Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : London
Ayu mengerjapkan matanya perlahan, sepanjang waktu Ayu menghabiskan waktunya untuk tidur.
Melakukan perjalanan jauh menggunakan moda transportasi pesawat yang belum pernah ia pakai sebelumnya membuat Ayu lelah.
Bagaimana Ayu tidak merasa lelah melakukan perjalanan selama dua puluh jam lebih dari Jakarta menuju ke London, sedangkan selama perjalanan Ayu merasa strees dan ketakutan karena baru pertama kali menggunakan pesawat.
"Makan malamnya, Bu!" Selly menyambut Ayu yang terlihat lebih segar setelah tertidur beberapa saat lamanya.
"Masak apa, Sel?" tanya Ayu sambil menatap makanan yang tertata manis di meja makan tersebut.
"Kita bawa beberapa lauk dari Jakarta, Bu, takutnya Bu Ayu belum adaptasi dengan makanan negara ini!" jawab Selly.
"Mantap!" Ayu mengangguk dengan wajah berbinar.
Kemarin sempat berbincang sama Selly kalau makanan di negara itu sangat berbeda dengan makanan dari Indonesia sana.
Selly melayani Ayu seperti seorang tuan putri. "Kita kan jauh dari Pak Fernando, sekarang kamu manggil aku nama aja, Sel!" pinta Ayu disela mengunyah daging rendang.
"Jangan begitu, Bu Ayu! Saya nggak berani kurang ajar begitu dengan ibu!" tolak Selly tegas. Selly mana berani dengan permintaan Ayu tersebut, sementara di unit sebelah ada pengawal yang memantau keadaan mereka selama dua puluh empat jam penuh.
"Ini kan kita berdua aja Sel, nggak ada yang tahu kok!" Ayu tetap mendebat dan siap beradu argumen sampai Selly mengubah panggilannya.
"Jangan bikin saya susah, Bu! Saya masih butuh uang buat orang tua saya!" ucap Selly sambil membejek nasi pakai sambel.
Ayu cemberut karena permintaannya tak diindahkan oleh Selly. Kalian tahu kan rasanya, hidup berdampingan tapi seperti ada pembatas tak kasat mata yang membatasi hubungan mereka.
"Makan yang banyak, besok Bu Ayu mulai mempelajari tentang bagaimana manner yang baik dan benar itu. Belum lagi Ibu juga harus mempelajari toefl, SAT dan GMAT. "
"Nggak bisa ngaso dulu ya, Sel? Jalan-jalan dulu kek, lihat yang bening-bening di sini, baru tuh pelajaran dijejalin ke otak gue!" Ayu memprotes kedisiplinan Selly yang langsung mengatur jam belajarnya sedemikian padatnya.
"Boleh, boleh, Bu Ayu! Besok kita jalan-jalan dulu sebelum masuk ke pembelajaran! Ah ya, tapi nggak nyari yang bening-bening, Bu Ayu nggak takut sama Tuan Fernando? Kalau TuanFernando marah kita bisa habis!" tegur Selly suka bingung dengan keberanian Ayu tersebut.
"Dia kan nggak tahu, Sel!" Ayu berkata sambil nyengir.
"Beliau memang nggak ada di sini tapi beliau bisa melihat dan mendengar kita!" tegur Selly pelan.
"Iya, iya, Selly! Gitu aja dibikin serius!" Ayu kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya.
Selly menghela nafas panjang, dia baru tahu di balik kepolosan dan pendiamnya Ayu itu ternyata ada sifat lucunya juga.
"Aku tuh nggak mungkin ngelakuin hal yang bakalan bikin Pak Fernando marah, Sel! Dia yang mengangkatku sampai sejauh ini, aku nggak akan mengecewakan dia!"
Selly mengangguk lega pasalnya segala sesuatu tentang Ayu adalah tanggung jawab utamanya saat ini, Selly tak akan mengecewakan tuannya.
***
Keesokan harinya Selly membawa Ayu pergi keluar untuk melihat-lihat sekitarnya.
Dua orang pengawal menjaga keduanya dengan jarak aman di belakang sana.
"Wah, bagusnya tempat ini!" teriak Ayu sambil mencubit pipinya sendiri karena Ayu tak yakin kalau itu benar-benar nyata.
Selly yang juga baru pertama kali berkunjung ke negara itu juga merasa takjub.
