Kematiannya sia-sia. Hidup barunya menyebalkan. Tapi semuanya berubah saat dia mendapatkan Sistem yang aneh.
Kang Ji-Ho, seorang karyawan lelah yang mati secara mengenaskan, bangkit di tubuh Ling Feng, seorang bangsawan muda pemalas dari klan yang terhina. Dunia Murim yang kejam menertawakannya. Namun, Ji-Ho datang dibekali sebuah sistem unik yang memberinya kekuatan dengan satu syarat: Jangan kerja keras!
[Tugas: Tidur Siang 4 jam. Reward: +10 Qi Murni] [Tugas: Nikmati Semangkuk Sup. Reward: Seni Beladiri 'Telapak Tidur Berdarah']
Dengan kekuatan barunya dan sifat aslinya yang kejam dan tak kenal ampun, Ji-Ho memutuskan untuk mengubah segalanya. Aturannya sederhana:
1. Klan ini tidak tunduk pada siapa pun.
2. Langgar perintahku, mati.
3. Bersekongkol dengan musuh, mati bersamaan mereka.
Dia merekrut orang-orang terbuang yang ditakuti dunia—seorang pembunuh gila, seorang gadis racun, seorang pandai besi penghancur—dan membangun kekuatan yang membuat seluruh dunia Murim gemetar ket
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenbi Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : Keangkuhan dari istana Es dan Amukan Api Purba
Kedamaian yang keras itu kembali menyelimuti Klan Ling. Pesan dari ibu Ji-Ho telah tersampaikan dengan sempurna, dan ketakutan yang baru saja ditanamkan membuat setiap anggota klan, terutama keluarga inti, bergidik dan memastikan kesetiaan mereka tanpa syarat.
Namun, dunia Murim yang luas masih menyimpan kekuatan-kekuatan tua yang angkuh, yang percaya bahwa usia dan tradisi mereka memberikan kekebalan.
Sebuah delegasi dari Istana Es Abadi—sekte yang dihormati dan ditakuti, dikenal karena teknik es mereka yang mematikan dan umur panjang para master mereka—tiba di gerbang Klan Ling. Mereka tidak datang dengan sembunyi-sembunyi atau ketakutan. Mereka datang dengan keangkuhan yang melekat, mengendarai kereta es yang ditarik oleh makhluk mirip naga bersayap es, bendera mereka berkibar dengan sombongnya.
Mereka menuntut audiensi dengan "Penguasa Klan Ling".
Ji-Ho, yang sedang asyik dengan tugas [Melamun selama 2 jam tanpa berpikir apapun. Reward: +300 Qi Purba], terganggu.
"Xiao Mei," gerutunya kesal. "Siapa lagi yang berisik kali ini?"
"Elite dari Istana Es Abadi, Tuan Muda," jawab Xiao Mei. "Aura mereka... dingin dan angkuh. Mereka memandang rendah kita seperti melihat semut. Mereka datang untuk 'menawarkan' kerja sama—yang lebih mirip perintah."
Ji-Ho mendengus. "Kerja sama? Aku tidak butuh kerja sama. Aku butuh ketenangan." Namun, sedikit rasa penasaran menyentuhnya. "[Sistem, scan kekuatan mereka.]"
[Scanning...] [Delegasi Istana Es Abadi: Dipimpin oleh Tetua Bing Xue, kultivasi Tingkat Es Abadi 7. Diiringi 4 master, rata-rata Tingkat Es Abadi 5.] [Niat: Menundukkan Klan Ling menjadi negara bawahan mereka, menguasai 'rahasia' kekuatan Host, dan menjadikan Host sebagai tangan kanan mereka.] [Tingkat Ancaman: Medium (Karena keangkuhan mereka bisa memicu konflik yang mengganggu).]
Ji-Ho hampir tertawa. Menundukkan aku? Menjadikanku tangan kanan? Mereka benar-benar hidup di gua es.
"Bawa mereka ke aula. Aku akan 'menyambut' mereka," perintahnya dengan nada datar.
Di aula utama, para elite Istana Es Abadi berdiri dengan angkuh, tidak mau duduk di kursi yang disediakan. Tetua Bing Xue, seorang wanita tua dengan rambut seputih salju dan mata biru yang dingin, memandang sekeliling dengan pandangan merendahkan.
"Di mana penguasa kalian?" katanya, suaranya berisi dingin yang menusuk. "Kami tidak punya waktu untuk menunggu."
Saat itu, Ji-Ho masuk dengan malas, masih mengenakan jubah santainya. Dia langsung duduk di singgasananya, menguap lebar.
"Katakan apa keperluanmu. Cepat. Kamu mengganggu waktuku untuk tidak melakukan apa-apa," katanya tanpa basa-basi.
Bing Xue mengerutkan kening, jijik dengan sikapnya. "Kau adalah Ling Feng? Kami dari Istana Es Abadi. Kekuatanmu telah menarik perhatian kami. Kami menawarkanmu kesempatan langka: tunduk di bawah perlindungan kami. Serahkan rahasia kultivasimu, dan kami akan menjadikan klanmu sebagai sekutu terdepan kami. Kami bahkan bisa mengampuni kekejaman yang telah kalian lakukan."
Dia berkata seolah sedang menganugerahkan hadiah terbesar.
