NovelToon NovelToon
DIKHIANATI OLEH JANJI DIBANGKITKAN OLEH AI

DIKHIANATI OLEH JANJI DIBANGKITKAN OLEH AI

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Kehidupan di Kantor / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketahuan

Pintu kamar rawat Dante terbuka perlahan, Freya melangkah masuk dengan anggun. Matanya tampak lelah, tetapi ia membawa nampan berisi bubur dan segelas air hangat. Di samping ranjang, Hani, ibu Dante, tersenyum menyambutnya.

"Freya, Nak, kau sudah datang," sapa Hani dengan suara lembut. "Ibu pulang dulu ya,"

Freya mengangguk. "Ibu pulang saja, saya yang akan menemani Dante."

Hani mengusap bahu Freya penuh kasih sayang. "Tolong jaga Dante ya," ucapnya. Sebelum pergi, ia mencium kening Dante yang masih terbaring lemah.

Setelah Hani pergi, Freya duduk di kursi samping ranjang. Ia menatap wajah Dante yang damai dalam tidurnya. Perasaannya campur aduk, ada rasa lega, khawatir, dan cinta yang mendalam. Ia mengambil selembar tisu basah, lalu membersihkan wajah Dante dengan hati-hati. Tangannya lembut, seolah menyentuh kaca yang rapuh.

Dante bergerak sedikit, kelopak matanya bergetar. Ia perlahan membuka mata, melihat siluet Freya yang duduk di sampingnya. "Freya," bisiknya, suaranya masih serak.

"Aku di sini," jawab Freya, tersenyum tipis. Ia meletakkan nampan di nakas. "Aku membawakanmu bubur, tapi makan setelah kau minum obat."

Saat Dante mencoba untuk duduk, Freya segera membantunya. Ia menyandarkan bantal tambahan di belakang kepala Dante agar lebih nyaman.

"Kau pasti lelah," ucap Dante, suaranya sedikit lebih jelas.

"Tidak apa-apa," jawab Freya. Ia mengambil segelas air dengan sedotan, lalu menyodorkannya pada Dante. "Yang penting kau sudah sadar!"

Mereka berdua terdiam sejenak. Freya mengaduk bubur, lalu menyuapkannya perlahan. Sesekali, ia membelai rambut Dante, memastikan pria itu tidak sendirian.

"Dimas dan Kania di mana?" tanya Dante, mengunyah bubur dengan pelan.

"Mereka mengurus Gemagroup," jawab Freya. "Banyak masalah yang harus diselesaikan, terutama setelah kau tak sadarkan diri."

Dante mengangguk, ia tahu perusahaannya berada di tangan yang tepat. Freya menyuapkan bubur lagi, dan Dante memakannya sampai habis.

"Tidurlah lagi," kata Freya setelah selesai. "Aku akan menjagamu."

Dante tersenyum dan mengangguk. Ia memejamkan mata, merasakan kehangatan dan ketenangan dari sentuhan Freya. Ia tahu, setelah ini, perjuangan mereka tidak akan berakhir.

Di kantor Gemagroup, suasana tegang terasa di antara para karyawan. Di tengah kekacauan itu, Dimas muncul di depan Kania, ia sudah mengenakan jasnya.

"Dimas, mau ke mana?" Kania bertanya, ada kekhawatiran di matanya.

Dimas tidak menjawab. Tatapannya menembus ke luar jendela, seolah ia melihat sesuatu yang tak bisa dilihat Kania.

"Aku ada urusan," jawabnya pendek. "Aku percayakan Gemagroup padamu."

Kania terdiam, ia mencoba memahami maksud Dimas, tetapi pria itu sudah berbalik dan berjalan pergi. Kania menatap punggung Dimas yang menjauh, seolah ada rahasia besar yang tersembunyi di baliknya.

Tanpa berkata-kata, Dimas berjalan cepat menuju lift, melangkah keluar ke lobi, lalu langsung menuju mobilnya. Ia menghidupkan mesin dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi, membelah lalu lintas kota yang padat. Wajahnya tegang, sorot matanya tajam dan penuh tekad.

Setelah berkendara cukup lama, ia tiba di sebuah tempat sepi di pinggir kota. Area itu dipenuhi bangunan tua dan gudang yang terbengkalai. Ia memarkir mobilnya di sudut yang gelap dan segera keluar. Langkahnya terasa mantap saat ia mendekati sebuah rumah tua. Pintu rumah itu tidak terkunci. Dimas mendorongnya dengan perlahan. Di dalam, kegelapan menyelimuti ruangan, tetapi mata Dimas yang terlatih dapat melihat siluet seseorang yang menunggunya di tengah ruangan.

Siluet pria itu bergerak, menyalakan lampu, dan menampakkan wajah yang familier. "Kau datang, Dimas," sapa pria itu, suaranya tenang.

"Aku tidak suka menunggu," jawab Dimas, tatapannya dingin. Pria itu adalah peretas yang Dimas sewa.

"Informasi yang kau minta tidak mudah didapat," ujar peretas itu, menyerahkan sebuah tablet kepada Dimas.

