NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:595
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22: Logistik Sang Iblis

Profesor Aris Thorne duduk di kantor barunya.

Secara teknis, itu adalah kantor lamanya—kantor Direktur Zona-S yang luas dan berlapis kayu ek—tetapi rasanya asing. Dia hanya menempatinya selama beberapa minggu yang mulia sebelum direbut kembali oleh bocah Pradana itu. Sekarang, dia telah direlokasi ke kantor yang lebih kecil di lantai 78, di sayap Logistik & Operasi.

Kantor itu efisien, modern, steril. Tidak ada jendela asli, hanya layar dinding yang menampilkan pemandangan taman simulasi yang tenang. Tidak ada buku berjilid kulit, hanya rak-rak berisi data-pad standar. Itu adalah kantor seorang manajer menengah yang kompeten, bukan seorang visioner.

Itu adalah sebuah penghinaan.

Dia menatap layar di depannya. Sebuah permintaan anggaran darurat dari 'Direktur' Pradana. Permintaan untuk tiga spektrometer kuantum baru senilai jutaan kredit untuk tim fisikanya. Permintaan itu ditulis dengan nada santai, seolah-olah dia sedang memesan pizza.

Thorne mendengus. Bocah itu. Dia pikir dia raja dunia sekarang. Setelah pidato Nobelnya yang konyol dan berbahaya itu, dia kembali ke Zona-S dengan aura mesias yang tak tertahankan. Dia merombak tim, memecat orang-orang Thorne, merekrut akademisi asing yang eksentrik, dan menghabiskan anggaran seperti air.

Dan Thorne? Thorne diturunkan pangkatnya menjadi... *Kepala Logistik*. Pengurus gudang yang dimuliakan. Penanggung jawab jadwal pengiriman dan katering kantin.

Dia seharusnya mengundurkan diri. Dia seharusnya melemparkan lencana aksesnya ke wajah Rostova. Tapi dia tidak bisa. Dia telah mengabdikan dua puluh tahun hidupnya untuk Zona-S, untuk Proyek Dyson. Dia tidak bisa pergi begitu saja. Dan, jauh di lubuk hatinya yang pahit, sebagian kecil dirinya masih ingin melihat proyek itu berhasil, bahkan jika itu berarti melihat Pradana mendapatkan semua pujian.

Sebagian kecil lainnya... hanya ingin melihat Pradana gagal. Spektakuler.

Dia menolak permintaan spektrometer itu. Alasannya: `Tidak sesuai dengan proyeksi anggaran Kuartal 4. Ajukan kembali dengan justifikasi ROI yang lebih detail.` Itu akan membuat bocah itu sibuk selama seminggu.

Thorne bersandar di kursinya, merasakan kepuasan kecil yang masam. Inilah satu-satunya kekuasaan yang tersisa baginya: kekuasaan birokrasi. Kekuasaan untuk mengatakan 'tidak'. Kekuasaan untuk memperlambat.

Konsol prioritas di mejanya berbunyi—bip tajam yang membuatnya tersentak. Hanya satu orang yang menggunakan saluran itu.

`PANGGILAN MASUK: SENATOR K. ROSTOVA.`

Jantung Thorne berdebar. Dia merapikan rompinya yang tidak kusut dan menekan tombol terima, mencoba memasang ekspresi tenang dan kompeten.

Wajah Kaelen Rostova muncul di layar utamanya. Dia berada di kantornya yang mewah, tampak segar dan berenergi seperti biasa. Senyum hangatnya langsung membuat Thorne merasa tidak nyaman.

"Aris," kata Rostova, suaranya seperti madu hangat. "Maaf mengganggu pagimu. Aku harap aku tidak memanggil di waktu yang buruk?"

"Tentu saja tidak, Senator," kata Thorne cepat. "Selalu ada waktu untuk Anda. Bagaimana saya bisa membantu?"

"Aku hanya ingin... *check-in*," kata Rostova. "Aku tahu transisi ini sulit bagimu. Aku ingin memastikan kau baik-baik saja."

Thorne merasakan kepahitan naik di tenggorokannya. *Baik-baik saja?* Dia baru saja dipermalukan di depan seluruh komunitas ilmiah. "Saya baik-baik saja, Senator. Hanya... menyesuaikan diri dengan peran baru saya."

