sudah terlihat cantik” ucap Fatia dengan manja, sambil memegangi lengan ayahnya tersebut

“Emm, perfect!!!” Jawab ayah Fatia dengan mengangkat tangan kirinya, jari telunjuk dan jempol disatukan membentuk huruf O sedang jari lainya dibiarkan berdiri

Tidak berapa lama terdengar suara motor dari arah halaman depan rumah,

“Sepertinya pangeranmu sudah datang” ucap Ayah Fatia

“Iya ayah, bener kan aku sudah cantik tidak ada riasan yang kurang” tanya Fatia lagi yang sepertinya belum yakin

“Kita akan lihat, bagaimana ekspresi pangeranmu nanti saat melihatnya” jawab ayah Fatia

Karena keasikan ngobrol dengan ayahnya Fatia tidak menyadari bahwa Eris sudah berada didepan pintu yang keadaanya tidak tertutup

Tok-tok-tok 

“Selamat malam paman, Fatia..” ucap Eris

“Oh, nak Eris sudah datang. Mari masuk, mari-mari silahkan duduk” ucap ayah Fatia sembari berjalan kearah pintu dan menawarkan tamunya untuk duduk

Eris masih berdiri mematung di depan pintu, melihat kearah Fatia, sepertinya sedang terpesona.

“Ini bukan pertama kalinya aku melihatnya, tapi kenapa perasaan ini tetap sama seperti saat pertama bertemu” bisik Eris dalam hati

Fatia yang mengenakan atasan blus berwarna biru, dengan bawahan celana panjang longgar berwarna biru juga.

Rambutnya masih basah tersisir rapi, dengan riasan di wajahnya yang tidak begitu tebal.

Sudah cukup untuk membuat setiap mata yang memandang terkesima.

“Itu air liurnya di lap dulu” ucapan Fatia yang seakan membuyarkan imajinasi Eris

Dengan tersenyum malu Eris melangkahkan kaki ke arah sofa kemudian duduk di sofa paling ujung di dekat pintu.

Diikuti Fatia berjalan ke arah sofa yang lain tetap dengan memegangi lengan ayahnya kemudian duduk disamping ayahnya.

“Apa ayah bilang, sekarang sudah lihat kan bagaimana ekspresi Eris” ucap ayah Fatia 

“Ayah..” sambil mencubit lengan ayahnya tersebut Fatia tersenyum malu kemudian merapikan duduknya

Eris yang melihat pemandangan itu hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa walaupun jelas didengar olehnya sedang membicarakan dirinya.

“Nak Eris, bagaimana keadaan keluarga dirumah, apakah semuanya sehat” ucapan Ayah Fatia sedang memulai obrolan

“Iya paman, semua sehat” jawab Eris

“Dengar dari cerita Fatia, nak Eris tinggal dirumah hanya berdua dengan nenek ya?” ayah Fatia bertanya

“Benar paman, saya tinggal berdua dengan nenek. Sebenernya sih lebih tepatnya tinggal dirumah sendiri karena rumah nenek berada disebelah rumah bapak. Tapi untuk keperluan sehari-hari nenek yang persiapkan.” Jawab Eris menjelaskan

“Bapak ibumu merantau ya?” Tanya ayah Fatia

“Benar paman, sedari kecil kami dititipkan ke nenek” jawab Eris

“Kamu punya saudara, berapa saudaramu?” Ucap ayah Fatia

“Hanya berdua paman, saya dan adik saya. Untuk adik saat ini tinggal di asrama karena sekolah disana” jawab Eris

“Oh, adik kamu di asrama dimana, cowok atau cewek?” Tanya Ayah Fatia kembali

“Adik saya cewek paman, sekolahnya jauh di jawa timur” jawab Eris

“Ayah ini, baru berkunjung sekali Eris uda diberondong pertanyaan gitu. Ntar kapok gak mau kesini lagi loh” ucap Fatia manja

“Ini bukan memberondong, tapi saling bertukar informasi. Sebagai keluarga nantinya ndak lucu kan masak tidak tahu ini siapa, itu siapa. Kamu nanti harus tanya ke nak Eris siapa saja saudaranya, tinggal dimana saja. Jadi waktu ketemu jangan sampai salah memanggil” jawab ayah Fatia nampak serius

“Iya ayah,.. ngomong-ngomong Fatia buatin minum dulu ya” ucap Fatia sembari melangkah ke ruang belakang

Eris yang mendengar ucapan dari ayahnya Fatia tersebut sepertinya sudah mampu menyimpulkan bahwa ayah Fatia sudah merestui hubungannya dengan Fatia.

