Pernikahan Murid SMA

"Masih ada lagi," Teknisi service menggulir rekaman difile lain. "Ini,"

Victor terdiam, siap mendengarkan rekaman itu.

"Aku nggak selingkuh sama wanita Lain, Lova. Aku selalu setia sama kamu. Aku selalu pulang kerja tepat waktu. Aku selalu memberi kamu kabar jika ada pekerjaan diluar kantor,"

"Aku tahu kamu memang melakukan itu semua tapi bukti ini tidak bisa membohongi aku, Laerrr! Lihat, ini foto kamu sama Talita, kan? Dia teman SMA aku, difoto ini kamu memeluk dia! Dan kamu masih mengelak tidak menduakan aku? Akan aku urus perceraian kita!"

"Lova! Jangan bicara tentang bercerai, kita sudah memiliki Yuko dan Yuka. Aku tidak mau mereka menderita karena keegoisan kita. Lagi pula aku nggak kenal sama wanita difoto itu. Sama sekali tidak kenal, Lova. Percaya padaku,"

"Aku nggak bisa percaya sama kamu lagi, Laerrr. Aku kecewa! Huh..."

"Lova, percayalah padaku. Aku benar-benar tidak mengenal wanita difoto itu. Aku pun tidak pernah bertemu dengannya lalu kamu mendapat dari mana foto itu?"

"Aku mendapat dari seseorang dan kamu tidak perlu tahu dia siapa, yang aku gak sangka kamu tega duakan aku,"

"Aku nggak menduakanmu, aku akan melakukan apa pun asal kamu percaya sama aku Lova. Kumohon,"

"Benarkah? Kamu serius Laerrr?"

"Aku serius. Sangat serius. Demi pembuktian bahwa aku tidak menduakanmu, Lova."

"Baik, kalau begitu aku ingin kamu merebut perusahaan Talita dan suaminya,"

"Apa? Merebut perusahaan? Apa kamu gil4 Lova? Aku tidak mau melakukan itu. Itu perbuatan tidak baik. Lagi pula selama ini aku memberi kamu uang banyak. Apa uang dariku masih kurang, Lova? Baiklah aku akan menambah uang untukmu perbulannya."

"Nggak! Uang yang kamu kasih sudah cukup, tapi aku menginginkan perusahaan itu. Itu pembuktian kalau kamu betulan tidak ada hubungan dengan Talita."

"Lova! Kamu jangan menjadi orang serakah, aku bisa memberikanmu perusahaan jika kamu ingin bekerja. Tapi tidak untuk merebut hak orang lain!"

"Oke, aku anggap penolakan kamu ini adalah suatu bukti bahwa kamu benar-benar berkhianat!"

"Lova, Lova! Oke-oke, aku akan melakukannya,"

"Yasudah, aku tunggu hasilnya dan sekarang kamu harus ke Indonesia. Temui Johan Armada suaminya Talita, jalin kerja sama dan kuasai Arm Electronic secepatnya!"

"Kenapa sekarang? Besok kan bisa,"

"Enggak! Aku maunya sekarang, lebih cepat lebih baik. Dan maaf, aku sudah merekam obrolan kita. Kalau kamu ingkar. Kamu akan aku jebloskan ke penja.ra,"

"WHAT?! Kamu ini kenapa sih, Lova? Kenapa kamu jadi aneh begitu?"

"Bukan urusanmu! Cepat sana berangkat!"

"Huh, baiklah. Aku berangkat sekarang."

Hening

"Lova!"

"Velix? Ngapain kamu disini?"

"Aku ingin ketemu kamu. Aku rindu kamu,"

"Huh, Ve! Aku sudah menikah. Aku juga sudah punya dua anak, tolong jangan ganggu rumah tanggaku. Carilah wanita yang lebih baik dariku, Ve. Banyak kok diluaran sana,"

"Jangan lupa Lova, aku yang kasih bukti perselingkuhan Laerrr dengan Talita teman SMA kamu,"

"Heh, Velix. Aku sebenarnya agak ragu dengan bukti yang kamu kasih ini. Lagi pula kamu tahu dari mana tentang Talita temanku. Sementara aku kenal kamu pas kuliah,"

"Aku kenal Talita pas SMA, kita pernah ada hubungan dan dia sempat cerita tentang kamu. Katanya kamu los kontak sama dia. Dan enggak sengaja aku kemarin lihat Talita pelukan sama Laerrr, ya aku fotoin aja,"

"Kamu enggak lagi bikin gara-gara biar aku sama Laerrr berantem, kan?"

