Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat.
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka.
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Perjalanan Ke luar Kota
Keesokan harinya....
Vania berangkat ke kantor bersama Andri, bahkan karyawan kantor semakin curiga dengan kedekatan Vania dan Andri. Semenjak mereka resmi pacaran, Andri menjadi sosok yang ceria. Seperti saat ini, semuanya sedang fokus bekerja tiba-tiba pintu ruangan terbuka.
"Selamat siang semuanya, coba kalian berhenti sejenak bekerja dan dengarkan baik-baik apa yang akan saya umumkan," seru Andri.
Semuanya pun menghentikan pekerjaan mereka dan fokus ke arah Andri. "Besok kita mendapatkan proyek pembangunan di daerah S, saya akan membawa 10 orang dari kalian untuk meninjau tempat itu. 10 orang itu diantaranya, Vanessa, Vania, Dasep, Gala, Hana, Rani, Ardi, Wulan, Risma, dan Guntur. Untuk itu, saya harap kalian siap-siap dan membawa barang-barang yang diperlukan karena kita akan berada di sana selama lima hari," jelas Andri.
"Itu kota atau kampung, Pak?" tanya Vanessa.
"Perkampungan sih, soalnya tanah di kampung itu masih murah dan tujuan kami membuat proyek di kampung juga supaya masyarakat di sana dapat pekerjaan," sahut Andri.
"Oh my God, mampus aku," celetuk Vanessa.
"Kenapa memangnya kalau di kampung?" tanya Vania.
"Jauh ke mana-mana Van, berarti kita harus bawa stok makanan juga soalnya tim kita dulu sempat kaya gini juga, dan hari-hari serasa lama banget dan kita merasa tersiksa," sahut Vanessa dengan wajah sedihnya.
"Lebay banget Ibu," ledek Vania.
"Sudah, pokoknya nanti pulang kerja kalian siap-siap tidak ada kata protes," tegas Andri.
"Mendadak banget sih Pak, seharusnya Bapak ngasih tahunya kemarin," protes Gala.
"Baru ada beritanya barusan," sahut Andri.
Setelah memberikan pengumuman, Andri pun kembali ke ruangannya. "Gila, Pak Andri ngadi-ngadi," kesal Dasep.
"Tahu tuh orang lama-lama kok nyebelin sih," timpal Vanessa.
Vania hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah teman-temannya itu.
***
Keesokan harinya....
"Dek, ini ada bacaan surat ruqyah untuk jaga-jaga jika di sana ada sesuatu, soalnya firasat Akang mengatakan kampung itu tidak baik-baik saja bahkan kamu harus sering perhatikan Hana, karena dia orangnya lemah ditambah dalam tubuhnya ada jin yang bersemayam ditakutkan akan mengundang para jin yang lain untuk masuk juga ke badan dia," nasihat Kang Basir.
"Iya, Kang."
"Nanti kamu kirimkan alamat kampung itu, buat jaga-jaga jika ada sesuatu Akang bisa cepat nyusul ke sana," seru Kang Basir.
"Siap, Kang."
Andri pun datang menjemput Vania, mereka berdua pamit. Sesampainya di kantor, sudah ada mobil mini bus untuk mengangkut sebelas karyawan yang akan pergi ke sebuah kampung. Andri juga membawa seorang sopir kantor untuk mengemudikan mini bus itu.
"Pak, di sana mau dibuat proyek apa?" tanya Hana disela-sela perjalanannya.
"Karena perusahaan kita bergerak dibidang properti real estate, maka di sana akan dibuat perumahan. Entah apa yang ada di otak Papa, tapi katanya tanah di sana masih murah jadi kalau dibuat perumahan akan mendapatkan untung besar," sahut Andri.
"Memangnya buat perumahan di kampung yang jauh dari mana-mana bakalan laku, Pak?" tanya Vanessa.
"Laku lah, karena pasar kita 'kan bukan orang kampung itu sendiri tapi orang kota yang butuh tempat untuk liburan dan melepas penat setelah capek dan lelah dengan pekerjaan. Biasanya orang kota itu akan mencari perkampungan untuk dijadikan destinasi tempat liburan, maka dari itu kita buat perumahan di sana dengan konsep seperti Villa supaya menarik pembeli," jelas Andri.
"Oh, gitu."
