Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.
"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.
"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."
"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
USG
Sesampainya di mall yang dipenuhi banyak pengunjung karena hari ini adalah hari weekend, Robert dan istrinya berjalan dibelakang Bram yang lebih dulu. Naura disamping Bram menahan kekesalan nya karena suaminya itu terlihat bersemangat mencarikan banyak barang untuk Alina.
Bram terlihat memilih-milih pakaian yang cocok untuk Alina, gadis yang hampir satu tahun berlabuh di hatinya itu sangat menyukai model pakaian yang sederhana.
Dan ia juga tahu ukuran tubuh Alina dan warna kesukaan Alina yang menyukai warna pastel, sang mantan kekasih tidak menyukai warna baju yang mencolok. Dan itu sangat pas dengan kepribadian Alina yang sederhana dan tidak banyak bicara.
"Ini sepertinya sangat cocok buat Alina, dia pasti akan sangat cantik menggenakan nya." Cetus Bram yang sibuk mengamati model pakaian gaun yang telah ia kagumi sejak pria itu baru memasuki toko pakaian.
Bram memasuki butiq yang terbilang cukup populer dan ramai pengunjung, kebetulan juga toko butiq yang mereka masuki adalah teman dekat ibunya.
Teman Lisa adalah designer, sehingga setiap Lisa ada acara pesta ia pasti memercayakan gaun pestanya kepada temannya itu.
Namun ada rasa kesal ketika Naura dan Lisa mendengar bahwa Bram memuji salah satu gaun yang memang menurut mereka sangat elegan dan cantik.
Robert malah lebih terkejut ketika putera nya itu memuji Alina, pria itu memang akui Alina sangat cantik alami.
"Menatap Bram begitu memuji Alina, jangan-jangan dulu dia pernah naksir Alina." Batin Robert.
Tanpa pria tua itu tahu bahwa keduanya menjalin hubungan asmara selama menjalani studi akademi nya. Bahkan putra tirinya itu begitu mencintai gadis yang terpaksa ia tinggalkan karena ia harus bertanggung jawab sudah mengh4m1li Naura.
"Selamat siang Lisa...." Sapa seorang wanita paruh Baya yang berjalan anggun mendekati mereka.
"Oh Reyna kamu tumben ada disini?" Seru Lisa tak mempercayai teman baiknya ada di butiqnya sendiri.
Seingat Lisa bahwa Reyna pergi masih ada diluar negeri, terlihat dari unggahannya di media sosial. Lisa juga sempat melihat bahwa Reyna sedang menghadiri fashion show designer terkenal di Paris.
"Aku kebetulan sudah balik dari Paris, lagi pula lagi musim salju saya terpaksa pulang lebih awal." Jawab Reyna.
Keduanya pun nampak saling berpelukan.
"Ya aku tahu kamu alergi dingin, tapi kamu sehat kan?" Tanya Lisa memastikan temannya.
"Tentu saja, ini Bram kan?" Tebak Reyna.
"Iya, dan disampingnya istrinya. Naura ini teman ibu." Ucap Lisa.
Naura pun tersenyum dan mengulurkan tangan pada wanita cantik dengan pakaian modisnya. Begitu juga dengan Bram yang sudah kenal lama teman baik ibunya.
"Tante Reyna apa kabar?"
"Baik Bram, selamat ya atas pernikahan kalian. Maaf Tante gak bisa hadir waktu itu."
"Tidak apa Tante, Bram tahu sesibuk apa Tante yang hebat ini." Puji Bram.
"Kamu bisa saja, anak kamu ini lho Lisa hati-hati dia pandai merayu." Tawa Reyna.
Kini giliran Reyna mendekati Robert dan menyalami pria tua itu.
"Kapan kamu menikah lagi Reyna? Berilah putera kamu ayah." Cetus Robert.
"Puteraku tidak ingin aku menikah lagi, dan aku sendiri tidak berniat untuk memikirkan yang kamu katakan Robert. Aku mencintai duniaku ini." Jawab Reyna tegas.
Reyna janda dengan satu putera, suaminya meninggal karena penyakit kronis sejak lama, namun ia tak kunjung menikah lagi karena rasa cintanya pada mendiang suaminya.
***
Alina yang sempat tertidur siang merasakan badannya seolah ada yang men1nd1h nya, saat matanya terbuka ia terperangah melihat tangan Bara telah ada di perutnya.
Pria itu terlihat tidur disamping Alina tanpa sang istri sadari, bahkan terdengar jelas dengkuran Bara yang menggema cukup kencang di indera pendengaran Alina.