Dan tidak mampu menyembunyikan perasaan bahagianya tersebut

“Saya justru merasa senang paman menanyakan hal tersebut” ucap Eris dengan raut muka berbinar dengan terus tersenyum yang sepertinya tidak bisa dia tahan.

“Kalau Fatia ini, tiga bersaudara. Kakaknya cewek Elin namanya, sudah berkeluarga anak satu dan sekarang tinggal dikota bersama suaminya. Fatia anak kedua, kemudian adiknya Abud yang mungkin sudah sering kamu lihat antar jemput Fatia kerja, dia masih sekolah kelas 2 SMA” ucap ayah Fatia menjelaskan

“Saya belum melihatnya paman, karena selama satu minggu ini dapat tugas diluar kantor” jawab Eris

“Oh gitu, kamu kerja bagian apa?” tanya ayah Fatia

“Saya di divisi IT paman” jawab Eris

'Ayah, Eris ini minumanya” ucap Fatia sembari menaruh minuman dan beberapa cemilan ke atas meja

‘“Ayo nak Eris sambil diminum” ucap ayah Fatia

“Iya tuh ayah, Eris menghilang tanpa kabar selama seminggu, orang mah harusnya kasih tau kalau kerja ditempat yang sama gitu. Fatia aja uda kasih tau di awal ketemu” ucap Fatia dengan ekspresi kesal

“Iya gak apa-apa, kan sekarang udah tau” jawab ayah Fatia datar, karena memang sudah mengetahui duduk perkaranya dari cerita Fatia.

“Sekarang begini, ayah sudah mengetahui bahwa kalian berdua menjalin hubungan yang istimewa. Ayah merestui hubungan kalian, tapi perlu diingat bukan berarti kalian bebas berbuat apa saja. Kalian sudah sama-sama dewasa, harusnya sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Pesan dari ayah kalian saling jaga, baik kamu Fatia dan juga kamu nak Eris harus saling mengingatkan” ucap ayah Fatia dengan serius

Fatia yang tidak dapat menyembunyikan perasaan terharunya, memeluk ayahandanya tersebut dengan tetes air mata membasahi pipinya

“Terima kasih ayah, ayah adalah yang terbaik” ucap Fatia

Sedangkan Eris hanya duduk terpaku dengan raut wajah bahagia, dan tampak kedua matanya berkaca-kaca

“Baik paman, saya akan berusaha yang terbaik semampu saya” ucap Eris dengan muka tertunduk dan kedua telapak tangan diwajahnya, seolah ingin menutupi air matanya yang mungkin sudah mengalir.

“Ya sudah, kalian lanjutkan ngobrolnya diteras, tentunya Ayah yang sudah tua ini tidak ingin mengganggu kalian ngobrol” ucap ayah Fatia

“Sebentar paman, saya ada yang ingin ditanyakan” ucap Eris 

“Tadi pagi saya lihat dibelakang rumah ada balok-balok kayu dan juga setumpuk genteng. Apa paman ada rencana renovasi rumah atau bangun sesuatu” tanya Eris 

“Oh itu, rencananya ayah mau bikin gudang kecil disamping rumah. Kebetulan ayah ada mobil tua yang masih ayah tinggal dikota, karena disini belum ada tempat jadi belum ayah bawa” jawab Ayah Fatia menjelaskan

“Mobil itu banyak kenangan bersama almarhum ibunya Fatia, jadi ayah tidak tega untuk menjualnya” ucap ayah Fatia 

“Mobil butut itu ya ayah, bukanya dijual aja ke besi tua” ucap Fatia jutek

“Jangan, masih normal itu mesinnya, udah gitu banyak kenangan dulu bersama ibu kamu” ucap ayah Fatia dengan ekspresi sedikit murung, seolah pikiranya kembali membayangkan saat-saat indah bersama istrinya.

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!