NovelToon NovelToon
Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Dipaksa Menjadi Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Kata sah terdengar lantang dari dalam ruangan minimalis itu. Pertanda ijab kabul telah selesai dilaksanakan seiring dengan air matanya yang terus menerus menetes membasahi pipinya.

Apa jadinya jika, karena kesalahpahaman membuat seorang wanita berusia 25 tahun harus menjadi seorang istri secara mendadak tanpa pernah direncanakan ataupun dibayangkan olehnya.

Kenyataan yang paling menyakitkan jika pernikahan itu hanyalah pernikahan kontrak yang akan dijalaninya selama enam bulan lamanya dan terpaksa menjadi istri kedua dari suami wanita lain.

Mampukah Alfathunisa Husna menerima takdir pernikahannya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 18

Nisa menatap Bella dengan lembut, tidak tergesa memberi jawaban. Ia tahu pertanyaan itu sensitif. Dengan hati-hati, ia merapikan poni Berliana yang terurai di kening kecilnya, lalu baru menoleh pada Bella.

“Saya ini… istri dari temannya Mas Azhar,” ucapnya tenang, suaranya jernih.

“Kebetulan saya memang senang sekali dengan anak-anak. Waktu Mas Azhar bilang kalau Berliana dan Bilqis butuh teman untuk dijaga, saya ikhlas membantu. Anggap saja ini ladang amal saya.”

Bella mengerjap. Jawaban itu terdengar tulus sekaligus berwibawa. Tidak ada nada dibuat-buat, tidak juga berlebihan.

Justru cara Nisa menyampaikannya membuat Bella merasa terhormat, seolah Nisa bukan orang sembarangan.

“Tapi… kenapa harus kamu, Mbak? Abang bisa saja cari babysitter atau perawat anak,” tanya Bella lagi, masih penasaran.

Nisa tersenyum tipis. “Perawat bisa menjaga fisik, tapi belum tentu bisa memberikan kasih sayang. Anak-anak seperti Berliana dan Bilqis butuh sentuhan hati. Saya ingin mereka merasa dicintai, bukan sekadar dijaga.”

Bella terdiam. Hatinya seperti disentuh. Ia menatap Nisa yang tetap anggun meski berbicara sederhana.

Ada aura keteduhan yang jarang ia temui pada perempuan lain, apalagi pada sosok menantu seperti Dian yang selama ini sering ia kesalkan.

Perlahan Bella menghela napas panjang. “Mbak Nisa kalau gitu, aku titip Berliana dan Bilqis sama kamu ya. Aku cuma pengen lihat mereka bahagia, nggak kurang kasih sayang.”

Nisa tersenyum penuh kehangatan, menangkup tangan Bella. “Insya Allah, Bella. Saya akan jagain mereka dengan sepenuh hati. Jangan khawatir.”

Malam itu, Bella pulang dengan hati yang lebih tenang. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sosok perempuan yang benar-benar tulus hadir untuk anak-anak Azhar. Dan tanpa ia sadari, kepercayaannya pada Nisa mulai tumbuh.

Sementara itu, Nisa kembali menunduk menatap Berliana yang tertidur pulas, hatinya berdoa lirih,

“Ya Allah… semoga kebohongan kecil ini tetap menjadi pelindung. Jangan biarkan aku menyakiti hati siapapun, cukup biarkan aku menjaga anak-anak ini dengan ikhlas.”

Hanya butuh waktu sepersekian menit saja, Berliana sudah terlelap padahal buku cerita yang dibacakan Nisa belum selesai. Nafas kecilnya teratur, wajahnya tampak damai dalam dekapan hangat yang selama ini jarang didapatkan.

Nisa tersenyum lega, lalu dengan hati-hati ia meletakkan buku itu di meja samping ranjang. Ia bangkit, melipat mukenanya, lalu merapikan perlengkapan sholat ke dalam tas kecil.

Ketika ia melirik jam dinding, jarum panjang sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Azhar belum juga kembali.

“Perjuangan Mas Azhar berat sekali bekerja sampai larut begini demi keluarga,” gumam Nisa lirih, suaranya bergetar oleh rasa iba dan bangga.

Waktu terus berjalan. Hingga pukul dua belas malam, Azhar masih juga belum datang.

