"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Mulai Memainkan Perannya
Menyadari Ariel memperhatikan salah satu anggota tubuhnya, Alfred mengarahkan kursi roda membelakangi meja, “Jaga pandanganmu.”
“Maaf, tuan.”
Alfred melirik paper *ba*g yang bertengger di atas meja, “Ambil!” Suruhnya.
Ariel mengangguk, dua tangannya cepat meraih benda berwarna biru muda itu, “Apa ini, tuan? Apa ini untuk saya?”
“Buka!”
Gaun…untuk apa! Lelaki ini memberikan hadiah, gaun?
“Jangan berpikir yang tidak-tidak, apalagi sampai besar kepala, sudah saatnya kau melakukan apa yang menjadi bagianmu.”
Ariel masih belum mengerti, lelaki itu tidak mau bicara langsung pada intinya saja.
Arthur maju beberapa langkah mendekati Ariel, “Nona, gaun ini memang untuk Anda, tapi bukan berupa hadiah. Ini salah satu properti guna mendukung pekerjaan Anda.” Kata Arthur memberi penegasan, fungsi benda yang ada di tangan Ariel, agar wanita itu tidak salah paham. Mengira Alfred peduli padanya.
Ariel masih diam mendengarkan dan Arthur kembali memberi penjelasan, “Malam nanti, tuan Marion dan kakek Roma, akan datang berkunjung. Jangan menampilkan diri seperti orang yang tidak terawat. Sapa mereka sebagai Nyonya Alfred."
Ariel menghela nafas, “Ya, aku mengerti,” ucapnya singkat.
Aku harus merubah penampilanku, kan. Saat bertemu dengan keluarganya, kenapa aku sampai melupakan ini.
“Bagus jika Anda mengerti. Kalau begitu Anda boleh pergi, bibi Imel akan membantu persiapan nanti malam.”
Ariel mengangguk paham, “Aku permisi.”
“Tunggu!” Cegah Alfred, sebelum gadis itu berlalu dari ruang kerjanya.
“Apa ada yang lain, tuan?”
“Apa yang kau lakukan di taman belakang?”
Taman belakang…dia sudah tahu, kan, aku tidur disana?
. “Tidak ada!”
Alfred menatapnya tajam, dua bola mata benar-benar Alfred kerahkan untuk mengintimidasi Ariel, tatapan yang mengartikan jika lelaki itu meragukan ucapnya.
"Sungguh tuan, saya tidak melakukan apapun selain beristirahat."
“Abaikan, apapun yang kau lihat disana!”
Ucapan lelaki itu begitu terasa sampai ke ulu hati, dia tidak main-main memberi peringatan.
Tapi…apa salahnya, aku hanya tidur di sana….
…..
“Nona, ayah Anda dilarikan ke klinik.”
Sontak saja Ariel terkejut mendengar kabar yang disampaikan Bibi Imel, bukankah ayahnya dalam kondisi baik!
“Apa Anda akan pergi ke, rumah sakit?” Tanya Imel.
Tentu saja…. Ariel harus pergi, “Aku akan meminta izin pada Arthur.”
“Tidak perlu Nona, Arthur sudah tahu kabar ini dan dia mempersilahkan Anda pergi, tapi Anda harus sudah kembali sebelum jam lima sore.”
“Baik, terima kasih.”
Ariel bergegas menuju Klinik, tidak sejauh RS kota. Karena Klinik berlokasi di pemukiman kaki Gunung Bora.
….
“Kau mau kemana, Jonas?”
“Menikmati hidup, aku bosan setiap kali mendengar pembicaraan yang itu-itu saja di rumah. Selalu Alfred yang kalian bahas,” Jonas menyampaikan kekesalannya. Semenjak kembalinya Alfred Julie dan Justin menjadi lebih waspada. Terutama Julie, selain lebih waspada wanita ini juga merasa posisi anaknya terancam. Dia sampai belum bertindak jauh, karena Justin masih mengamati.
“Malam nanti, kamu harus ikut dengan papamu dan juga kakek Roma, menemui Alfred dan istrinya.”
“Aku tidak mau, kenapa tidak Justin saja yang pergi. Dia yang ingin menjadi tuan muda pertama, kan!"
“Justin menggantikan Marion memenuhi undangan keluarga Lincoln. Mengertilah Jonas!”
“Seharusnya dia tidak perlu lagi melakukan itu, Alfred yang akan mengambil alih semuanya, kan! Membuang-buang waktu saja.”
“Jonas, jangan bicara sembarangan. Justin, yang tetap memiliki semuanya.”
“Terserah kalian saja. Yang penting jangan mengganggu kesenanganku.”
"Jonas! Kembali!"
Seperti apapun Julie berteriak, pemuda itu tidak menghiraukannya. Jonas lebih tertarik menikmati waktu dan kekayaan keluarganya, dari pada harus pusing-pusing memikirkan kedudukan dan pewaris Smith.
....
"Kau bilang, baik-baik saja, kenapa sampai ke klinik!" Saat sampai di Klinik, Ariel melihat ayahnya tengah diinfus, berbaring lemas dan wajahnya sangat pucat.
"Aku tidak apa-apa, siapa yang mengabarimu?"
"Bibi Imel. Sebaiknya, kita pergi ke rumah sakit kota. Ayah bisa mendapatkan pengobatan yang baik disana."
"Tidak! tempat itu terlalu jauh, disini saja sudah sangat cukup!"
