Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 12
Dua hari sudah Yunda berada di rumah orangtuanya, bukannya membaik, keadaan Yunda semakin parah. Panasnya tak kunjung turun padahal sudah minum obat demam.
Karena panas Yunda tak kunjung turun, Pak Yoto pun membawa Yunda ke puskesmas. Tapi puskesmas malah merujuk Yunda ke rumah sakit karena melihat area bekas jahitan Yunda yang memerah seperti infeksi.
Setelah dari puskesmas, Yunda dan Pak Yoto pun pulang ke rumah.
"Gimana Pak, apa kata dokter?" tanya Bu Ambar begitu Pak Yoto dan Yunda masuk ke rumah.
Sedangkan Yunda, dia langsung membaringkan badannya di kursi ruang tamu.
"Sepertinya bekas jahitannya infeksi. Itu yang buat panasnya Yunda gak turun-turun." jawab Pak Yoto.
"Terus gak di kasih obat sama dokter?" tanya Bu Ambar karena melihat Pak Yoto tidak membawa apa-apa.
"Obat generik gak mempan, harus pake obat paten kata dokter. Dan kemungkinan jahitannya mau di buka dan di jahit ulang." jawab Pak Yoto.
"Astaga..." pekik Bu Ambar.
"Bapak mau telepon Nak Rio dulu, biar Nak Rio jemput Yunda dan bawa Yunda ke rumah sakit." ucap Pak Yoto.
"Iya Pak cepetan." balas Bu Ambar.
Pak Yoto pun menghubungi Rio dengan hape poliponiknya.
"Haduh, pulsa Bapak gak cukup lagi Bu." ternyata pulas Pak Yoto tidak cukup menelpon Rio.
"Pake hape Yunda aja Pak. Tolong ambilin di kamar." sahut Yunda dengan suara lemah.
Cepat-cepat Pak Yoto ke kamar dan mengambil ponsel Yunda.
Yunda pun menghubungi Rio melalui WhatsApp, begitu panggilan tersambung Yunda langsung memberikan ponsel itu pada Pak Yoto.
"Halo." jawab Rio.
"Halo Nak Rio, ini Bapak." jawab Pak Yoto.
"Ada apa Pak?" Tanya Rio dengan nada angkuhnya.
"Nak Rio, bisa gak Nak Rio dateng kesini jemput Yunda?" tanya Pak Yoto.
"Yunda udah sembuh? Kalau udah sembuh suruh pulang sendiri Pak, Yunda pegang uang kok buat ongkos." jawab Rio.
"Atau jangan-jangan uang yang saya ke kasih Yunda habis?" curiga Rio.
"Bukan Nak Rio, bukan. Yunda belum sembuh, malah keadaannya makin parah. Tadi Bapak bawa Yunda ke puskesmas katanya jahitannya sepertinya infeksi dan dokter puskesmas merujuk Yunda ke rumah sakit." jawab Pak Yoto.
BRAAAK. Terdengar suara gebrakan meja yang sangat keras dari seberang telepon.
Iya, di seberang telepon Rio menggebrak meja karena marah. Marah mendengar Yunda harus di bawa ke rumah sakit lagi.
"Apa aja sih yang Bapak sama Ibu bikin disana sampe-sampe Yunda makin sakit? Saya anter Yunda kesana biar kalian urus Yunda, bukan malah bikin Yunda makin sakit! Emangnya Bapak pikir berobat ke rumah sakit itu gak pake uang, hah!" bentak Rio.
"Asal Bapak tau yah, biaya operasi sesarnya Yunda kemaren itu dua puluh juta Pak! Bapak pikir segitu gak banyak! Banyak Pak!" bentak Rio lagi.
Pak Yoto terdiam.
Ia orang lemah, ia orang tak berada, ia hanya bisa pasrah dan diam saja saat menantunya membentak dirinya.
Bahkan suara bentakan Rio sampai kedengaran di telinga Yunda, padahal tidak memakai pengeras suara.
"Bawa sini Pak ponselnya." pinta Yunda.
Pak Yoto pun memberikan ponsel itu pada Yunda.
"Mas-"
"Terserah kalau kamu mau pergi ke rumah sakit, tapi aku gak mau bayar biaya rumah sakitnya! Kamu gak tau kan sejak kamu melahirkan omset aku berkurang banyak! Malah ada dua toko aku yang sama sekali gak ada pendapatan! Dan sudah dua hari ini pendapatan toko yang disini cuma lima ratus ribu!" sela Rio.
"Kalau pendapatan toko seperti ini terus gimana aku mau bayar gaji karyawan! Kamu enak aja minta berobat ke rumah sakit!" kata Rio lagi.
"Udah yah jangan hubung-hubungi aku lagi! Aku lagi pusing ini! Jangan nambah beban pikiran aku!" Rio langsung menutup teleponnya.
Hati Yunda sakit sekali, sangking sakitnya tanpa ia sadari air mata sudah mengalir di pipinya.
Pak Yoto dan Bu Ambar hanya terduduk lemas tanpa bisa berkata apa-apa. Mau bawa Yunda berobat ke rumah sakit tapi mereka sendiri tidak punya uang. Sedangkan makan mereka saja selama dua hari ini dari uang Yunda.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...