Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Suara ini?!" batin Velia, ia segera melepaskan tangan Daniel dari kepalanya. Kini dirinya menempel di dinding gang yang dingin, menyembunyikan tubuhnya.
Perlahan ia mengintip dan mendapati pemandangan yang menjijikkan di depan matanya. "Apa-apaan ini?" gumam Velia menahan mual disusul dengan tubuhnya yang ambruk seketika.
"Menjijikkan! Apa urat malumu sudah putus sampai mengenakan pakaian seperti itu, Bu?!" pikir wanita itu. Matanya melotot penuh amarah, dadanya memanas seolah dirinya menyimpan bara api di dalamnya.
Wanita itu mencoba bangkit dengan susah payah, kini otaknya seakan memerintahkan Velia untuk menghampiri ibunya.
Baru saja maju selangkah, Daniel di belakang menahan tangannya seraya menggeleng pelan. Air mata Velia turun tanpa di perintah, membasahi pipinya yang sedikit memerah.
"Jangan bertindak bodoh. Aku yakin kau sudah mendapatkan apa yang kau cari," bisik Daniel.
Velia menggigit bibir bawahnya, tubuhnya bergetar hebat menyaksikan ibunya sedang bersama pria lain dengan pakaian yang tidak pantas.
Daniel mengelus lembut pipi Velia, "Jangan melukai dirimu untuk orang yang tidak memikirkanmu sama sekali," ucapnya pelan. Perlahan Velia melepaskan gigitannya.
Wanita itu mulai terisak, ia berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar. Dengan cepat Daniel menurunkan pinggiran topi Velia hingga menutupi wajahnya lalu menariknya keluar dari tempat yang menyesakkan dada wanita itu.
...****************...
Daniel membawa Velia ke taman, berharap kesedihan wanita yang disukainya perlahan memudar. "Tunggu di sini, aku akan segera kembali," pinta Daniel kemudian pergi meninggalkan Velia.
Velia duduk merenung di bangku taman, tatapannya terpaku pada paving blok yang diinjaknya.
Beberapa menit kemudian, Daniel kembali dengan membawa dua gelas minuman dingin. "Maaf membuatmu menunggu, minumlah," ujar pria itu sambil menyodorkan segelas untuk Velia.
"Kenapa?" gumam Velia mengangkat kepalanya. Kini mata mereka bertemu.
"Kenapa kau melakukan ini untukku?" tanya wanita itu dengan tatapan kosong. Jejak air mata yang mengering masih terlihat di wajahnya.
Daniel menghela napas, lalu duduk di samping wanita itu. "Aku tidak ingin kau terkena rumor, Velia," jawabnya kemudian meletakkan minuman milik Velia di sebelahnya.
"Kenapa?" tanya wanita itu lagi.
Daniel memandang ke arah langit, "Rumor lebih kejam bila menyangkut wanita, tapi tidak dengan pria. Kau ingat manager lama yang posisinya ku gantikan? Sebelumnya dia hanya dipindahkan ke cabang lain, sedangkan selingkuhannya langsung dipecat tanpa basa-basi. Pada akhirnya karena kasus ini semakin heboh, keduanya dipecat," jelas Daniel seraya meneguk minumannya.
"Aku hanya orang asing untukmu, Daniel. Rasanya tidak masuk akal jika kau berbuat sejauh ini untuk orang asing," ujar Velia lalu menatap jemari yang ia mainkan.
"Aku menyukaimu, Velia," ungkap Daniel menatap dalam ke arah wanita di sampingnya.
Mata wanita itu seketika membola, lalu menoleh ke arah Daniel dengan cepat. "A-apa? Apa maksudmu?" tanya Velia terbata-bata. Dadanya berdebar, bukan karena takut tapi karena sesuatu yang tidak ia ketahui.
"Masih kurang jelas? Aku menyukaimu, aku punya perasaan padamu. Aku bahkan bisa meneriakkannya di sini agar orang-orang tau kalau aku sedang jatuh cinta padamu," jawab Daniel dengan ekspresi yang serius.
"Kalau kau tidak percaya kau bisa tanyakan pada Nara nanti. Mari, kuantar pulang," ucapnya lagi sambil mengulurkan tangannya.
Wajah Velia langsung memerah, jantungnya seperti akan meledak di dalam dadanya. "Aku bisa berdiri sendiri," ucapnya kemudian berjalan lebih dulu ke halte bus.
Di dalam bus, keduanya tidak saling bicara. "Apa-apaan perasaan ini! Rasanya aneh, aku bahkan tidak pernah merasakannya saat bersama Kael," batin Velia pura-pura sibuk dengan ponselnya.
Sesekali wanita itu mengintip melalui sudut matanya. Entah kenapa setelah kejadian itu, setiap kali Velia menatap wajah Daniel jantungnya kembali berdegup kencang.
Sesampainya di pemberhentian Daniel dan Velia turun dari bus. "Sampai di sini saja, terimakasih sudah mengantarku pulang," ujar Velia kemudian langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Daniel.
"Tunggu! Seru Daniel membuat langkah Velia terhenti.
Pria itu berjalan mendekat, "Kabari aku jika kau sudah sampai," ucap Daniel seraya memberikan selembar notes bertuliskan nomor ponselnya. Ia juga mengusap puncak kepala wanita di hadapannya dengan lembut.
Perlakuan Daniel membuatnya salah tingkah, Velia langsung membalikkan badannya menyembunyikan senyum samar di wajahnya.
Baru saja berpisah beberapa meter, tiba-tiba sebuah kejadian membuat tubuhnya limbung. "Velia!!!" jerit Daniel langsung berlari ke arah wanita itu.