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan, mini bus yang mereka tumpangi mulai memasuki daerah hutan dengan pohon-pohon pinus menjulang tinggai di kiri dan kanan. Udara pun yang awalnya panas berubah menjadi sejuk dan dingin. "Busyet, kampungnya jauh banget Pak, mana masuk hutan gini lagi," ucap Dasep.
"Bentar, perasaan peta yang Papa berikan gak sampai melewati hutan kaya gini," gumam Andri bingung.
Vania menoleh ke arah Andri dan mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya Vania.
"Lihat deh Van, ini lokasi yang diberikan oleh Papa. Di sini gak ada hutan yang kita lewati, ada sih tertulis hutan tapi hutan kota yang biasa saja bukan huta menyeramkan seperti ini," sahut Andri sembari memberikan peta lokasi kepada Vania.
Vania mengerutkan keningnya. "Iya, juga. Di sini tertulis kalau kita juga hanya melewati perkebunan teh, ini mah bukan perkebunan teh tapi hutan," sahut Vania.
"Tunggu Pak, apa kita salah jalan?" tanya Andri.
"Tidak Pak, saya melihat GPS dari tadi sama kok," sahut Pak Ruli.
Vania mulai memperhatikan jalanan sekitar dan melihat ke arah hutan-hutan itu. Terdapat banyak kabut hitam di sana, dan itu merupakan aura negatif. "Kenapa perasaanku mulai gak enak," batin Vania.
"Nah, Pak itu perkebunan tehnya," seru Pak Ruli.
"Ah iya, syukurlah," sahut Andri.
Semuanya mulai tenang, setelah tadi mereka merasa khawatir mendengar ucapan Andri. Tapi tidak dengan Vania, semuanya boleh saja melihat di depan sana perkebunan teh tapi di penglihatan Vania itu bukan perkebunan teh melainkan seperti hutan bambu yang sangat lebat. Vania juga melihat seorang Nenek berdiri di pinggir jalan dan Vania yakin jika Nenek itu bukan manusia.
"PERGILAH, JANGAN TERUSKAN PERJALANAN KALIAN ATAU KALIAN AKAN MENGALAMI MALAPETAKA."
Vania kaget mendengar ucapan Nenek tadi, pada saat mini bus itu melewati si Nenek dan Vania menoleh ke belakang, Nenek itu sudah tidak ada. "Pak, apa kita urungkan saja niat Bapak untuk membuat perumahan di kampung itu? kayanya gak bakalan ada yang mau beli," ucap Vania dengan hati-hati.
"Maksud kamu apa Van? lihat deh pemandangan di sini, indah banget pasti yang mau beli bakalan senang karena di perjalanannya saja seindah ini," sahut Andri.
"Benar juga Pak, kayanya aku juga nanti bakalan beli satu ah buat tempat liburan," sahut Vanessa sembari terus memvideo perjalanan mereka.
Vania terdiam, dia tidak bisa menjelaskan kebenarannya karena yang dia lihat tidak sama dengan apa yang mereka lihat. "Waduh Pak, jalannya sempit sepertinya mobilnya hanya bisa sampai di sini," ucap Pak Ruli yang tiba-tiba menghentikan mini busnya.
"Hah, jadi kita harus jalan kaki lagi nih? masih jauh gak sih Pak?" tanya Gala.
"Menurut peta sih, gak terlalu jauh. Itu kan kelihatan banyak pemukiman warga," tunjuk Andri.
Ternyata, sudah ada orang yang menunggu kedatangan rombongan Andri. "Selamat siang, saya Karyo warga asli di sini. Saya diperintahkan oleh Pak Wiguna untuk mengawasi dan membantu kalian," ucap Pak Karyo dingin.
"Oh, jadi Papa sudah memberitahu Bapak?" seru Andri.
"Iya. Mari ikuti saya," ucap Pak Karyo dingin dan tanpa ekspresi sama sekali.
Akhirnya mereka pun mengikuti Karyo dari belakang. Vania merasa ada yang aneh dengan Karyo tapi yang dia lihat, Karyo merupakan manusia asli. Tapi entah kenapa aura Karyo sangat menakutkan dan menyeramkan.
"Pak Karyo menyeramkan," bisik Vanessa.
"Sssttttt."
si tau ya 😆😆😆