Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Anna Pov
Baru bahagia yang aku rasakan saat aku dan Aldi bersama tapi, semua itu hilang saat Mila datang dan berkata jika dia hamil anaknya Aldi.
Ketika hati berkata yah, ini benar? Tapi logikaku selalu saja berkata Tidak! Ini tidak benar.
Malam ini Aldi tak pulang, dia tadi sore sudah memberitahuku jika dia akan dinas di luar kota. Aldi lelaki yang sejak awal sudah ku cintai, cinta pertama ku dan kini aku merasa tak percaya saat aku menikah dengannya. "Huh!!" ku hembuskan nafas lelahku. Aku lelah akan segala hal. Tentang memikirkan Aldi, dan juga Mila.
Aku bukannya tidak mau tahu akan kondisi Mila, tapi aku merasakan rasa sakit saat anak itu jika benar adanya, apa aku sanggup melihat ayahnya berbagi kasih sayang dengan anak yang kini berada di dalam rahim Mila?
Tokk.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunanku. Membawaku ke arah pintu yang tertutup rapat. "Aldi." pikirku, tapi jika dia Aldi kenapa dia pulang cepat? Tidak seperti biasanya. Gumamku dalam hati.
Ku buka pintu apartemen Aldi dengan segera, "Hai.." ucapnya saat wajahnya berada di hadapanku. "Lama sekali kau membuka pintu.. Sedang apa kau? Apa sedang berharap jika suamimu yang tadi datang, hm?" ucapannya masih dengan nada angkuhnya.
"Mau apa kau datang kemari?" tanyaku tanpa basa basi.
"Ah, aku? Aku datang untuk memberikanmu ini." jawabnya sambil tersenyum miring dan menyerahkan sebuah amplop putih. Aku ambil dan ku baca ujung bawah Amplop.
"Apa ini?" tanyaku saat menerima surat dari Rumah Sakit Mitra Indah. Aku tahu apa yang mau Mila tunjukkan kepadaku, tapi aku malas berfikir jika apa yang aku fikirkan itu benar adanya. Aku tak sanggup.
"Itu laporan jika aku benar benar hamil anaknya Aldi." ucapnya dengan senyuman miring di wajahnya.
"Ambil saja, aku tidak butuh." ucapku. Menahan sesak, aku tak tahu apa tujuan Mila sebenarnya datang kemari. "Ambil saja Mila, aku tak butuh laporan jika kau hamil, yang aku butuhkan hanya ucapan jika itu bukan anak kandung Aldi." ucapku sinis.
Dia tersenyum miring, aku tahu dia sedang mencemoohku dalam hati, tapi aku tak perduli. "Kau fikir aku bercanda tentang kehamilanku, hm? Aku tak pernah bercanda akan hal apapun. Kau baca ini dan kau sadari jika Aldi akan menjadi milikku, lebih baik kau pergi saja dari kehidupan Aldi." ucapnya dengan satu tarikan nafas.
Aku tak tahu kenapa Mila begitu ingin agar aku berpisah dari Aldi. Dia seharusnya sadar, jika aku tak akan melepaskan Aldi untuknya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan Mila? Aldi? Atau kau ingin agar Aldi kembali mencintaimu?" ucapku tanpa jeda sedikitpun.
"Ck, sekali lagi kau bertanya apa yang ku inginkan?" dia menjeda ucapannya. "Kau tahu Anna apa yang ku inginkan. Kau jangan pura-pura tidak tahu tentang apa yang sedang ku inginkan. Aku tahu kau cerdas dan juga pintar, jadi fikirkan saja sendiri dengan kemampuan IQ-mu." perkataan Mila menohok hatiku. Aku cerdas dan pintar dalam dunia pekerjaan, tapi kenapa aku tak secerdas dan sepintar dalam mencari suami?
Aku selalu berfikir jika aku tak akan pernah jatuh cinta lagi kelain pria. Aku selalu menjaga hatiku untuk Aldi. Bahkan aku rela menunggu dia agar mencintaiku walau waktu yang aku butuhkan sangat lama. "Aku pergi, fikirkan baik baik ucapanku. Aku akan kembali." ucapnya sambil membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan ku sendirian.