Nisa yang sejak tadi berusaha menahan kantuk akhirnya terlelap dalam posisi duduk di samping ranjang Berliana, kedua tangannya saling bertumpu di sisi ranjang, wajahnya condong ke depan.

Malam itu hening. Tidak ada suara telepon atau pesan dari Dianti. Tidak ada ucapan, bahkan sekedar menanyakan kabar putrinya pun tidak.

Bagi Azhar, hal itu bukan lagi sesuatu yang mengejutkan. Sudah sejak lama ia terbiasa dengan ketidakpedulian istrinya.

Justru di dalam hati kecilnya, ia lebih bersyukur. Karena selama Nisa berada di sisinya, ketidakhadiran Dianti serasa tak berarti apa-apa.

Baginya, kehadiran Nisa sudah lebih dari cukup. Perempuan itu bukan hanya menjaga Berliana, tapi juga merawat hatinya yang rapuh.

Menjelang pukul tiga dini hari, pintu kamar berderit perlahan. Azhar masuk dengan wajah lelah, mata kuyu, langkahnya berat. Begitu pandangannya jatuh pada sosok istrinya yang tertidur di tepi ranjang, dadanya terasa sesak oleh haru.

“Kamu hanya istri siriku,” bisiknya lirih sambil menunduk, “tapi perhatianmu melebihi seorang ibu sambung. Kamu begitu tulus, ikhlas menjaga anakku. Ya Allah… aku sangat beruntung memiliki dia.”

Pelan-pelan, Azhar mengangkat tubuh Nisa dan membaringkannya di ranjang khusus penunggu pasien. Ia menunduk, mencium bibir istrinya dengan lembut, seolah tak ingin membangunkannya.

“Terima kasih, Sayangku,” bisiknya di sela ciuman itu.

“Kehadiranmu begitu berarti. Karena kamu, anakku perlahan sembuh. Karena kamu, aku bisa tersenyum lagi. Aku mencintaimu.”

Ia lalu menempelkan bibirnya ke kening Nisa, berlama-lama di sana, menikmati ketenangan yang hanya bisa ia dapatkan dari perempuan itu.

Waktu berlalu, hingga akhirnya Azhar terduduk di kursi samping ranjang, terus menatap wajah teduh Nisa yang tertidur pulas.

“Aku jatuh cinta padamu setiap hari,” gumamnya. “Dan aku tahu cinta ini akan selalu bertambah.”

Menjelang pukul empat, Nisa terbangun. Ia mengedarkan pandangannya, lalu tersenyum kecil saat mendapati suaminya terlelap di kursi. Wajah Azhar tampak damai, meski garis lelah masih jelas tergambar.

Dengan hati-hati, Nisa membelai pipinya.

“Kalau cinta adalah permainan,” bisiknya sambil menahan tangis, “maka kamu adalah hadiah utamanya. Dan aku sangat beruntung memenangkannya.”

Air matanya menetes. Ia sadar, dirinya hanyalah istri sirih, bayangan yang tak pernah bisa berdiri di tempat terang. Tapi ia tetap bersyukur.

“Aku memang hanya istri simpanan,” lirihnya lagi. “Tapi kamu sudah memberikan kebahagiaan seisi dunia untukku. Terima kasih, Mas Azhar Rifqi Haris.”

Nisa menatap wajahnya dalam-dalam.

“Ya Allah, kalau kelak aku diberi anak darinya… semoga wajahnya seganteng ayahnya.”

Tak lama kemudian, ia bangkit, menyibak selimutnya. Saat itu ia baru sadar, suaminyalah yang memindahkannya ke ranjang semalam. Senyumnya merekah, hatinya hangat.

“Setiap kali kamu tersenyum, Mas… rasanya seperti ada kupu-kupu di perutku. Kamu selalu membuatku jatuh cinta lagi dan lagi.”

Ia sempat mendaratkan kecupan di pipinya Azhar sebelum melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Saat Nisa mengenakan mukena, Azhar terbangun. Dengan suara serak ia berkata, “Tungguin Mas ya, aku juga mau bersih-bersih dulu. Jangan sholat duluan.”

Nisa terkekeh kecil. “Iya, Mas. Cepat sana.”

Beberapa menit kemudian, keduanya menunaikan sholat subuh berjamaah. Suara doa Azhar mengalun penuh harap, menembus relung hati Nisa yang terisak haru.