"Y-ya enggak dong! T-tapi aku malah nggak sengaja memergoki Laerrr keluar dari hotel bareng Talita, kamu mau lihat Videonya?"

"Hah?! Serius? Mana?"

Hening hanya terdengar suara kecil yang entah apa.

"Huh, Laerrr pembohong! Katanya dia nggak kenal Talita. Lah ini kenapa dari hotel berdua? Kurang ajar, pokoknya aku harus lakukan sesuatu sama Laerrr,"

"Lova! Lova! Kamu mau kemana?"

"Huh, jadi ponsel ini milik Lova?" tanya Victor setelah rekaman itu selesai.

"Ya, dan disitu juga ada video Talita dan Laerrr pas keluar dari hotel. Mungkin Lova meminta video itu dari Velix. Lihat lah," kata Teknisi service.

Victor menurut dia membuka aplikasi hijau dan disana ada beberapa pesan dari Velix, lalu didalam pesan itu dia memutar Video yang seperti nyata bahwa Talita keluar dari hotel bersama Laerrr.

Victor agak tercengang. Tapi, Victor menemukan keanehan pada Video itu, ditengah-tengahnya. "Ini video editan?"

Teknisi service mengangguk. "Ya. Ditengah video jelas sekali potongan videonya. Jadi sudah jelas masalahnya, bukan?"

"Ya. Berarti sahabatku meninggal karena memang ulah Laerrr. Tetapi Laerrr terpaksa melakukannya karena perintah Lova, itu sebagai tanda pembuktian jika dia setia."

"Betul. Aku pun berpikir seperti itu. Tetapi Laerrr dan Lova tidak tahu jika ada yang sengaja ingin membuat hubungannya bubar." kata Teknisi Service.

"Maksudnya?" Victor tidak tahu.

"Katamu arwah Laerrr membenci Velix dan Lova. Dan katamu pula Velix mengakui membunuh Laerrr karena Lova memilih Laerrr. Apa kamu sebod0h itu sehingga tidak bisa memahami inti kasus ini?" kata Teknisi service.

Victor terdiam. Dia mencoba menggabungkan semuanya, termasuk bukti yang Letnan berikan padanya. Lova yang tidak mau menjawab alasan membunuh suaminya.

"Ya, Velix dendam dengan Laerrr. Tapi Lova tidak tahu Laerrr ikut campur. Apa ada yang Lova sembunyikan?"

"Sembunyikan bagaimana? Bukankah sudah jelas jika alasan Lova membunuh suaminya karena cemburu? Tetapi cemburunya Lova karena hasutan dari Velix yang masih berharap memiliki Lova setelah Laerrr ma.ti. Aku rasa begitu sih," tutur Teknisi service, melipat kedua tangan didada.

Victor mengetuk tepian meja, pelan. Mengangguk setelah paham apa yang dibicarakan Teknisi itu. "Ya. Kamu benar, huh, ternyata hubungan mereka sangat rumit ya,"

"Bukan hanya rumit. Tapi berbahaya juga. Velix sepertinya terobsesi sama Lova makanya dia kaya gitu. Ngeri banget, su.m.pah," kata Teknisi itu bahunya bergidik.

"Baiklah, semuanya sudah jelas. Terimakasih atas bantuannya sobat," Victor beranjak, dia pergi meninggalkan tempat Teknisi service itu setelah mentransfer beberapa uang.

...----------------...

Yuko dan Yuka menahan gagang pintu ruang rawat dengan sekuat tenaga. Mereka tak memiliki cara lain agar Mommy tidak pergi dari rumah sakit ini.

"Anak-anak kalian sedang apa?" Victor yang baru tiba, berjalan menghampiri Yuko dan Yuka dengan tatapan bingung.

Brakkk

Brakkk

"Buka pintunya! Aku mau ketemu Laerrr! Aku mau minta maaf! Aku salah, hahaha..."

Victor menatap Yuko dan Yuka bergantian. "Mommy kalian kumat lagi?"

Yuka dan Yuko menghela kasar. "Iya, Om. Dan aku sama Yuka sudah memutuskan." ~ Yuko.

"Lalu?"

"Lebih baik Mommy dibawa kerumah sakit jiwa saja. Biar aku dan Yuka bisa tenang sekolah,"