NovelToon NovelToon
Miliarder Dunia Streaming

Miliarder Dunia Streaming

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kebangkitan pecundang / Kultivasi Modern
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: apa aja 39

Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.

Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Membagi Kelompok Kecil

Rizky menutup siaran langsungnya. Ia tertegun sesaat, menyadari jumlah penggemarnya kini sudah menembus tujuh ratus orang. Jumlah penonton live tadi bahkan melewati seribu lima ratus.

Sebagian besar memang murid SMA Negeri 1 Jakarta, tapi gaungnya sudah jauh meluas. Padahal, total murid di sekolah itu hanya sekitar tiga ribu orang.

Wajar saja Rizky merasa begitu puas. Di rekeningnya kini tersimpan lebih dari tujuh juta rupiah hasil tambahan dari siaran langsung.

Begitu kembali ke gedung sekolah, ia melihat Dinda berdiri menunggu di koridor kelas XI IPA 2. Di sampingnya, sahabat karibnya, Sarah, ikut menemaninya.

“Rizky!” seru Sarah, nada suaranya lebih mirip memberi perintah.

“Dinda punya sesuatu yang mau dibicarakan sama kamu.”

Rizky melirik sekilas ke arah Dinda.

Setelah kejadian memalukan minggu lalu, rasa simpati yang pernah ia simpan untuk gadis itu sudah benar-benar lenyap.

Aku sudah dipaksa minta maaf di depan seluruh sekolah. Semua orang menganggapku bodoh sekarang. Semua karena pengkhianatannya—dan dia bahkan tak mau maju untuk membela diri.

“Memangnya ada apa?” tanya Rizky datar.

Dinda tersenyum lembut, senyum yang biasanya bisa membuat siapa pun merasa seolah sedang diterpa angin musim semi. Ia melangkah pelan, mendekat, hingga aroma parfumnya samar-samar tercium.

“Rizky, aku sungguh minta maaf soal minggu lalu,” bisiknya.

“Aku cuma bicara seperti itu supaya guru nggak salah paham. Sekarang kamu bisa bebas dari hukuman. Itu hal yang bagus, kan?”

Dinda tersenyum manis, lalu tanpa ragu menggandeng lengan Rizky. Dari jauh, mereka tampak seperti pasangan muda. Rizky hampir saja terbawa perasaan lagi.

Namun kesadarannya cepat kembali.

Tidak. Apa maksudnya aku harus berterima kasih? Kalau bukan karena dia, apa aku perlu malu-maluin diri sendiri di depan semua orang?

Dengan nada mengejek, Rizky berkata, “Oh begitu? Ya sudah, makasih, Din.”

Dinda terdiam. Ia tak menyangka Rizky bisa bersikap begitu dingin. Dahulu, kalau saja ia melakukan ini, Rizky pasti sudah senyum-senyum bahagia.

“Aduh, kenapa jadi segan begini sama aku?” katanya mencoba menggoda.

Tapi Rizky sudah benar-benar kecewa. Ia tak ingin membuang waktu lagi.

“Ada hal lain yang kamu mau omongin?”

Dinda melirik sekeliling, lalu berjinjit mendekatkan bibirnya ke telinga Rizky. Suaranya lembut, nyaris seperti hembusan napas.

“Aku nggak nyangka kamu masih ingat ulang tahunku. Kudengar kamu beliin aku jam tangan Cartier terbaru. Semalam aku sampai nggak bisa tidur saking senangnya.”

Seketika telinga Rizky terasa gatal, darahnya berdesir. Dua tahun ia selalu jatuh dalam pesona gadis ini—dan kini ia sadar betapa lihainya Dinda merayu.

Namun kali ini ia menahan diri.

“Dari mana kamu tahu aku beli jam tangan itu? Kamu nonton siaranku, ya?” tanyanya curiga.

“Eh… bukan, bukan. Sarah yang cerita,” jawab Dinda terbata.

“Oh begitu.” Rizky mengangguk tipis. “Memang benar aku beli jam tangan Cartier. Tapi itu bukan buat kamu.”

Wajah Dinda kaku seketika.

“Kalau begitu, kasih aja ke aku, gimana?”