"Bagus sekali." Senyum Rostova semakin lebar. "Karena peranmu itu, Aris, mungkin adalah peran *paling penting* dalam keseluruhan proyek ini sekarang."

Thorne mengerjap. "Maaf?"

"Direktur Pradana," kata Rostova, nadanya berubah menjadi lebih serius, lebih konspiratif, "adalah seorang jenius. Tidak diragukan lagi. Seorang visioner. Tapi dia..."—dia berhenti, seolah mencari kata yang tepat—"...seorang seniman. Dia hidup di dunia teori dan persamaan. Dia tidak memahami realitas di lapangan. Logistik. Anggaran. *Manusia*."

Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menatap tajam ke arah Thorne melalui layar. "Itulah sebabnya aku membutuhkanmu, Aris. Aku membutuhkan pengalamanmu. Aku membutuhkan pragmatismemu. Aku membutuhkanmu untuk menjadi tangan yang mantap di kemudi."

Thorne merasakan harga dirinya yang terluka mulai terobati. Dia menegakkan punggungnya. "Saya selalu siap melayani proyek ini, Senator."

"Aku tahu." Rostova tersenyum lagi. "Itulah mengapa, efektif segera, aku memberimu **otonomi penuh** atas seluruh operasi logistik Mars. Tambang *Calicite-7*. Pengiriman antarplanet. Jadwal kru. Semuanya."

Mata Thorne melebar. Otonomi penuh? Itu berarti... dia tidak perlu lagi melapor kepada Pradana untuk keputusan operasional?

"Senator, ini... ini sebuah kehormatan," gagap Thorne. "Tapi bukankah Direktur Pradana..."

"Direktur Pradana terlalu sibuk dengan visi besarnya," potong Rostova halus. "Dia tidak perlu diganggu dengan detail-detail kasar di Mars. Dia mempercayaimu untuk menanganinya. *Aku* mempercayaimu untuk menanganinya."

Dia berhenti sejenak, membiarkan bobot kata-katanya meresap. "Proyek ini berada pada titik kritis, Aris. Kita harus memenuhi kuota produksi *Calicite-7* itu. Setiap penundaan, sekecil apa pun, dapat membahayakan keseluruhan jadwal. Kegagalan bukanlah pilihan."

Thorne mengangguk, merasakan beban tanggung jawab (dan peluang) yang baru saja diletakkan di pundaknya. "Saya mengerti, Senator. Saya akan memastikan kuota itu terpenuhi. Apa pun yang diperlukan."

"Aku tahu kau akan melakukannya." Senyum Rostova kini memiliki sedikit keunggulan. "Dan aku tahu kau adalah pria yang memahami bahwa terkadang, untuk mencapai tujuan besar, kita harus membuat 'keputusan sulit'. Kita harus 'merampingkan' proses."

Thorne mengerutkan kening. "Merampingkan?"

"Birokrasi, Aris," kata Rostova, melambaikan tangannya dengan santai. "Protokol keselamatan yang berlebihan. Peraturan kesejahteraan pekerja yang dibuat oleh komite yang tidak pernah menginjakkan kaki di Mars. Hal-hal yang memperlambat kemajuan. Hal-hal yang mungkin... tidak diperlukan dalam situasi darurat seperti ini."

Darah Thorne terasa dingin. Dia tahu persis apa yang Senator itu maksudkan. Laporan Julian Frost tentang "anomali keamanan" di tambang, yang dulu dia tepis. Keluhan serikat pekerja Tier-D tentang jam kerja yang tidak manusiawi.

"Senator," kata Thorne hati-hati, "protokol itu ada karena suatu alasan. Kondisi di Mars berbahaya. Kita tidak bisa..."

"Kita bisa, Aris," potong Rostova, suaranya kini tanpa kehangatan sama sekali. Dingin dan keras seperti baja Mars. "Kita *harus*. Ini bukan lagi hanya proyek sains. Ini adalah masalah keamanan nasional. Kestabilan global dipertaruhkan. Apakah kau mengerti?"

Ancaman terselubung itu jelas. Jangan mengecewakanku.

