NovelToon NovelToon
Pemuda Terhebat

Pemuda Terhebat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elang Malam

Adrian adalah pemuda biasa yang berasal dari kampung. berkat kehebatan dan kejeniusannya, dia berhasil bangkit dan menjadi pemuda yang paling di takuti di dunia bawah tanah Eropa. bahkan negara-negara di benua Eropa maupun di luar Eropa, sangat menghargai Adrian berkat kejeniusan dan latar belakangnya sebagai raja bawah tanah Eropa.

Namun Adrian meninggalkan semua status dan gelarnya yang telah dibangunnya itu demi baktinya kepada bibinya. Namun, sebuah hal buruk terjadi pada kekasih dan keluarganya. dengan terpaksa, dia menggunakan kekuatan dan pengaruhnya lagi demi melindungi kekasih dan keluarga tercintanya.

Untuk kisah lengkapnya, silahkan lanjutkan membacanya di karya baru saya ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elang Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 : Ketakutan Terbesar Herman

Salah seorang dari mereka memalingkan tubuhnya dan bergegas ke arah pintu meminta bantuan. Tapi sayang, sebelum dia sampai di depan pintu, kepalanya langsung menghantam pintu dengan keras akibat tendangan Adrian dari belakang, yang membuat dia pingsan seketika.

"bruk!"

Suara dari benturan kepala orang itu dengan pintu, terdengar jelas menggema di telinga telinga teman-temanya. Yang membuat mereka bergidik ngeri.

   Melihat biro keamanan yang tergeletak pingsan itu, Adrian tidak dapat untuk tidak mendengus, “Mau kabur, itu tidak mungkin!”, ucapnya dengan santai.

   Setelah mengatakan itu, Adrian langsung mencium bau yang tidak sedap, bau amis yang sangat Pesing.

Adrian tidak dapat menahan diri untuk tidak menutup hidung. “Dasar memalukan!”, ucapnya yang tidak tahan lagi dengan bau yang tidak sedap itu. “buk! buk! buk!”. Dia pun langsung melancarkan beberapa pukulan kepada orang-orang yang tersisa dari biro keamanan, agar cepat keluar dari ruang interogasi tersebut.

...

   Di luar ruang interogasi. Herman mengangkat ujung bibirnya sedikit ke atas, setelah mendengar suara gaduh yang berasal dari ruangan Interogasi. Dia berharap, anak buahnya dapat membuat kedua kaki dan tangan Adrian lumpuh, seperti yang telah diperintah Zhao Haito.

“Itulah akibatnya dari menyinggung tuan Haito!”, gumam Herman sambil menatap pria tua yang berdiri di sampingnya.

   Sebenarnya Herman tidak benar-benar memikirkan Zhao Haito. Melainkan hadiah yang uang 1 milyar yang dijanjikan oleh Zhao Haito sebelumnya.

   Sedangkan dengan pria tua yang mengintrogasi dan mencoba membantu Adrian secara diam-diam itu hanya dapat menghela napas dengan berat. “Sesungguhnya tuhan itu maha penyayang dan maha tahu atas permasalahan yang sedang dialami setiap umatnya. Dia akan menunjukkan jalan keluar atas permasalahan yang sedang dialami umatnya itu melalui perantara. Adapun, berhasil atau tidaknya, itu tergantung dari niat dan usaha umat itu tersebut!". Gumamnya dalam hati. Setelah itu, dia langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

   Selepas kepergian pria tua, tiba-tiba ponsel Herman berdering. Dia segera meraih ponsel dari saku dan melihat id pemanggil dari layar ponsel.

   Begitu dia melihat id pemanggil, dia tidak dapat menahan diri untuk tidak mengangkat sedikit alisnya ke atas. Namun dengan segera, dia menjawab panggilan itu dengan keringat yang mulai terlihat jelas di kening.

“Komisaris Thomas, apakah ada perintah yang harus saya kerjakan?”, ucap kapten Herman ragu-ragu dengan suara bergetar.

   Orang yang menghubungi Herman adalah komisaris jenderal polisi pusat, komisaris polisi yang berada langsung dibawah jenderal polisi tertinggi Tiongkok.

“Herman, apakah biro keamanan kota Guangzhou telah menahan seorang pemuda bernama Adrian?”, komisaris Thomas langsung bertanya dengan terus terang.

   Mendengar pertanyaan atasannya itu, membuat keringat dingin Herman langsung keluar membasahi tubuhnya.

“Komisaris Thomas, saya,,saya….!!”, herman tergagap setelah mendengar pertanyaan atasannya tersebut. Dengan seketika, sebuah pemikiran pun langsung muncul di benaknya.

“Tidak mungkin, ini semua tidak mungkin!. Tidak mungkin bocah yang baru datang dari kampung ini memiliki hubungan dengan komisaris Thomas!”, gumamnya dalam hati.