“Ya Allah… panjangkan umur kami, sehatkan jasad kami, terangi hati kami, tetapkan iman kami, luaskan rezeki kami. Dekatkan kami pada kebaikan, jauhkan dari keburukan,” ucap Azhar.

“Amin,” balas Nisa lirih.

“Ya Allah, perbaiki urusan antara aku dan istriku. Tampakkan kebaikanku padanya, tampakkan kebaikannya padaku. Tutupilah aibku darinya, dan tutupilah aibnya dariku.”

Nisa menahan tangis. Doa suaminya tak pernah hanya untuk dirinya, tapi juga untuk istri pertama yang bahkan tak hadir. Hatinya terenyuh mendengar keikhlasan itu.

“Ya Allah,” lanjut Azhar lagi, “jagalah istriku dari fitnah lahir dan batin. Karuniai ia rezeki yang halal. Jadikan ia sebaik-baik istri bagiku, dan jadikan aku sebaik-baik suami baginya.”

“Amin ya rabbal alamin,” jawab Nisa sambil meneteskan air mata.

Pagi harinya, dokter datang bersama beberapa perawat. Bella yang bertugas sebagai dokter anak juga ikut masuk ke ruangan. Ia berdiri di sisi ranjang, memperhatikan perkembangan kesehatan keponakannya.

“Alhamdulillah, perkembangannya sangat bagus,” ucap dokter. “Nak Berliana, kakinya masih sakit kalau ibu pegang?”

Berliana menggeleng dengan polos. “Nggak sakit lagi, Dok… karena ada mama cantik yang jagain.”

Bella dan dokter itu sontak saling pandang. Nisa tersenyum kaku, sementara Azhar hanya bisa menunduk, menahan degup jantungnya yang tiba-tiba cepat.

“Alhamdulillah,” sahut dokter. “Berarti kehadiran mamanya sangat mendukung pemulihan kesehatanmu.”

Azhar mencoba menimpali, “Syukurlah kalau kondisi putri kami membaik. Kami sangat bersyukur.”

Dokter tersenyum, lalu menepuk lembut kepala Berliana. “Insya Allah, kalau terus membaik, beberapa hari lagi sudah bisa pulang dan berkumpul dengan keluarga.”

“Amin,” sahut Nisa, memeluk Berliana erat.

Bella yang berdiri di sisi hanya bisa tertegun. Ia memperhatikan setiap detail interaksi itu cara Berliana menempel manja, cara Nisa tersenyum tulus.

Hatinya bergumam lirih. “Kenapa aku merasa Nisa lebih cocok jadi istri abang dibanding Mbak Dian? Andaikan saja,” batinnya.

Ketika Azhar berjalan bersama Bella menuju apotik untuk menebus obat, Bella tak tahan lagi untuk bertanya.

“Abang, Nisa itu suaminya orang mana sih?”

Azhar terdiam sejenak, wajahnya tegang. Ia menarik napas panjang, lalu menjawab dengan suara serendah mungkin.

“Suaminya orang Takalar. Sekarang kerja di Malaysia menjadi TKI.” ucapnya yang nampak gelisah tapi berusaha untuk menutupi kegelisahannya.

Bella mengangguk pelan, meski sorot matanya tajam. “Aku lihat, Mbak Nisa itu tulus banget. Perhatian sama Berliana bukan sekadar tugas, tapi benar-benar dari hati. Sayangnya yang kayak gini bukan mamanya sendiri.”

Azhar hanya bisa menghela napas berat.

“Makanya, aku pilih dia yang jagain anak-anakku. Karena aku percaya dia nggak pura-pura.”

Bella berhenti sejenak, lalu menatap kakaknya penuh rasa iba.

“Bang, apa abang masih mencintai Mbak Dian?”

Azhar menunduk, pandangannya menerawang ke lorong rumah sakit. “Dulu iya. Tapi sekarang cinta itu perlahan hilang. Yang tersisa hanya amanah Papa. Aku bertahan karena pesan Papa, bukan karena hatiku.”

Bella mengepalkan tangannya. “Kalau aku jadi abang, aku sudah lama tinggalkan pernikahan toxic kayak gitu. Hidup ini cuma sekali, Bang. Jangan buang dengan siksaan batin.”

Azhar terdiam mendengarkan kata-kata adiknya terasa bagai tamparan, tapi juga sekaligus obat.