Thorne menelan ludah. Dia terjebak. Dia baru saja diberi kekuasaan absolut, tetapi dengan syarat yang mengerikan. Dia bisa menjadi pahlawan yang menyelamatkan proyek... atau kambing hitam jika terjadi kesalahan.

Dia memikirkan Pradana. Bocah sombong itu, duduk di kantornya, bermain dewa, sementara dia, Thorne, harus melakukan pekerjaan kotor. Kemarahan lamanya kembali membara.

Pradana ingin menjadi pahlawan? Baik. Biarkan dia menjadi pahlawan. Thorne akan menjadi pria yang menyelesaikan pekerjaan. Pria yang membuat keputusan sulit.

"Saya mengerti, Senator," kata Thorne pelan, suaranya mantap. "Saya akan memastikan kuota itu terpenuhi. Saya akan merampingkan prosesnya."

Senyum Rostova kembali, kali ini senyum seorang jenderal yang baru saja memenangkan pertempuran. "Bagus sekali, Aris. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu." Dia melirik sesuatu di luar layar. "Aku harus pergi sekarang. Rapat dengan Duta Besar Beijing. Terus laporkan kemajuanmu langsung kepadaku. Dan jangan ganggu Direktur Pradana dengan detail-detail ini. Biarkan dia fokus pada... musiknya."

Koneksi terputus.

Thorne duduk diam di kantornya yang sunyi. Dia menatap layar yang gelap. Dia baru saja membuat perjanjian dengan iblis.

Dia membuka file logistik Mars. Data produksi. Jadwal kru. Laporan insiden keamanan.

Dia melihat laporan terakhir dari manajer tambang di Mars, seorang pria tangguh bernama Borin—seorang Tier-C yang naik pangkat. Laporan itu berisi keluhan tentang kelelahan kru, kerusakan peralatan karena penggunaan berlebihan, dan permintaan mendesak untuk meninjau kembali protokol keselamatan pengeboran plasma. Laporan itu telah dia abaikan tiga hari lalu.

Dia membukanya lagi. Dia membaca permintaan Borin.

Lalu, dia menekan tombol 'Tolak'.

Dia mengetik balasan singkat: `Kepada: Manajer Operasi Borin. Dari: Kepala Logistik Thorne. Permintaan peninjauan protokol ditolak. Target produksi Kuartal 4 bersifat final dan tidak dapat dinegosiasikan. Terapkan jadwal kerja 18 jam/siklus untuk semua kru pengeboran sampai kuota tercapai. Kegagalan tidak akan ditoleransi. Akhir pesan.`

Dia ragu-ragu sejenak sebelum menekan 'Kirim'. Ini adalah perintah yang berbahaya. Jadwal 18 jam itu melanggar setiap peraturan kesejahteraan pekerja. Itu akan membunuh orang.

Dia memikirkan Pradana, menerima Nobel keduanya, berbicara tentang 'hak asasi manusia'. Kemunafikan itu membuatnya muak.

Dia menekan 'Kirim'.

Sebuah ikon kecil muncul di layarnya: `Pesan Terkirim ke Mars. Tanda Terima Pengiriman: Diterima.`

Tidak ada jalan untuk kembali sekarang.

Thorne bersandar di kursinya. Dia tidak merasa seperti pahlawan. Dia tidak merasa seperti penjahat. Dia hanya merasa... kosong. Dan sangat, sangat lelah.

Dia membuka permintaan anggaran spektrometer dari Pradana lagi. Dia menatapnya lama.

Lalu, dia menekan 'Setujui'.

Biarkan bocah itu bermain dengan mainan mahalnya. Biarkan dia tetap teralihkan di menara gadingnya.

Sementara itu, di bawah sana, di dunia nyata, Aris Thorne akan melakukan apa yang perlu dilakukan. Dia akan mengotori tangannya. Dia akan membuat keputusan sulit. Dia akan menyelamatkan proyek ini.

Dia akan menunjukkan pada semua orang siapa manajer yang sebenarnya.

Dia membuka jadwalnya. Dia perlu memesan penerbangan ke Mars. Dia harus mengawasi ini secara pribadi.

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!