Dimas mengambil tablet itu dan membaca isinya dengan saksama. Wajahnya mengeras saat ia menemukan nama yang tertera di sana.

"Dalang di balik kecelakaan Dante berada di Amerika," ucap peretas itu. "Dia seorang pejabat di sana. Statusnya sangat kuat."

"Aku sudah tahu itu," potong Dimas. "Informasi yang kau kirimkan sebelumnya sudah mengarah ke sana. Berikan saja nama dan posisinya."

"Sesuai informasi yang kita dapatkan sebelumnya," jelas peretas itu. "Namanya Lucas, kekasih baru Nayla. Tapi, belum jelas apakah itu nama aslinya atau bukan."

Dimas memejamkan mata, menahan amarah yang meledak di dalam dadanya. "Lucas," gumamnya, nama itu terasa asing di lidahnya. "Terima kasih," kata Dimas. Dia mengembalikan tablet tersebut dan bergegas pergi. Ia tahu, ini bukanlah akhir dari segalanya. Ia tidak akan pernah membiarkan orang yang telah mencelakai sahabatnya pergi begitu saja.

Meskipun ia tahu, Dante mungkin tidak akan menyukai tindakan ini, Dimas tidak bisa mengabaikannya. Dia adalah petarung, seorang teman yang setia. Demi Dante, ia akan melakukan apa pun.

Tiba-tiba, ponsel Dimas berdering. Kania menelepon. Ia mengangkatnya, "Ada apa?"

Suara Kania terdengar tegang di seberang sana. "Kamu di mana?! Banyak hal yang harus kita selesaikan di sini!"

"Aku ada urusan," jawab Dimas, suaranya dingin.

"Apa yang lebih penting dari perusahaan kita?! Dari Dante?!" bentak Kania, suaranya naik. "Sejak Dante koma, kamu jadi lebih sering menghilang!"

"Ini untuk Dante!" Dimas membalas. "Aku tidak bisa diam saja setelah melihat Dante terbaring di sana!"

"Tapi, apa pun yang kamu lakukan, jangan sampai itu membuatmu dalam masalah!" Kania berteriak, suaranya bergetar. "Aku tidak mau kehilangan Dante dan sekarang kamu juga!"

Terdengar isak tangis di ujung telepon. Hati Dimas mencelos. Ia merasakan perasaannya yang selama ini ia pendam pada Kania kembali menguar. Amarahnya seketika mereda, digantikan oleh perasaan bersalah.

"Aku... Aku minta maaf, Kania," ucap Dimas, suaranya melunak. "Aku segera pulang." Ia menutup telepon, menarik napas dalam-dalam. "Aku harus kembali," gumamnya, lalu memutar mobilnya, kembali ke kantor.

Sesampainya di Gemagroup, Dimas langsung menuju ruangan Kania. Ia membuka pintu perlahan dan melihat Kania duduk di kursinya, dengan punggung membelakanginya. Kania tidak terisak, tetapi bahunya bergetar dan air mata berlinang di pipinya.

Dimas melangkah mendekat, lalu memeluk Kania dari belakang. "Maafkan aku," bisiknya, suaranya penuh penyesalan. "Maaf sudah membuatmu khawatir."

Kania tidak berbalik, tetapi ia memejamkan matanya, merasakan kehangatan dari pelukan Dimas. "Kamu tahu aku tidak bisa sendirian mengurus ini semua," gumamnya, suaranya parau. "Terlebih lagi, aku tidak mau kehilanganmu."

Dimas membalikkan tubuh Kania, lalu menangkup wajahnya, menghapus setiap air mata yang mengalir. Ia mendekatkan wajahnya ke dahi Kania, menciumnya, lalu kembali memeluknya dengan erat. "Aku di sini," ucapnya. "Aku janji, aku akan selalu ada untukmu."

Sejak saat itu, Dimas dan Kania terus berusaha untuk mengembangkan Gemagroup. Mereka bekerja tanpa lelah, saling mendukung, dan berbagi beban. Proyek-proyek baru bermunculan, dan Gemagroup berkembang pesat di bawah kepemimpinan mereka. Hubungan mereka pun semakin dalam. Kebersamaan mereka di kantor, dari pagi hingga larut malam, membuat perasaan mereka tumbuh semakin kuat.

Pada suatu malam, setelah menyelesaikan presentasi proyek, Kania bersandar di kursi kerjanya, matanya terpejam. Dimas, yang baru saja selesai membereskan berkas, menatapnya penuh perhatian. Ia mendekat, lalu dengan lembut menggendong Kania ke arah sofa. Kania terkejut, tapi tidak menolak. Dimas menurunkannya perlahan, lalu menindihnya dengan lembut. Matanya menatap Kania, penuh dengan kerinduan dan cinta.

"Kania, kau tahu betapa berartinya dirimu bagiku?" bisik Dimas, suaranya serak. Ia mengecup dahi Kania, lalu beralih ke pipi, dan akhirnya menyentuh bibir Kania dengan bibirnya. Ciuman itu lembut, penuh perasaan. "Aku mencintaimu," bisiknya.