Alina menyingkirkan tangan Bara hingga akhirnya pria itu terbangun dan mulai mengumpulkan nyawanya yang belum genap. Atensi pria itu kini tertuju pada Alina yang menutup rapat selimutnya hingga sebatas leher.
Seolah Bara adalah ancaman baginya, entah mengapa walau pun disampingnya adalah suami sahnya, namun Alina masih belum bisa terbiasa.
"Kenapa kak Bara tidur disampingku?" Tanya Alina gugup, ia malah bertanya dengan pertanyaan bodohnya.
"Bukankah semalam juga kita tidur bersama kan? Apa salah?" Jawab Bara yang kini tengah mengeliatkan badannya.
Alina juga teringat kejadian pagi tadi hingga ia terpekik mendapati suaminya bert3lanj4n9 dada di sampingnya, itu artinya semalam ia tidur dengan Bara.
"Iya tapi kenapa kak Bara tidur? Katanya tadi mau treadmill?" Ucap Alina yang merasa aneh dengan suaminya Itu.
"Alina....Alina, lihat sekarang jam berapa? Kamu tidur terlalu lama, aku bahkan sudah berolahraga." Jawab Bara.
Saat Bara setelah melakukan treadmill selama hampir 40 menit, ia yang masih letih pun memutuskan untuk bergabung dengan Alina.
Pria itu naik keatas king sizenya dan tidur disamping Alina dengan memeluk istrinya. Alina terkejut ketika hari telah mulai sore.
Jadi selama ia pingsan tadi ia menghabiskan tidur siangnya selam 3 jam penuh. Alina jadi malu sendiri tidur selama ini di kediaman yang masih baru baginya, biasanya ia akan sulit beradaptasi tidur ditempat orang lain.
Dulu saat Alina menginap dirumah sahabatnya Nova pun sama, ia susah tidur. Tapi ini mengapa ia sampai tidur siang selama ini? sungguh wajah Alina kini memerah karena malu.
Mungkinkah ini ada kaitannya dengan hormon kehamilannya? Entahlah kini Alina menjadi berasumsi sendiri dengan pemikirannya.
"Maaf kak kalo aku tidur terlalu lama." Ucap Alina malu.
"Tidak apa sweety, itu karena kamu mungkin sering lelah karena anak kita, apakah dia baik-baik saja?" Tanya Bara tanpa meminta persetujuan Alina ia telah menaruh tangannya pada perut rata istrinya.
"Mu_mungkin saja kak, tapi dia baik-baik saja." Jawab Alina di selimuti rasa gugupnya.
Alina mendiamkan saja dan tak protes seperti saat sang suami sering mencuri c1um padanya. Bahkan usapan tangan Bara diperutnya begitu membuat hatinya menghangat.
Tangan Bara terus saja mengusap perut istrinya, hingga tatapan Bara kini tertuju pada Alina. Kelopak mata yang biasanya menatap tajam bahkan sering menggoda dirinya itu kini menatapnya penuh keintiman.
"Boleh saya menjenguknya?" Tanya Bara dengn nafas memburu.
"Maksudnya? Menjenguk gimana ya?" Tanya balik Alina.
"Menjenguk anak kita sweety." Jawab Bara yang gemas mencubit dagu runcing Alina.
"Tapi kan kak dia masih kecil dan belum keluar, gimana caranya kamu menjenguknya?" Tanya Alina yang sebenarnya membuat Bara ingin tertawa terpingkal oleh kepolosannya.
"Atau maksud kakak itu kita USG ke dokter? Seperti yang disarankan dokter keluarga ayah?" Lanjut Alina kembali yang masih belum paham arah dan tujuan keinginan Bara.
"Bukan itu maksudnya sweety, tapi menjenguk anak kita dengan berc1nta, kau mau sayang?" Pinta Bara yang terlihat tak kuasa untuk berpuasa.
Kelopak mata bening berwarna coklat terang itu membesar, ia kini paham maksud suaminya dengan meminta menjenguk anak mereka.
"Jangan macam-macam ya kak? Aku belum siap untuk itu." Sergah Alina yang menahan pergerakan suaminya yang akan menyerangnya.
Terlebih lagi terlihat tatapan penuh lapar yang ditunjukkan suaminya padanya, sungguh makin membuat Alina resah saja memiliki suami macam Bara.
"Lalu sampai kapan sweety? Aku bukan pria yang bisa menahan semuanya. Aku pria normal, dan aku suami kamu." Ucap Bara masih dengan nada rendah.
"Nanti, pokoknya Alina belum siap." Jawab Alina memalingkan wajahnya.
Bara terlihat kecewa, namun ia tak mau memaksa Alina melayaninya.
