popy gadis manis yang hidupnya tak semanis senyumannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anindia Andin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dilecehkan
sore du hari sabtu, popy mengendarai motornya melaju menuju rumah Ratih, di halaman rumah Ratih terparkir mobil warna putih, popy tak tau siapa pemilik mobil itu, popy memarkirkan motornya tepat di samping mobil itu
"mbak popy... " bela berhambur keluar mendengar motor popy memasukkan halaman rumahnya
"mobil siapa bel?"
"papa mbak... ayok masuk"
Bela menggandeng tangan popy
"mama kemana bel? kok sepi?"
"mama pergi arisan mbak" ucap bela sambil mengeluarkan buku dari tas sekolahnya
"trus papamu kemana? ikut mama?"
"ndak, papa masih mandi, baru aja datang"
Popy manggut-manggut mendengarkan bela
mereka memulai belajarnya
"bela... sini"
Dari arah kamar terdengar danang memanggil bela, bela pun pergi ke arah suara itu
Tak berapa lama kemudian bela keluar
"mau kemana bel?" tanya popy
"sebentar ya mbak popy, bela di suruh papa beli batrei jam di toko depan" bela berlalu meninggalkan popy seorang diri
Popy sedang mempelajari apa yang dikerjakan bela di sekolah tadi siang
"wahhh.. ada tamu" sapa danang
"iya mas, saya popy guru lesnya bela"
"oww... guru lesnya bela?" danang mengamati popy dari atas sampai bawah "cantik, siapa namanya tadi?"
"popy mas"
"kenalkan saya danang papanya bela" danang mengulurkan tangan kepada popy dan popy menyambut perkenalkan itu
"sudah lama jadi guru les privatnya bela?"
"alhamdulillah sudah mas"
"asli jogja?"
"bukan, asli malang"
"owww.. jauh ya, kuliah disini?"
"iya" ucap popy singkat
danang diam memperhatikan popy, mata itu tak lepas memandang popy
"sudah punya pacar?"
"maaf mas, saya ndak bisa jawab"
"memangnya berapa gaji jadi guru privat? apa cukup untuk biaya hidup?"
"alhamdulillah cukup"
"kalau kurang bilang aja, bisa aku transfer"
"maaf mas terimakasih, sudah cukup"
"ayolah jangan malu2.. mahasiswa kan?"
"iya"
"apalagi mahasiswa, butuh duwit banyak untuk biaya hidup... "
Bela masuk rumah dan danang tak melanjutkan pembicaraannya
"papa kenalkan ini mbak popy"
"tadi mbk sudah kenalan kok sama papanya bela" ucap popy
Mereka melanjutkan lagi belajarnya, danang pergi berlalu, tapi masih memandang popy penuh maksud yang membuat popy tidak nyaman
ketika popy membereskan alat tulis dan buku2 bela, Ratih datang
"assalamu'alaikum... sudah selesai pop?"
"Walaikumsalam.. iya mbk ini mau pulang"
"bel papa baru pulang apa sudah dari tadi?"
"dari tadi ma, itu ada di kamar"
Ratih meninggalkan popy dan bela di ruang tamu
terdengar dari ruang tamu ratih bertengkar dengan suaminya
"ini yang bikin aku gak kerasan di rumah, baru datang di tanyain ini itu"
"ya ndak gitu mas, wajar kan aku tanya kamu kemana?"
"kamu ndak usah tau aku kemana, yang jelas aku kerja, mengurus usahaku, kenapa masih curiga?"
Terdengar nyaring di telinga bela dan popy
"bela... pamitkan ke mama ya, mbak popy pulang dulu"
Popy berpamitan dan bergegas meninggalkan rumah itu
****
Hari hari berlalu, popy menjalani hari2nya dengan rutinitas yang sama setiap hari.
sore itu popy menuju rumah Ratih, di dapati bela sudah menunggunya di teras depan rumah
"kok di luar bel, kemana mama?"
"mama keluar mbak, kondangan katanya"
"trus kamu sendiri di rumah?"
bela menganggukan kepala
"ndak takut?"
"ndak mbak, sudah biasa"
bela dan popy memasuki rumah dan memulai pelajaran
"bel, mbak popy mau numpang pipis boleh?"
