NovelToon NovelToon
Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Nikah Kilat Dengan Murid Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Keinginan terakhir sang ayah, membawa Dinda ke dalam sebuah pernikahan dengan seseorang yang hanya beberapa kali ia temui. Bahkan beliau meminta mereka berjanji agar tidak ada perceraian di pernikahan mereka.

Baktinya sebagai anak, membuat Dinda harus belajar menerima laki-laki yang berstatus suaminya dan mengubur perasaannya yang baru saja tumbuh.

“Aku akan memberikanmu waktu yang cukup untuk mulai mencintaiku. Tapi aku tetap akan marah jika kamu menyimpan perasaan untuk laki-laki lain.” ~ Adlan Abimanyu ~

Bagaimana kehidupan mereka berlangsung?

Note: Selamat datang di judul yang ke sekian dari author. Semoga para pembaca menikmati dan jika ada kesamaan alur, nama, dan tempat, semuanya murni kebetulan. Bukan hasil menyontek atau plagiat. Happy reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum Mantap

“Sial! Kenapa berita ini langsung reda? Kenapa juga malah opini sekarang menyanjung perempuan itu?” kesal Meri di dalam kamarnya.

Mamanya yang masuk ke dalam kamar, mencoba menenangkan anaknya.

“Sudahlah, Nak! lepaskan saja rasa sukamu itu. Jangan lakukan hal yang bisa memicu kemarahan Papamu.”

“Tapi aku tidak mau kalah begitu saja dengan perempuan yang tidak jelas asal-usulnya itu!”

“Asal-usulnya jelas.”

“Mama membelanya?”

“Bukan. Mama mendengar dari Papamu, kalau ayah dai gadis itu adalah guru yang selama ini dihormati Adlan.”

“Maksud Mama Pak Lilik?” Mama Meri mengangguk.

“Tua bangka sialan! Dari dulu dia tidak pernah menyukaiku, ternyata menginginkan Adlan untuk anaknya sendiri!”

“Cukup, Mer! Kali ini Papa hanya mengurungmu di dalam rumah. Jika kamu membuat masalah lagi, Mama tidak bisa membayangkan apa yang akan Papamu lakukan. Kamu tahu jabatannya saat ini tidak bisa diganggu. Tahun depan Papamu ingin mengajukan diri sebagai Bupati, tolong lepaskan saja!” Meri hanya diam.

Dirinya selama ini selalu menahan diri karena aturan tegas sang papa yang menuntutnya untuk tidak melakukan kesalahan. Ia tidak pernah memiliki kebebasannya sendiri. Apa sekarang ia juga tidak bisa mempertahankan laki-laki yang ia cintai?

Melihat Meri yang tenang, Mama Meri meninggalkan kamar anaknya.

“Jika aku tidak bisa mendapatkannya, kamu juga jangan harap!” gumam Meri.

Menyerang di media sosial sudah tidak bisa ia lakukan karena opini dan cerita pernikahan Dinda dan Adlan menarik simpati banyak orang. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah melakukan konfrontasi langsung.

Tetapi, bagaimana caranya agar dirinya tidak terlibat?

“Benar! Masih ada Om Aldi!” Meri menyeringai.

Segera ia melakukan panggilan suara kepada Om Aldi yang dimaksud.

Di sisi lain.

“Jadi, kalian sudah sepakat mau bulan madu di mana?” tanya Mama Adlan.

“Kota Pura.”

“Kapan berangkat?”

“Dua hari lagi, Ma. Tunggu urusan di bengkel selesai.”

“Sekalian tunggu halangan Dinda selesai.” Batin Adlan dengan senyum kecil.

“Kenapa tidak diserahkan ke Ragil saja?”

“Urusan vendor tidak bisa, Ma.”

“Ya sudah. Dinda mana?”

“Sedang berkemas di kamar.”

“Mama pergi dulu, ada arisan di rumah Bu Marni.”

“Hati-hati, Ma.”

Setelah Mama Adlan pergi, Adlan masuk ke dalam kamar dan menemukan istrinya sedang menata pakaian ke dalam koper yang akan mereka bawa.

“Kakak mau bawa apalagi selain pakaian ganti?” tanya Dinda.

“Alat cukur, alat mandi, itu saja.”

“Yap! Sudah selesai. Tinggal bawa saja nanti.” Kata Dinda yang ternyata sudah menyiapkan semuanya.

Ia bertanya hanya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

Adlan mengambil alih koper dan meletakkannya di dekat tempat tidur.

“Mau ikut ke bengkel?”

“Merepotkan, tidak?”

“Tentu saja tidak!” Dinda mengangguk dan bersiap.

Saat bercermin, Dinda menatap pantulan dirinya dengan rambut tergerai. Ia teringat dengan kata-kata Meri yang mengatakannya perempuan penggoda hanya karena dirinya tidak mengenakan hijab.

Apakah muslim yang tidak berhijab mendapatkan diskriminasi?

Ayahnya pernah mengatakan jika seorang Muslimah wajib menutup aurat sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap perintah Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an, sekaligus sebagai bentuk menjaga kehormatan, harga diri, dan kesucian diri serta melindungi diri dari godaan dan fitnah.

Apakah fitnah yang dimaksud seperti yang ia alami?

“Kenapa?” tanya Adlan yang memeluk dari belakang seraya menyandarkan dagunya di bahu Dinda.

“Apa aku harus berhijab, Kak?”

“Berhijab?”