"Bu Ayu mau berbelanja sesuatu atau makan sesuatu?" tanya Selly saat mereka berjalan di depan butik barang branded.
"Aku buat apa, Sel?" tanya Ayu bingung sambil menatap deretan tas yang terpajang di etalase sana.
"Ya buat dipakai, Bu! Buat mejeng atau buat koleksi juga boleh!" jawab Selly santai.
"Nggak lihat lemari aku tadi!" celetuk Ayu sewot, pasalnya lemari Ayu di mansion tempat tinggalnya itu telah tersedia banyak baju, sepatu dan tas dari merk terkenal yang bahkan belum pernah Ayu dengar sebelumnya.
"Namanya juga istri Tuan Fernando, nggak mungkin juga Ibu pakai baju kayak saya gini!" balas Selly sambil menatap pakaiannya yang selalu monoton, hanya celana panjang dan kemeja menggantikan baju seragam hitam-hitamnya yang dipakai Selly di Jakarta kemarin.
Selly mengajak Ayu masuk ke sebuah kafe, dengan sigap Selly memesankan makanan untuk Ayu, daripada Ayu salah memilih nanti.
Kue dan kopi menjadi hidangan yang menemani mereka berbincang di siang itu.
"Udah berapa lama kerja sama Mas Fernando, Sel?" tanya Ayu sambil menatap dua pengawal prianya yang berdiri di luar kafe tersebut.
"Sekitar tiga tahunan, Bu!"
"Langsung jadi pengawal begini?" tanya Ayu.
"Saya awalnya hanya sebagai anggota pengawal, tapi sekarang sudah menjabat sebagai salah satu kepala di divisi keamanan makanya saya dipercaya menjaga Ibu."
"Wow, keren banget sih lo, Sel!" Ayu menonjok lengan Selly dengan pelan.
Selly melotot melihat bagaimana Ayu berlaku sesuka hati dan tanpa batasan memperlakukannya.
"Bu Ayu, please Bu Ayu harus ada batasan sama saya. Saya hanya bawahan Ibu!"
"Santuy, kita lagi nggak di depan Pak Nando dan Pak Albert!" ucap Ayu masa bodoh.
Selly menghela nafas panjang, rasanya memang sifat Ayu setulus itu dan apa adanya, hingga batasan yang diminta oleh Selly pasti tak diindahkannya.
"Kuenya enak ya, Sel!" Ayu menghabiskan suapan terakhir lalu meletakkan garpu kecil itu di tempatnya.
"Kalau mau saya bisa pesankan lagi, Bu!" Selly hendak berdiri untuk memesankan kue yang dimau oleh Ayu tadi.
"Ish, nggak usah, Sel! Aku udah kenyang! Ayo kita jalan lagi aja!" Ayu menarik tangan Selly.
Kejadian itu membuat dua orang pria berbadan tegap itu menegang.
"Nggak usah ngadu, aku yang narik Selly bukan Selly yang kurang ajar!" tegur Ayu sambil melotot marah.
Dua pria itu saling tatap lalu bersama-sama menatap Selly. Selly berbicara dengan matanya seolah Selly mengatakan bahwa nyonyanya itu memang seabsurd itu dan membuatnya bingung.
Salah satu pria itu memberi peringatan dengan menatap tajam ke Selly, seolah dia berkata jangan kamu ulangi lagi.
Ayu melanjutkan langkahnya lagi, Selly berjalan di samping Ayu dan menanggapi setiap pertanyaan Ayu tentang sejarah kota itu.
Tiba-tiba langkah Ayu terhenti saat dia melintas di depan toko anak-anak.
Ayu mematung dan sesaat dia mengingat anak lelakinya yang sekarang berada di desa sana. Tanpa sadar Ayu meneteskan airmatanya.
"Bu Ayu, saya harap anda bisa menguasai diri, ingat anda adalah istri Tuan Fernando, cerita tentang masa lalu anda sebaiknya lupakan saja atau simpan rapat-rapat di sudut hati anda, saya nggak mau Tuan Fernando marah dengan anda."
Ayu menghapus air matanya dengan kasar, benar apa yang dikatakan oleh Selly, bahwa kehidupan lamanya telah terhapus sejak dia menyetujui menikah dengan Fernando waktu itu dan Ayu harus menjaga komitmen itu.