"Ariel, bisa bicara sebentar?" panggil lelaki yang merupakan dokter satu-satunya di Klinik tersebut.
......
"Apa luka pasca kecelakaan itu belum sepenuhnya sembuh?" tanya Ariel, menduga jika ayahnya kembali sakit karena kecelakaan beberapa waktu lalu.
"Bukan!"
"Lalu!"
"Ini yang ingin aku bicarakan padamu."
Pak Yuran, mengidap penyakit serius sejak 10 tahun yang lalu. Usianya kini sudah semakin tua dan penyakit yang bersarang di tubuhnya kian mengganas.
Penyakit... Ariel tidak mengetahui ini.
"Ariel, sebaiknya, kita bawa ayahmu ke rumah sakit kota, dia harus mendapatkan pengobatan yang layak."
"Ya, lakukan apapun itu."
....
Siang itu, Ariel disibukkan mengurus rujukan untuk Pak Yuran. Dia tidak mengabari Arthur apalagi Alfred, dokter Luca, yang menanggung semuanya.
"Malam ini, ayahmu sudah bisa dipindahkan," ucap dokter Luca, setelah membereskan semua persyaratan pemindahan pasien.
Ariel lega mendengar ini. Tapi rasa leganya tiba-tiba kacau saat matanya melihat jam yang menunjukkan pukul 16:30.
Sial...dia sudah berjanji akan kembali sebelum jam 05.00 sore.
"Luca! Boleh aku meminta tolong padamu?" Ariel meraih tangan dokter muda yang memiliki wajah tampan itu.
"Tentu, apapun itu, katakan saja."
"Mungkin, aku tidak bisa mendampingi ayah, menuju rumah sakit, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini. Besok pagi, aku akan menyusul bersama Yummy."
"Oke! Tidak masalah, aku akan mengurus semuanya."
"Terima kasih, kalau begitu aku harus pulang. Aku titip ayah."
Luca mengangguk pelan, "Kamu buru-buru?"
"Ya, aku tidak boleh terlambat dalam pekerjaan satu ini."
"Kalau begitu berhati-hatilah!"
.....
Menggunakan sepeda manual! Ariel harus mengerahkan seluruh tenaga dan kecepatannya untuk mengayuh pedal. Jangan sampai terlambat jika tidak ingin Tuan Muda murka. Malam ini dia mulai memainkan perannya, jangan sampai absen, supaya perjanjian ini segera usai.
Mengambil jalur singkat adalah pilihan yang tepat menurut Ariel, meskipun jarak tempuh tidak terlalu jauh tapi tetap saja, dia harus sampai sebelum jam yang ditentukan.
....
"Club lagi! Bukankah itu sangat membosankan? Jika bibi tau, habis kau Jonas!"
Betrand dan Tuan Muda ketiga Smith, berkelana mencari kesenangan versinya.
Menjelajahi Kota besar, sudah sangat membosankan.
"Apa kau punya tempat yang jauh lebih menyenangkan?" tanya Jonas, penuh semangat.
"Ya, pemukiman Gunung Bora."
Jonas melirik Betrand yang sedang berkendara, "Kau gila! ibuku bilang, gadis-gadis yang ada di sana tidak lebih cantik dari pelayan yang ada di rumah utama."
"Aku yakin kamu tidak akan bicara seperti ini jika sudah mendatangi tempat itu. Percayalah padaku, disana gudangnya gadis-gadis polos. Minggu lalu, aku mendatangi perkebunan teh milik kakakmu itu, dan pemandangan di sana benar-benar menakjubkan. Tapi ini bukan soal perkebunan teh! aku yakin kau tahu maksudku."
"Awas saja! jika tidak seperti ekspektasi ku!"
.....
Akibat terlalu buru-buru, Ariel yang memotong jalan melewati hutan kecil, secara tidak sengaja hampir menabrak mobil saat dia keluar hutan.
Decit rem yang begitu kuat terdengar nyaring. Mobil hitam itu berhenti tepat waktu sebelum menubruk Ariel dan sepeda lusuhnya.
"Sial! Hampir saja!" decak Betrand, wajahnya sudah sangat pucat dan ketakutan, untuk menuangkan kekesalannya lelaki ini membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil menghampiri gadis pengendara sepeda yang hampir saja celaka karena ulahnya sendiri.
'aku masih selamat, hampir saja aku mati di usia yang masih sangat muda,' gumam Ariel, menyadari dirinya baik-baik saja.
"Hei! Apa kau tidak tahu cara berkendara dengan baik? Atau kamu sengaja melakukan ini. Huh....orang miskin memang selalu banyak taktik untuk memeras orang kaya."
Saat ada dihadapannya, Betrand memaki-maki Ariel.
Orang miskin...memeras orang kaya...
Ariel sadar dia salah tapi apa harus keluar kata-kata seperti ini?
"Maafkan saya, saya salah!" Karena memang dirinya yang bersalah, Ariel mengalah! tidak ada waktu jika harus meladeni orang kaya ini, dia harus segera kembali ke Kastil.
"Gampang sekali minta maaf!" Betrand tidak terima, dia terus saja memaki Ariel dengan berbagai kata-kata umpatan yang tidak seharusnya diucapkan oleh lelaki keturunan bangsawan.
Sementara itu, saat sepupunya sedang marah-marah seperti orang gila, di balik kaca mobil, Jonas terkesima. Matanya membulat sempurna dengan mulut yang sedikit menganga.