"Mandilah Alina, nanti aku akan mengajakmu kerumah sakit. Kita harus lihat perkembangan anak kita. Kau mau?" Tawar Bara dengan menatapnya penuh kelembutan.
"Iya kak." Jawab Alina patuh dan ia antusias mendengarnya.
Walaupun hari ini hari libur, namun karena rumah sakit adalah milik keluarga peninggalan ayah Robert yang dulunya seorang dokter (kakek kandung Bara) akhirnya mereka bisa melakukan cek kandungan.
Seorang dokter wanita yang terbilang berumur 40 tahun dengan ramah menuntun Alina menantu pewaris banyak bisnis itu hingga ke tempat tidur. Dimana nanti Alina akan di USG ditempat yang terbilang sangat nyaman.
Dengan dibantu suster Alina direbahkan dibrankar, Bram pun ikut mendekat pada istrinya dan duduk disamping pembaringan istrinya.
Suster menyelimuti tubuh Alina, lalu ia mengangkat dress yang dipakai pasien, terlihat jelas perut putih mulus Alina tanpa cacat atau noda apapun.
Bara tertegun melihatnya, terlebih kini Alina terlihat malu ketika suaminya melihat kondisinya saat ini. Suster memberikan gel yang terasa dingin pada perut Alina.
Dokter mendekat dan mulai mengecek kondisi rahim Alina lewat perut bawahnya, terasa sangat dingin yang Alina rasakan, belum lagi ia hanya menatap layar monitor karena rasa penasarannya.
Bukan hanya Alina saja, namun Bara pun merasakan hal yang sama.
"Bagus, kandungannya sehat. Detak jantungnya juga sudah mulai terdengar." Ucap dokter wanita itu.
Tangannya menunjuk pada sebuah layar.
"Kenapa belum terbentuk dokter?" Tanya Bara.
Dokter wanita itu malah tersenyum. Dia merasa Bara begitu antusias dan penasaran, sangat wajar seorang ayah di kehamilan pertama anak mereka akan begitu senang dan antusias sekali.
"Belum terlihat Bara, janin istri kamu masih muda, baru juga memasuki usia ke 2 bulan."
"Lalu kapan bisa melihat nya dalam bentuk sempurna? Terus jenis kelaminnya kapan juga bisa lihat dok?" Tanya Bara lagi.
"Untuk mengetahui jenis kelamin bisa dilihat dari usia 4 bulan, dan 5 bulan kamu bisa melihat bayi kamu yang telah sempurna." Terang dokter wanita itu.
Alina dan Bara terlihat membayangkan anak mereka, rasanya mereka ingin secepatnya bisa melihat nya.
"Sabar ya, jangan lupa vitamin dan makan yang cukup gizi. Kalo bisa imbangi dengan susu untuk nutrisi tambahan." Peringat dokter kandungan yang sudah lama bekerja dirumah sakit kakek nya Bara.
"Anda tenang saja, nanti akan saya ingatkan istri saya." Jawab Bara.
Dokter pun kembali ketempat dan menulis resep untuk Alina, sedangkan suster yang ingin membantu dicegah oleh Bara.
"Biar saya saja sus." Ucap Bara.
"Baik tuan."
Dipikir Alina, suaminya itu akan membantunya turun dari kasur tapi pria itu malah mengusap perut Alina yang masih terbuka.
"Kak....." Ucap Alina lirih, ia hendak protes.
"Sstt diam biarkan aku menyapa anak kita." Ucap Bara.
Alina hanya terdiam saja, percuma ia protes bahkan menolak nya. Toh menurutnya Bara adalah ayah dari janin yang ia kandung dan pria itu berhak.
"Tumbuh sehat ya baby daddy, jangan nakal didalam disana." Ucap Bara dengan berbicara sendiri pada perut Alina.
Seakan bayi yang ada di perut Alina dengar dan tahu yang berbicara itu adalah Daddy nya. Bara mengecup perut Alina dan bersuara kembali dengan berbisik.
"Sehat-sehat ya sayang, kalo pengen main bola sama Daddy bilang aja, nanti biar Daddy jenguk kamu."
Alina yang tahu maksud dari arah pembicaraan suaminya itu kini membulatkan matanya, sang istri melotot padanya. Namun Bara yang gemas bukannya berhenti, tapi tangannya malah dengan nakal menyusup hingga kian ke atas perut Alina.
Tangan Bara masuk ke dalam nya dan merem45 salah satu kembaran kenyal Alina, hingga sang istri terpekik dengan kejahilan suaminya.
"Kak Bara....." Seru Alina menatap tajam suaminya.