Ji-Ho mendengar itu dengan tanpa ekspresi. Dia lalu tertawa. Bukan tawa bahagia, tapi tawa sinis yang penuh sindiran. "Kau datang ke sini, ke wilayahku, setelah aku memusnahkan puluhan klan, dan memintaku untuk menunduk? Dan menyerahkan rahasiaku? Apakah es di tempatmu telah membekukan otakmu juga?"
Para master Istana Es bergetar marah. "Lancang!" hardik salah satu dari mereka.
Bing Xue mengangkat tangannya, menyuruh mereka tenang. "Kami bukan klan-klan lemah yang kau hancurkan. Istana Es Abadi telah berdiri selama ribuan tahun. Kekuatan kami melampaui pemahamanmu. Ini adalah kesempatan terakhirmu. Terima, atau musnah."
Ji-Ho menghela napas panjang, sangat dramatis. "Aku sudah memperingatkanmu. Kau menggangguku. Kau menantangku. Kau melanggar aturanku." Dia berdiri, dan aura Qi Purba-nya yang diredam sedikit dilepaskan.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi sangat panas, bertolak belakang dengan hawa dingin yang dipancarkan para tamu. Es di kereta mereka di luar mulai mencair dengan cepat.
"Kau pikir kultivasi esmu bisa menandingi kekuatan purba yang mendahului elemen itu sendiri?" desis Ji-Ho. Matanya bersinar dengan cahaya keemasan. "Kau datang sebagai elite? Kau akan pulang sebagai abu."
Bing Xue menyadari ancaman itu nyata. Dia mencoba melancarkan teknik es terkuatnya, "[Lautan Es Abadi]!", bermaksud membekukan seluruh aula.
Tapi Ji-Ho bahkan tidak bergerak. Dia hanya melihatnya. Qi Purba di sekelilingnya mengonsumsi teknik es itu, menghancurkannya menjadi uap air sebelum sempat menyentuhnya.
"Menyebalkan," gumam Ji-Ho. Dia mengangkat tangan, melakukan gerakan sederhana seperti mengusir lalat. "[Lambaian Tangan Malas]."
Sebuah energi tak terlihat, namun mengandung panas purba yang mematikan, menyapu delegasi Istana Es Abadi. Mereka bahkan tidak sempat berteriak. Tubuh mereka menguap seketika, meninggalkan hanya sedikit jejak uap dan aroma ozone di udara. Kereta es mereka di luar meleleh menjadi genangan air.
Seluruh proses hanya memakan waktu tiga detik.
Ji-Ho duduk kembali, masih merasa bosan. "Xiao Mei."
"Tuan Muda?"
"Mereka mengancam akan memusnahkan kita. Itu berarti mereka akan menyerang. Aku tidak suka menunggu diserang. Itu mengganggu jadwal tidurku."
"Jadi...?"
"Jadi, kita akan menghancurkan mereka terlebih dahulu. Panggil Kakek."
Ling Shan segera hadir, matanya berbinar siap setelah mendengar kejadian itu. "Tuan Muda!"
"Kakek. Kau ingin membuktikan kesetiaanmu? Sekarang kesempatanmu. Aku ingin Istana Es Abadi dihapus dari peta. Selamanya. Pimpin pasukan terkuat kita. Bawa Tie Dan, Wu Ming, Chu Yue dan Shen Rou. Hancurkan segala sesuatu yang berhubungan dengan es. Jangan tinggalkan satu batu pun yang berdiri."
Ling Shan membungkuk dalam-dalam, kegembiraan berperang memancar dari seluruh tubuhnya. "Dengan hormat, Tuan Muda! Ini akan menjadi kehormatan terbesarku!"
Pasukan Klan Ling bergerak dengan cepat dan efisiensi mengerikan. Dengan kekuatan yang telah ditingkatkan oleh Qi Purba Ji-Ho dan dipimpin oleh amukan seorang kakek yang haus darah, mereka menerobos masuk ke wilayah Istana Es Abadi.
Pertahanan es mereka yang legendaris? Hancur oleh palu Tie Dan. Master-master mereka? Dibunuh dalam bayangan oleh Wu Ming atau dipotong-potong oleh Shen Rou. Istana megah mereka yang terbuat dari es abadi? Dilelehkan oleh panas beracun Chu Yue dan amukan Qi Purba pasukan Ling.
Itu bukan pertempuran. Itu penghancuran total. Dalam satu hari, Istana Es Abadi—sekte yang telah berdiri selama ribuan tahun dan dianggap sebagai salah satu pilar dunia Murim—dihapuskan tanpa bekas.
Ling Shan kembali dengan membawa harta karun es mereka yang paling berharga dan meletakkannya di depan Ji-Ho.
"Sudah selesai, Tuan Muda. Tidak ada yang tersisa."
Ji-Ho mengangguk, puas. "Bagus. Sekarang, mungkin tidak akan ada lagi 'elite' yang berani mengganggu."
Dia melihat ke arah barat, seolah bisa melihat seluruh dunia Murim yang sekarang pasti sedang menggigil ketakutan.
"Biarkan mereka takut. Biarkan mereka memahami. Klan Ling tidak bermain politik. Kami hanya menuntut ketenangan. Dan kami akan menghancurkan apa pun yang mengganggunya, tidak peduli seberapa tua atau 'anggun'-nya mereka."
Dia berbaring lagi, menutup matanya. Pesan telah dikirim. Sekarang, saatnya untuk tidur.