Aku Dan Maduku

Aini dan juga sang ibu kini berada didalam mobil menuju kerumah, mereka tidak sadar jika mereka akan mendapatkan kejutan yang mereka tidak sang kah sama sekali.

Aini mengerem mendadak dan dengan cepat melihat mobil menyalip dirinya dan menghadang mobilnya, telat sedikit saja dia akan menabrak mobil itu.

"Astaga, siapa sih, apa mereka pikir ini jalan nenek moyangnya seenaknya menyalip dan menghalangi mobil orang". Sungut Aini memegang keningnya karena keningnya terbentur stir mobilnya.

"Iya, mobil itu keterlaluan sekali, dia tidak sadar apa, perbuatannya itu membuat orang akan celaka". Kesal Anita menatap mobil hitam didepan mereka.

Tiba-tiba terjadi keheningan didalam mobil itu, Ibu dan anak itu mengkerut kan keningnya melihat banyaknya orang yang keluar dari mobil itu dan berjalan kearah mobil mereka.

Keduanya saling memandang dan tiba-tiba ketakutan karena mereka mendekati dan mulai menggedor pintu mobil dengan kasar, wajah dan tubuh kekar mereka menyeramkan bagi keduanya.

"Keluar sekarang juga, cepat keluar". Ucap salah satu dari mereka sambil menggedor pintu mobil dengan keras.

Mereka bahkan membawa senjata membuat keduanya ketakutan dan ingin menangis.

"Bu bagaimana ini, mereka menyuruh kita keluar, aku takut mereka malah mencelakai kita". Ucapnya dengan tubuh bergetar karena ketakutan.

"Ibu juga tidka tahu nak, apa kita turun saja, supaya kita tahu apa keinginan mereka, mereka bawah senjata loh nak". Ucapnya memegang tangan sang anak dengan ketakutan.

"Ya sudah bu, kita turun saja, kalau kita bertahan dimobil ini mereka akan menembak mobil dan menghancurkan kacanya malah akan jauh lebih buruk lagi". Ucapnya dengan pasrah.

"Jangan nak, kita mundur saja lalu mencari jalan lain dan ngebut nanti, kita usahakan menghindar dari mereka bagaimanapun caranya, kamu bisa tidak?? ". Tanyanya pada sang anak.

Dia yakin jika mereka pada para pembegal yang akan mengambil mobil dan barang berharga mereka , dia harus melakukan sesuatu agar mereka tidak mendapatkan nya.

Aini menatap ibunya dengan serius, ibunya benar juga, mereka harus mencari cara menyelamat diri dan barang berharga mereka. Dia tidak mengatakan apapun tapi memundurkan mobilnya dan memutarnya dengan cepat kemudian mempercepat laju mobilnya.

Para suruhan Hana saling pandang, mereka segera berlari masuk kedalam mobil dan menyusul mobil itu karena mobil Aini melaju dengan kencang.

Terjadi aksi kejar-kejaran dijalan karena Aini juga berusaha menghindari mobil itu dan mencari jalan lain agar cepat sampai dirumah.

Mereka berhasil lolos dan masuk ke wilayah perumahan tempat mereka tinggal, dengan senyuman dan perasaaan lega Aini dan sang ibu akhirnya masuk kedalam pekarangan rumah Hana.

Hana tahu apa yang terjadi pada mereka, dia hanya memberi sedikit shock terapi dijalan seperti dirinya saat itu, dia sengaja tidak membuat keduanya celaka karena misi membalas mereka baru saja dia mulai.

"Mereka sudah datang, mereka pasti sangat ketakutan karena insiden tadi". Ucapnya dengan tatapan sinis.

Dia membuka tirai rumahnya dan melihat keduanya keluar dari mobil dalam keadaan pucat pasi seperti habis dikejar hantu.

"Kenapa tidak sekalian dibuat celaka saja sih kak, kan supaya mereka tidak ganggu kakak gitu loh". Sungut Kayya dengan kesal.

Dia pikir kejutan kakaknya itu akan membuat keduanya celaka tapi ternyata hanya diberi shock terapi saja padahal dia mengharapkan hal lebih lagi.