“Tidak bisa.” Jawaban Rizky begitu tegas.

Dinda terperanjat. Ia tak menyangka penolakan akan keluar sekeras itu.

“Kenapa?”

“Bukankah minggu lalu kamu sendiri yang bilang hubungan kita harus jelas? Kamu menolak aku di depan semua orang. Kalau begitu, aku sudah nggak punya hak kasih hadiah lagi, kan?” Rizky menjawab dengan dingin.

“Ya ampun, itu kan cuma supaya Guru nggak salah paham…” Dinda buru-buru membela diri.

Rizky tersenyum miring.

“Kalau memang begitu, ayo. Kita siaran langsung sekarang, kamu jelasin status kita di depan netizen. Nanti kita tanya, apa aku masih layak kasih hadiah setelah itu?”

Dinda langsung terdiam. Matanya berputar cepat. Ia jelas tak mau kehilangan citranya sebagai gadis lajang populer.

Tak menemukan alasan lain, ia memainkan kartu terakhir.

“Cinta itu urusan dua orang, Rizky. Apa hubungannya sama orang-orang di internet? Kamu bikin aku kecewa banget. Aku marah. Jangan ganggu aku lagi.”

Selesai berkata begitu, Dinda berbalik dan pergi.

Rizky berdiri mematung. “Hah… pada akhirnya, aku yang salah lagi?”

Dulu, ia pasti akan mengejar, memohon, mengakui kesalahan. Tapi sekarang tidak. Ia punya fokus lain: bagaimana caranya mengembangkan siaran langsung.

Cewek cantik di sekolah hanyalah pelengkap. Kalau sudah punya uang, kamu bisa dapat cewek cantik dari mana saja.

Sarah, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat suara dengan wajah kesal.

“Rizky, aku bener-bener nggak nyangka kamu bisa jadi orang kayak gini. Mending kamu segera minta maaf ke Dinda.”

Rizky mengerutkan dahi. “Orang kayak gimana maksudmu?”

“Kamu plin-plan. Waktu itu bilang suka banget sama Dinda. Terus kamu malah deketin Ayu. Bukannya dulu kamu ditolak mentah-mentah? Kok sekarang bisa balik lagi? Kamu ini sebenarnya serius nggak sih?” Sarah menatapnya penuh penilaian.

Rizky terdiam. “Aku ditolak. Terus kenapa? Apa salah kalau aku jatuh suka sama orang lain?”

Sarah menukas, “Lepas dari semua itu, kamu nggak merasa salah? Kamu bisa habis-habisan ngeluarin uang buat ngejar Ayu, beliin jam tangan mahal, tapi ke Dinda kamu pelit banget. Kalau kamu beneran suka, harusnya kamu kasih hadiah juga, kan? Coba pikir, kalau Dinda yang kamu belikan Cartier, mungkin dia nggak akan menolak kamu.”

Rizky mendengus, matanya berputar jengah. Ia baru sadar, Sarah ternyata membela Dinda mati-matian.

Ia menatap sahabat Dinda itu sekilas. Tubuhnya mungil, wajahnya biasa saja, bahkan gaya jalannya agak kikuk. Berdiri di samping Dinda, jelas terlihat kontras. Tapi entah kenapa, Sarah tampak begitu percaya diri mendukung sahabatnya.

Dengan nada pelan tapi tegas, Rizky berkata, “Sudahlah. Nggak usah banyak omong.”

Ia mengeluarkan kotak kecil dari tasnya. Jam tangan Cartier yang baru ia beli. Dengan tenang, ia menyodorkannya ke Sarah.

Sarah terbelalak. “I-Ini… buat aku?”

Rizky tersenyum tipis. “Ya. Menurutku, kamu lebih cocok pakai jam ini. Kamu punya hati mulia, berani membela sahabatmu. Itu jauh lebih berharga dibanding semua kata-kata manis.”

Mata Sarah bergetar. Untuk pertama kalinya, ada orang yang bilang dirinya lebih baik daripada Dinda. Ia sampai tak tahu harus bereaksi apa.

1
Aisyah Suyuti
seru
Aryanti endah
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!