"boleh mbk, lurus aja trus belok kiri"
popy pergi ke kamar kecil. ketika hendak keluar, popy di kejutkan dengan kehadiran danang yang berdiri tepat di hadapannya
"maaf mas,,,, permisi"
"owww ada orangnya to? mau kemana kok buru2"
danang berusaha memegang dirinya dan popy menghindarinya sebisa mungkin
Popy kembali bersama bela di ruang tamu
"bel, papamu barusan datang?" bisik popy
"iya mbk, baru aja"
Ketika popy mengawali pembelajarannya
"bela tolong belikan papa mie instan dunk, papa pingin makan mie"
Ucap danang sambil mengeluarkan dompet dari dalam sakunya
"di dapur kan ada pa"
"itu mie goreng... papa pingin mie rebus" ucapnya sambil melirik popy
dalam hati popy sudah tidak tenang
"mbak popy antar ya bel" tawar popy menghindar sebisa mungkin
"bela berani kok mbk"
Aduhhh... dalam hati popy. bela menghilang dari pintu itu.
Danang berada tepat di samping popy, "mana no rekeningmu manis" danang berusaha mencolek dagu popy
"jangan macam2 mas" popy menghindar
"jangan jual mahal, aku semakin tertantang dengan caramu ini"
"kirim no rekeningmu manis, kau pasti butuh uang kan" danang mengoda popy, dan popy menghindar semakin memojok di kursi itu
"tolong yang sopan mas, aku aduin ke mbak Ratih lho"
"ayolah, jangan sok jual mahal"
danang mendekatkan wajahnya ke wajah popy.
dari kejauhan terdengar bela memasuki halaman rumahnya sambil menenteng tas kresek berisi mie instan
"ini mienya pa"
"kelamaan, papa ndak jadi lapar"
ucap danang menjauhkan dirinya dari popy "mbak ida pulang apa ndak bel"
"kemarin pulang pa"
"kebiasaan anak itu"
Tabiat danang dan ida tidak ada bedanya, sama2 tidak punya sopan santun. danang meninggalkan popy dan bela
"bel... besok lesnya di tempat mbak popy aja ya"
"kenapa mbk?"
"ndak pa2 bel, sekali kali di tempat mbak gimana?"
"bela bilang mama ya, besok aku kabari mbk"
Popy sangat tidak nyaman dengan kehadiran danang suami Ratih itu
setelah menyelesaikan pekerjaannya, popy berpamitan pulang, danang sudah ada di teras rumah
"sudah selesai belajarnya bel"
"sudah pa"
"mau pulang pop? aku antar ya"
"maaf mas terimakasih, aku bawa motor. assalamu'alaikum"
Popy pergi meninggalkan rumah itu, jijik sekali rasanya di sentuh laki2 itu.
Setelah melaksanakan sholat magrib, popy menghubungi prasetya
"assalamu'alaikum mas, sudah sholat?"
"Walaikumsalam sayang, sudah. kamu sudah?"
"sudah mas... "
"kamu kenapa, kok sepertinya galau gitu"
"ndak mas, hanya kecapean aja"
"mas kan sudah bilang, berhenti kerja sayang, apa masih kurang uang yang aku kirim?"
"ndak mas, cukup kok. aku pikirkan lagi ya mas"
"jangan di pikir, berhenti saja ya, nanti kamu sakit"
Popy terdiam bukan lelah yang sesungguhnya dia rasakan, tapi ketidaknyamanannya. ingin sekali dia menceritakan kejadian akhir2 ini tapi dia takut kalau pras khawatir
"kapan pulang mas?"
"mungkin 3 bulan lagi, di tambahi lagi masa tugas mas di sini... kenapa? sudah kangen ya?"
"kangen lah... "
Dari kejauhan bu Retno mendengarkan pembicaraan mereka, hanya tersenyum tipis mengingat masa lalunya
****
Keesokan harinya popy mencoba menghubungi Ratih
"mbak Ratih, aku ijin berhenti ngajari bela ya"
"lho kenapa pop, sebentar lagi bela ujian kelulusan, jangan dulu ya, tunggu sampai bela selesai ujian"
popy kasian ke bela tapi di sisi lain dia tidak nyaman di rumah Ratih
"gimana kalau lesnya di rumah bude saja mbk?"
"kenapa ndak di rumah seperti biasanya pop?"
"biar ganti suasananya mbk"
"di rumah saja ya, habis magrib bela harus mengaji, kalau lesnya di rumah bude kasian bela"
Popy terdiam, bingung harus menjawab apa, jika dia menceritakan yang sebenarnya, dia takut Ratih dan danang bertengkar