"Tidak apa dek, santai saja, permainan baru kita mulai, jangan lupa jalankan rencana kita tadi, kita berikan shock terapi kedua hari ini, kakak akan buat mereka kalang kabut setelah ini". Ucapnya dengan senyuman licik.

Kayya terkekeh pelan, rencana kakaknya itu akan membuat keduanya stres sendiri, dia ingin lihat seberapa lihai kakaknya itu memainkan perannya.

"Siap laksanakan kak, jangan lupa kakak keluar nanti setelah 15 menit seperti rencana kita, ok? ". Ucapnya sambil mengacungkan jempolnya.

Hana terkekeh dan tertawa pelan, dia sudah siap membuat keduanya jantungan tak tertahankan.

Kayya segera keluar dari kamar Hana, dan menemui keduanya untuk memulai acting dirinya.

"Kalian sudah pulang, bagaimana keadaan Arman, apa yang sebenarnya terjadi??, kenapa kartu kredit miliknya tak bisa digunakan?? ". Tanyanya dengan beruntun.

Aini yang masih dalam keadaan shock hanya menatap tajam Kayya, perempuan ini langsung bertanya hal tidak bermutu sama sekali tanpa melihat keadaaan.

"Apa kamu tidak lihat kami sedang kebingungan dan ketakutan, kau gila bertanya hal itu?? ". Kesalnya sambil melemparkan bantal kursi tamu dengan tidak sopan.

"Aku hanya bertanya kenapa mesti marah?, toh itu aku gunakan untuk menyusun rencanaku, jadi jangan banyak protes". Kesalnya menatap tajam keduanya.

"Lakukan secepatnya, Arman sudah dipenjara dan semua akses keuangannya diblokir perusahaan jadi lakukan selagi kita masih ada uang, pastikan secepatnya perempuan itu gila beneran, menyebalkan sekali". Sungut Anita dengan sangat kesal.

Mereka tidak mungkin menceritakan insiden tadi pada Kayya karena mereka tak mau dihina olehnya.

"Aku sudah melakukannya, kita butuh waktu, tapi aku tak memiliki dana lagi, kalian tidak tahu kan jika terapi itu memang utuhkan banyak dana, jangan mau menyuruh tapi tidak menyiapkan dananya". Kayya memutar matanya dengan malas.

Keduanya mendelik tidak terima sekaligus tidak percaya, bagaimana bisa perempuan ini mengatakan hal itu padahal saat menikah dengan Arman semua yang Arman miliki dia kuasai.

"Pakai milik kamu lah, toh kamu istri kakakku, lagian jika harta itu berhasil didapatkan kamu juga yang senang, jangan pelit dan tidak tahu diri begitu". Sungut Aini tidak terima.

Kayya menatap tajam sekaligus geram, entah terbuat dari apa hati manusia didepannya itu.

"Bodoh amat, kalau kalian tidak menyediakan dananya aku tidak mau melakukannya, enak banget kalian tinggal nikmati hasilnya sedangkan aku mengeluarkan semuanya, bahkan untuk dananya juga".

Kayya mengangkat bahunya dengan acuh, dia berusaha memainkan emosi keduanya agar mereka marah dan nantinya akan melakukan kekerasan padanya, dia akan melaporkan itu nanti pada Arman dan membuatnya mendapatkan simpati dari Arman sehingga tandatangan Arman untuk besok berjalan lancar.

Mendengar perkataan istri anaknya itu, Anita meradang, dia bangkit dari tempat duduknya langsung menampar keras wajah Kayya kemudian mendorongnya sehingga dirinya terbentur meja.

Kayya menyunggingkan senyum tipis karena rencananya berhasil.

"Kurang ajar yah kamu ini, ternyata kau serigala berbulu domba yang hanya baik didepan putraku saja, sekarang kau menampakkan wujud aslimu saat putraku tidak ada, sialan kamu, kau harus diberi pelajaran". Murka Anita berusaha menyerang Kayya kembali.

Bersamaan dengan itu Hana keluar dan memasang wajah aneh seperti orang gila.

Mereka semua mengalihkan pandangannya melihat wajah Hana yang lain dari biasanya, Anita dan Aini memasang wajah curiga dan waspadanya.

"hahaha, ternyata kalian sudah pulang, ayo sini kalian mau uang kan, nanti aku beri yah". Hana tertawa pelan berusaha berperan baik.