"Apa yang harus ku lakukan? Aku tahu apa yang Mila inginkan. Tapi, aku tak bisa melepaskannya begitu saja." ucapku lelah. Aku lelah dengan drama ini. Aku lelah berada di posisi seperti ini. Apa aku memang harus meninggalkan Aldi?
Di saat Anna memikirkan apa yang harus dia lakukan, Mila kembali ke penthousenya dengan wajah yang sumringah. Yah, bagaimana tidak? Kebohongan tentang anak yang dia kandung akan membuat satu keluarga yang baru saja merengguk kebahagiaan, merenggang.
"Sepertinya kau sedang bahagia." ucap lelaki yang telah menunggu kedatangannya. "Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya sambil mendekat ke arah Mila.
"Jangan mendekat, baumu membuatku ingin muntah."
"Bagaimana bisa?"
"Ya bisa saja bodoh. Anak yang aku kandung tak suka dengan bau badanmu.
Lebih baik kau pulang saja." ucap Mila dingin.
"Kau mengusirku, heh!"
"Iya, karena kau aku ingin muntah muntah lagi, sialan." umpat Mila sambil menutup mulutnya dengan salah satu telapak tangannya.
"Mila, jaga bicaramu." suara bentakan sang Ayah membuat Mila melepaskan telapak tangannya yang tadi dia gunakan untuk menutup mulutnya. "Ayah tak pernah mengajarkanmu hal yang seperti itu." imbuh Ayahnya dengan ucapan tegas.
Yah, ayah Mila termasuk orang yang santun dalam perilaku dan sopan dalam berbicara. "Nak Andre maafkan perkataan Mila." ucap sang ayah sambil menggenggam tangan calon menantunya itu.
Senyuman tulus hadir di pipi Andre. "Iya, tak masalah kok om." ucap Andre ramah. Lelaki yang sejak dua jam menunggu Mila itu hanya bisa mendengus kasar saat melihat Mila yang tak memperhatikannya sama sekali. Seperti sekarang, dia dan ayahnya sedang berada dibawah, Mila berlalu menaiki tangga dan baru saja menutup pintu kamarnya.
Di dalam kamarnya, Mila sedang menatap amplop yang tadi dia berikan kepada Anna. Senyuman kembali terbit di bibir merahnya. Yah, sudah sebulan ini dia tak tersenyum, dia selalu memikirkan cara agar dia bisa menjebak Aldi dan supaya Aldi bisa kembali lagi kepadanya. Dan di saat itu pula dia dapat menemukan solusinya. Aku harus hamil. Ucapnya kala itu hanya terdengar gurauan semata, tapi, bukan Mila namanya jika dia tak melakukan apa yang dia pikirkan.
Yah, dia melakukan dengan Andre.
Karena hanya Andre yang dapat memenuhi apa yang Mila inginkan.
Walau dia tak mencintai Andre, Tapi, jika ini semua berkaitan dengan Aldi, maka dia akan melakukannya. Dan dia berhasil ketika dia akan datang ke dalam pesta yang di adakan oleh Indra yang tidak lain adalah sahabat dari Anna dia sudah mengandung 3Minggu.
Tidak terlihat memang, maka dari itu dia saat berada di pesta hanya meminum air putih dan juga memakai dress yang sedikit longgar, tak seperti Mila biasanya. Yang serba ketat.
Mila terlonjak kaget saat di perutnya telah melingkar tangan kekar yang memeluknya dengan kehangatan. "Apa aku membuat bayi kita terkejut?" tanya Andre sambil memutar tangannya ke perut datar Mila.
"Sedikit." timpal Mila dengan cuek.
"Kau tadi dari mana saja? Aku takut terjadi apa apa denganmu dan juga anak kita." ujar Andre khawatir.
"Aku tadi bertemu dengan Anna." jelas Mila "Disana tak ada Aldi, Aldi pergi keluar kota karena dia sedang dinas. Jadi aku kesana dan aku menekan Anna agar dia meninggalkan Aldi."