Kania membalas ciumannya, lalu berkata, "Aku juga mencintaimu, Dimas."

Saat mereka hendak melanjutkan hubungan mereka lebih jauh, pintu ruangan terbuka. Dante, yang seharusnya masih di rumah sakit, berdiri di ambang pintu. Seketika, suasana berubah canggung. Dante yang peka melihat situasi itu, tersenyum kecil.

"Ah… Sepertinya kunciku tertinggal di rumah sakit," ucap Dante. Ia meninggalkan Dimas dan Kania yang terpaku di sofa.

1
Ariski
bagus thor. lanjutkan thor jngn lama lama up nya
Was pray
Lucas terlalu hebat buat dante, ibarat anak TK melawan profesor... ambisi yg tak terkontrol menghilangkan kewaspadaanmu dante
Was pray
dante masih kalah jaaauuuuuh sama Lucas, dalam tekhnologi dan strategi, nyatanya komunikasinya disadap sama Lucas saja tidak tahu padahal dulu sebelum freza ke Amerika, udah ada keterlibatan Lucas dengan bima sebagai bidaknya utk menghancurkan xy grup, trs kasus kecelakaan dante juga Krn Lucas ,tapi sampai detik ini gak ada tindakan dante terhadap tindakan lucas
Was pray
dante gak dikasih tau sama gema soal Lucas yg menargetkan freza-?
Was pray
Lucas itu sebenarnya dendam dengan dante apa sama freza sih? jadi di sini yg jadi korban itu dante apa freza?
Was pray: waduh.... othor nih .. malah main rahasia rahasian .. kan jadi pinisirin...
total 2 replies
Was pray
jangan janji dante tapi berusaha , karena janji itu berat, seberat rindu... kata Dylan... 🤭🤭
Khusus Game: Ebuzet....🤣
total 3 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: hadir ka. aman..
total 1 replies
Was pray
Nayla sumber masalah, kalau sumber duit sih menguntungkan... lah ini sumber masalah ya bikin buntung bukan untung.... 😄😄😄
Khusus Game: Punya mantan ke gini ribet juga ya🤣
total 1 replies
azizan zizan
ada kejanggalan bila baca(SUARA AKU KEMBALI TERDENGAR) apa tu... ini seolah-olah kau buat cerita tentang diri kau sendiri Thor.. kalau Gini yah sudah lah jadi hilang serinya aku buang aja lah dari rak baca ku...cisss hilang semangat terus mau baca...
Khusus Game: Oke k. makasih informasinya.👍🙏
total 1 replies
azizan zizan
ngapain emosi sama perempuan jalang itu malah gama yang di tengking nya.. apa kau lupa masa kau terpuruk gama yang bantuin kamu.. dasar lupa daratan...
azizan zizan
memerhati dahulu...
Khusus Game: siapp.. KA.. akoh siap dihujat🤣
total 1 replies
azizan zizan
hmmm... ini berkisarkan kehidupan dengan sistem ya... aku harap si ATHOR bijak mengolah alur ceritanya ya.. jangan jadi seperti novel2 yang sama seperti ini.. kebanyakkan mc jadi tolol tidak pernah belajar dari kesilapan... walaupun ini berkisahkan fantasi biar alurnya agak berlogokan lah gitu...
Was pray
freza selamat karena keberuntungan kan? orang yg merasa dirinya sukses biasanya akan hilang kewaspadaannya. termasuk dante juga. kejadian ini moga aja menyadarkan freza dan dante bahwa dirinya masih jauh dari zona aman sehingga jangan terlalu nyaman
Khusus Game: setuju, betuy cekali
total 1 replies
Was pray
bram lebih cerdas dari freza, strategi bisnis memang freza cerdas, tapi strategi dalam trik trik menghadapi kasus kejahatan Bram lebih cerdas, hanya keberuntungan yg bisa nenyelamatkan freza
Was pray
moga dante tetap rendah hati dengan keberhasilannya dan tidak mudah berpuas diri
Was pray
mawar 🌹 sudah diluncurkan... up nya tambah rajin Thor...
Was pray
akan lebih baik jika yg dilakukan dante bukan untuk pencitraan, tapi Krn ketulusan , hasilnya akan lebih bagus dan lebih mulia karena pencitraan itu kesannya penipuan secara terselubung, kelicikan berbalut kebaikan
Khusus Game
oke KA langsung revisi
Was pray
maaf Thor, kurangi penggunaan kosa kata "ini baru permulaan dan ini baru mulai" banyak sekali penggunaan kosa kata tersebut dalam tiap bab
azizan zizan: setuju yang itu... ini boleh melemahkan alur cerita dan boleh membosankan para pembaca untuk membaca..
total 1 replies
Was pray
dante lupa siapa yg membantu dikala kesulitan. tanpa gama kamu hanya pria bodoh, galau boleh tapi akal sehat gunakan, kepribadian mu me... nge... ce... wa... kan.. itu yg bisa ku ungkapkan atas sikapmu terhadap gama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!