   Sedangkan di seberang ponsel, komisaris Thomas masih menunggu jawaban dari Herman.

“Jawab iya atau tidak saja susah sekali!”, di seberang telepon, komisaris Thomas mulai bicara dengan nada tinggi.

“Komisaris thomas, a..apa hubungan anda dengannya. Apakah komisaris kenal dengan dia?”, Herman mulai tergagap dan memberanikan diri untuk mencari tahu dan memastikan Adrian tidak memiliki hubungan dengan atasannya itu.

   Di seberang telepon, komisaris Thomas mendengus dingin, “Herman, tampaknya sekarang kamu telah berani mempertanyakan hubungan saya?”, ucapnya dengan dingin.

“ t tidak komisaris Thomas!”, bukan begitu maksud saya. Saya hanya ingin memastikan saja!”, Herman pun langsung bertanya dengan terus terang. 

“Herman, sepertinya sekarang kamu mulai berani!. Apakah sekarang dia baik-baik saja?”, tanya komisaris Thomas mulai khawatir.

“s saya tidak tahu, saat ini dia masih berada di ruang interogasi!”, sahut Herman dengan gelagapan. Saat ini dia juga tidak tahu, apakah kedua kaki dan tangan Adrian telah dilumpuhkan oleh anak buahnya, dia tidak tahu. Dengan seketika, dia membelalakkan bola matanya lebar-lebar, memikirkan hubungan Adrian dengan atasannya itu.

“Apa….!”, teriak komisaris Thomas dari seberang telepon. “Thomas, saya peringatkan kamu!. Jika terjadi sesuatu dengannya, bahkan jika sehelai saja rambutnya hilang, maka kamu dan karirmu akan berakhir selama-lamanya!", teriak komisaris Thomas mengumpat dan memaki herman dengan marah.

“Tut…..!”

   Begitu komisaris Thomas selai memakinya, langsung mendengar nada sibuk di ponsel yang digenggam oleh herman. Wajahnya langsung menjadi pucat, tanpa sadar ponsel yang di genggamannya itu langsung jatuh ke lantai hingga hancur.

   Keringat dingin pun semakin membasahi tubuh Herman. Saat ini dia merasa seolah-olah sedang berada di kutub bumi dengan udara dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang.

   Setelah hening beberapa saat, Herman tersadar dari lamunannya. Dengan tubuh yang masih bergetar hebat, dia langsung berlari ke arah ruangan interogasi. Yang ada di pikirannya saat itu adalah, semoga anak buahnya belum melakukan sesuatu apapun terhadap Adrian.

Begitu Herman telah berada di depan pintu ruang interogasi, dia pun menjadi linglung sesaat. Dia benar-benar tidak berani membuka pintu tersebut.

   Dia tidak dapat membayangkan kedua tangan dan kaki Adrian yang telah lumpuh. Jika demikian, apa yang yang akan di laporkan nya kepada komisaris Thomas, atasannya itu.

   Pada saat ini, Herman benar-benar sangat ingin menampar wajahnya sendiri. Mengapa sebelumnya dia tidak menyelidiki identitas Adrian lebih dalam sebelum memutuskan menghancurkan kedua tangan dan kaki adrian itu. Setelah cukup tenang, barulah dia meletakkan tangannya di gagang pintu itu sambil menarik nafas dengan berat.

“tidak tidak, saya tidak berani!”

   Tiba-tiba Herman menarik kembali tangannya dari gagang pintu. Bayangan Adrian yang kehilangan kedua tangan dan kaki itu, muncul kembali memenuhi otaknya.

   Dia kemudian menoleh kepada seorang biro keamanan yang sedang berjaga di luar kantor untuk segera menghubungi dokter, jika sesuatu yang dia khawatirkan itu benar-benar terjadi.

   Setelah menyuruh biro keamanan yang berjaga itu menghubungi dokter, dia kembali meletakkan tangannya di gagang pintu. Akan tetapi, begitu dia hendak membuka pintu itu kembali, tiba-tiba pintu itu dibuka seseorang dari dalam.

   Herman tidak dapat menahan diri untuk tidak membelalakkan matanya lebar-lebar, menyaksikan darah dan para biro keamanan yang dia perintahkan sebelumnya untuk melumpuhkan kedua tangan dan kaki Adrian, saat ini telah bergelimpangan meringkuk di lantai ruang interogasi tersebut.

   Namun, di antara kumpulan orang-itu, Herman tidak menemukan keberadaan adrian. Sedetik kemudian, tiba-tiba Adrian sudah berdiri saja di depan Herman dengan kedua tangan yang di silangkan di dada sambil tersenyum dengan sinis.

1
Maulana Babakan
iklan ny ...gk kuat
Fati Aro Zega
dari mana Adrian dapat karcis nomor 17. Dia main sulap juga rupanya
Anna
tidak seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!