Gerakan Andre terhenti, yah, sedikit banyak hatinya sakit. Hatinya terluka saat Mila mengatakan jika dia menekan Anna agar meninggalkan Aldi. Sosok yang selama ini masih dicintainya. "Apa kau sangat ingin membuat keluarga itu hancur?" tanya Andre setelah dia menetralkan perasaannya.
"Hm.. Aku ingin Anna merasakan apa yang aku rasakan. Saat dimana Aldi lebih memilihnya dari pada Aku."
"Tapi, kau akan segera menikah denganku, dan kau sekarang sedang mengandung anakku Mila."
"Iya, Aku tahu. Tapi aku tak perduli." jawaban Mila menohok hati Andre. "Yang aku perdulikan hanya dimana saatnya aku akan menikah dengan Aldi dan menjadi ibu dari anak anak Aldi kelak." imbuh Mila.
Seketika Andre melepaskan pelukan yang dia berikan kepada Mila, memutar tubuh Mila lalu mecium bibir Mila dengan kasar. Andre meluapkan amarah yang sudah sedari tadi dia pendam. "Kau ingin bersama dengan Aldi? Jangan bermimpi Mila, kau tahu jika bibirmu adalah milikku," ujar Andre sambil kembali mencium Bibir Mila dengan kasar dan buas memundurkan Mila agar sampai di tempat tidur yang ada di belakangnya.
Andre melepaskan ciumannya dan membuka dress selutut yang Mila pakai dengan kasar hingga dress mahal yang Mila pakai robek pada bagian bawahnya. "Lalu ini," ucapnya sambil menggenggam payudara Mila "Juga milikku." ucapnya dan mengulum punting merah muda itu dengan buas dari kiri lalu ke kanan. Hingga membuat karya yang indah bagi Andre tapi tidak untuk Mila.
Andre meraba pangkal paha Mila dan membelai lembut lembah yang ada di sana "Dan ini hanya milikku, apa yang ada di tubuhmu sudah menjadi milikku sejak kau setuju dengan pertunangan kita. Jadi, jangan sekali-kali kau ingin menikah dengan lelaki lain selain denganku. Aku tak perduli jika itu Aldi cinta pertamamu atau pria lain yang kini sedang dekat dengan mu." ucap Andre dengan serak menahan amarah dan nafsu yang sedang menguasai dirinya dan juga fikirannya.
Andre membuka celana dalam Mila, lalu memasukkan miliknya kedalam lembah yang Mila miliki. Mila hanya bisa diam dan merasakan sensasi yang kini sedang merasuk dalam dirinya, dia mendesah lagi dan lagi. Mila suka dengan permainan yang Andre mainkan. Walau hubungan mereka tak ada kata cinta, tapi Mila menyukai milik Andre. "Shhh..." desahan Mila membuat Andre semakin dalam memasukkan miliknya kedalam milik Mila. Mila mencengkram erat seprai tidur, dan sesekali dia menancapkan kukunya ke bahu Andre, Andre yang hanya fokus dalam kenikmatan yang sedang dia rasakan hanya bisa mendesah dan memajukan miliknya lebih dalam ke titik pusat Mila.
Setelah setengah jam Andre dan Mila merengkuh kenikmatan Mila tertidur di atas dada bidang Andre, bahu telanjang miliknya kini di rengkuh oleh Andre. "Aku tak tahu apa yang sedang aku rasakan. Saat aku melihatmu untuk pertama kali aku tak pernah tertarik sedikitpun kepadamu. Tapi, sejak awal kita menyatukan tubuh kita, aku sadar bahwa aku telah memilihmu sebagai mana Dady memilih Momy menjadi pendamping hidupnya. Mungkin untuk sekarang, aku tak mau menyebutnya ini hanya cinta, tapi untuk saat ini yang aku mau, aku tak akan melepaskanmu. Aku akan membuatmu memilihku. Dan melupakan Aldi." gumam Andre dalam hati.
BERSAMBUNG