Adlan selama ini tahu Dinda tidak ingin berhijab karena baginya, beriman tidak harus berhijab karena ia melihat banyak perempuan berhijab justru melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.

“Ya. Kakak suka aku seperti ini atau berhijab?”

“Apa pun itu, aku tetap suka karena kamu istriku. Berhijab itu memang wajib, tapi jika kamu tidak bersedia untuk apa memaksakan diri?”

“Bagaimana kalau aku berhijab?”

“Bagus juga. Tapi pikirkan lagi. setelah kamu mengenakannya, kamu tidak bisa melepaskannya sesuka hati. Niatkan hijabmu untuk ridho Allah, jangan karena ingin mengikuti tren atau karena suruhan!” Dinda menganggukkan kepalanya.

Sepertinya ia masih belum siap. Meskipun pakaiannya rata-rata sudah bisa dipadukan dengan hijab, hatinya masih belum mantap.

Orang berhijab mengatakannya perempuan penggoda karena tidak berhijab, sedangkan dirinya tidak berhijab karena banyaknya perempuan berhijab yang tidak sesuai dengan marwahnya.

“Jika sampai tua aku tidak ada niat untuk berhijab, bagaimana?”

“Tidak masalah! Mama saja baru berhijab di umur sekitar 40 tahun.”

“Benarkah?” Adlan melepaskan pelukannya dan membalik tubuh Dinda.

“Istriku, jangan bebani hatimu dengan pilihan yang tidak sesuai dengan nuranimu. Kamu cukup lakukan apa yang menurutmu benar. Selama tidak menyalahi ketentuan Allah, aku akan mendukungmu.”

“Terima kasih, Kak.” Dinda memeluk suaminya seolah mencari penguatan di dada bidang Adlan.

“Sepertinya panggilannya perlu di ganti, aku merasa sedang memeluk adik dibandingkan istri.”

“Ganti apa?” tanya Dinda mendongak.

Bukan tidak ingin menggantinya, ia sudah nyaman dengan panggilan Kakak untuk Adlan.

“Terserah kamu saja, yang penting jangan “mas”! Kamu sudah punya banyak Mas di luar sana.”

“Oppa?” goda Dinda.

“Aku setua itu?”

“Oppa bukan tua, Kak! Itu panggilan sayang dari Negeri Sakura. Bisa untuk saudara dekat, teman dekat, pacar atau suami.”

“Boleh juga!”

“Oppa?”

Cup!

Adlan merasa gemas dengan panggilan yang ditujukan untuknya. Entah mengapa Gerakan bibir Dinda terasa menggoda di matanya. Candunya selalu bisa memberinya alasan untuk segara menikmatinya.

Sayangnya, mereka tidak bisa berlama-lama karena Adlan ada janji temu dengan vendor di bengkel. Keduanya berangkat ke bengkel dan disambut para mekanik yang sudah bergulat dengan kunci dan oli.

Di ruangan, Ragil sudah menunggu Adlan dengan setumpuk kertas invoice yang menunggu ACC.

“Ini pembelian apa?” tanya Adlan.

“Ah! Maafkan aku, Bos! Aku lupa mengatakannya. Kemarin ada masalah dengan komponen yang datang, aku membeli beberapa printilan untuk mengakalinya.”

“Kenapa tidak retur saja?”

“Sudah mepet deadline, Bos.”

“Ya, sudah.”

Semua invoice selesai di periksa dan Ragil pun meninggalkan ruangan. Tak lama kemudian, seseorang datang tanpa mengetuk pintu. Adlan dan Dinda yang sedang bercumbu dibuat terkejut karena kedatangannya.

“Kalian bisa melakukannya di rumah! Kenapa melakukannya di tempat umum?” tegur suara yang masuk dengan suara berat.

“Ini ruanganku, suka-suka aku mau melakukan apa!” jawab Adlan santai, sedangkan Dinda menunduk malu.

“Jadi, ini istrimu? Pantas saja kamu bisa melakukannya di sini karena istri seperti ini!”

“Jika kedatangan Anda hanya ingin menyakiti hati istriku, sebaiknya Anda pergi sekarang juga!”

“Lancang kamu, Lan! Aku ini ayahmu!”

.

.

.

.

.

Note: penyebutan kota yang sebelumnya Kota Hindu, author ganti dengan Kota Pura. Awalnya penamaan berdasarkan masyarakat mayoritas, tapi takut dibilang SARA, jadi author ganti. Maaf kalau ada yang tersinggung. Selamat membaca...

1
𝐈𝐬𝐭𝐲
kenapa Dinda gak pindah sekolah aja ngajar di sekitar rumah baru saja dripada harus kekampung dia lagi...
indy
selamat berbulan madu
𝐈𝐬𝐭𝐲
namanya Adlan atau Aksa sih Thor🤔
Meymei: Maaf typo kak 🤭
total 1 replies
Dewi Masitoh
Adlan kak🤣kenapa salah ketik jd aksa🙏
Dewi Masitoh: baik kak🙏
total 2 replies
Fitri Yani
next
indy
kayaknya sdh bisa resepsi biar gak ada lagi yang julid. wah ternyata gibran naksir dinda juga
indy
nanti resepsinya setelah masa duka selesai
indy
lanjut kakak
indy
ada yang bertengger di pohon kelengkeng
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka😍😍
Meymei: Terima kasih kakak… 😘
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut Thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
hadir Thor
indy
kasihan pak Lilik
indy
hadir kakak
Rian Moontero
mampiiir kak mey/Bye-Bye//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!