Ketika mereka duduk di kursi tunggu apotik, Bella mendekat dan berbisik, “Kalau abang diam-diam menikah lagi kira-kira aku setuju nggak?”

Azhar menoleh, kaget sekaligus gugup. “Jadi gimana?”

Bella tersenyum samar. “Aku justru setuju. Itu jalan paling masuk akal kalau abang mau bahagia. Dan kalau aku lihat, perempuan itu sudah ada di dekat abang sekarang.”

Azhar menelan ludah, dadanya berdebar. Tapi Bella hanya tersenyum lalu bangkit, sebelum sempat ia menanggapi.

“Apapun yang abang pilih, aku akan dukung. Aku cuma pengen abang bahagia. Itu saja,” ucap Bella sambil melangkah pergi.

Azhar terdiam, matanya menerawang. Kata-kata adiknya terus terngiang di kepala.

Sementara itu, jauh di tempat lain, Dianti sedang sibuk di kantornya. Jemarinya menari cepat di atas keyboard, wajahnya serius menatap layar komputer. Ia sama sekali tidak tahu kondisi putrinya di rumah sakit.

Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Suara berat seorang pria membisik di telinganya.

“Sayang sibuk banget sih? Sampai chatku nggak kamu balas, teleponku pun nggak kamu angkat?”

Dian tersentak, wajahnya memerah. “Astaga, kamu bikin kaget saja! Jangan disini nanti ada yang lihat!”

Pria itu terkekeh pelan, mencium tengkuknya dengan berani. “Aku nggak peduli. Aku cuma kangen. Kamu selalu bikin aku nggak tahan, Dian…”

Dian menggigit bibir, antara menolak dan terlena. “Sudahlah nanti ketahuan jangan begini.”

Tapi pelukan pria itu justru semakin erat. “Biar saja aku nggak mau kehilanganmu, meski kamu masih istri orang lain.”

1
Yensi Juniarti
maaf kak bukan menghujat tapi alurnya muter2..🙏🙏🙏
aku agak binggung bacanya 🙏🙏🙏
Yensi Juniarti: Alhamdulillah kalau begitu 🙏🙏🙏
total 2 replies
Yuliana Tunru
kadang binging baca penulisan mu thorr saat alur cerita x dan diulang kyk pov gitu berulang2 dgn ulasan yg sama jd bertele2..padahal sdh bahus eh malah terusik dgn pov x pengulangan kisah deh
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya yah kakak akan diperbaiki kedepannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Yuliana Tunru
wow dian ternyata selinkuh..klo mmg gitu knp msh bertahan dgn azhar cerai gih agar kakian sama2 bahagia dgn pilihan hati
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sama² pemain yah 😂🤭
total 1 replies
Eva Karmita
ya Alloh Nisa Azhar kalian berdua sudah di buatkan cinta ...sadar ngk sih nis ada hati yang lain terluka bilang mengetahui hubungan kalian berdua 💔😩
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
maju terus Faris jgn gentar rebut hati Nisa ...

Nisa lebih baik menikah dengan duda dari pada jadi plakor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: oh ho duda semakin di depan dong 🤭😂
total 1 replies
Eva Karmita
itu konsekuensi yang harus kamu tanggung Nisa ,, menjadi istri bayangan tak seindah yang dibayangkan akan ada hati yang selalu terluka melihat kemesraan suami dan istri sahnya 💔😭...,, Azhar jangan egois lepaskan Nisa biarkan Nisa mencari kebahagiaan yang lain ,, tidak ada keadilan bagi orang yang berpoligami yang ada hanya luka dan luka yg menggerogoti batin yg penuh luka dan tekanan 💔💔💔💔💔💔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah...
total 3 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
ya Allah jgn sampai ini menjadi awal yang menyakitkan Nisa kamu sudah menyerahkan diri mu ...,, tidak ada rumah tangga yang baik" saja apalagi diawal dengan keterpaksaan ingat Azhar berstatus suami orang , semoga saja Nisa bisa menjalani hari-harinya dengan baik
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe
total 1 replies
Eva Karmita
😭 yg kuat Nisa.... Azhar plesss kalau kamu memang mencintai istri dan anak mu tolong jangan sampai kamu nyentuh Nisa kasihan Nisa anak yang baik kan kamu udah ngomong ngk bakalan jatuh cinta dengan Nisa
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pasti kuat lah KK
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!