NovelToon NovelToon
Sistem Tak Terukur

Sistem Tak Terukur

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Sistem / Harem / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eido

Update tiap hari ~
Follow Instagram: eido_481
untuk melihat visual dari karakter novel.

Setelah begadang selama tujuh hari demi mengejar deadline kerja, seorang pria dewasa akhirnya meregang nyawa bukan karena monster, bukan karena perang, tapi karena… kelelahan. Saat matanya terbuka kembali, ia terbangun di tubuh pemuda 18 tahun yang kurus, lemah, dan berlumur lumpur di dunia asing penuh energi spiritual.

Tak ada keluarga. Tak ada sekutu. Yang ada hanyalah tubuh cacat, meridian yang hancur, akibat pengkhianatan tunangan yang dulu ia percayai.

Dibuang. Dihina. Dianggap sampah yang tak bisa berkultivasi.

Namun, saat keputusasaan mencapai puncaknya...

[Sistem Tak Terukur telah diaktifkan.]

Dengan sistem misterius yang memungkinkannya menciptakan, memperluas, dan mengendalikan wilayah absolut, ruang pribadi tempat hukum dunia bisa dibengkokkan, pemuda ini akan bangkit.

Bukan hanya untuk membalas dendam, tapi untuk mendominasi semua.
Dan menjadi eksistensi tertinggi di antara lang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eido, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji Seorang Pria

Di bawah cahaya lampu minyak yang temaram dan hangat, suasana di dalam aula utama keluarga Qin tiba-tiba menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Qin Aihan berdiri tegak di tengah ruangan, kedua tangannya mengepal di sisi jubahnya, seolah menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dadanya. Ia menarik napas dalam, lalu menatap ayah, ibu, dan adiknya.

"Ayah, Ibu... Yuhan..." ucapnya pelan, namun tegas. “Aku ingin memperkenalkan Feng Jian... sebagai calon suamiku.”

Kata-kata itu menggema dalam keheningan. Seolah waktu membeku sesaat.

Qin Wenyi, yang tadinya sedang menyentuh pinggiran cangkir tehnya, mendongak dengan mata terbelalak. Qin Jianwei, kepala keluarga yang jarang menunjukkan ekspresi berlebihan, mengangkat alisnya. Dan Qin Yuhan gadis kecil yang masih polos itu membuka mulutnya lebar-lebar.

“Calon... suami?” Yuhan nyaris berteriak kecil.

Feng Jian, yang sejak tadi berdiri di belakang Aihan, melangkah maju. Posturnya tegap, tak ada keraguan dalam gerakannya. Ia berdiri di depan keluarga Qin, lalu sedikit membungkukkan badan.

“Perkenalkan, nama saya Feng Jian. Saya... bukan siapa-siapa. Tapi saya datang dengan tulus dan niat baik.” Suaranya tenang, lembut, namun tak kehilangan ketegasan yang memancar dari dalam dirinya.

Qin Jianwei menatapnya lama. Tatapannya tajam, seperti seorang penempa yang menilai ketahanan logam di hadapannya. Lalu perlahan, ia tersenyum dan menepuk pundak Feng Jian dengan mantap.

“Cukup baik.” katanya sambil tertawa kecil. “Kau... menyembunyikan kekuatanmu dengan sangat rapi. Tapi kami yang sudah hidup lebih dari tujuh puluh tahun, tak bisa dibohongi oleh permukaan.”

Ia menarik napas dalam, menatap Feng Jian dengan pandangan lebih dalam.

“Pemuda sepertimu tidak mungkin hanya berada di Alam Pembuka Qi Tahap Awal. Aku tak tahu kau menyembunyikan kultivasi tingkat apa, tapi cukup untuk membuatku tak bisa menembusnya. Itu saja sudah cukup untuk membuatku senang jika kau menjadi bagian dari keluarga ini.”

Qin Wenyi masih tertegun, tapi perlahan wajahnya berubah cerah. Ia menatap suaminya sejenak, dan saat melihat anggukan kecil dari Qin Jianwei, senyum pun muncul di wajahnya. Matanya beralih pada Feng Jian.

“Aihan membawa pulang calon suami yang rupanya lebih luar biasa dari yang kami bayangkan…” katanya dengan suara penuh rasa syukur.

Qin Yuhan sudah tak bisa menyembunyikan antusiasmenya. Ia berdiri dari duduknya, melompat kecil dan berseru, “Kakak, dia jadi kakak iparku?! Dia yang paling tampan dari semua orang yang pernah aku lihat!”

Qin Aihan, yang mendengar semua itu, hanya bisa menunduk dengan pipi yang merah padam. Bahkan telinganya pun berubah warna. Meski mencoba tetap tenang, hatinya tak bisa berbohong. Ada kebahagiaan yang tumbuh liar di dalam dadanya bercampur gugup dan malu, namun juga bangga.

“Kalau begitu...” kata Qin Jianwei sambil menepuk tangannya dua kali, “mari kita lanjutkan pembicaraan ini di meja makan. Makanan sudah disiapkan.”

Malam pun bergulir dalam kehangatan. Meja makan utama keluarga Qin dipenuhi aroma sup herbal, daging panggang, sayuran tumis, dan teh bunga. Feng Jian duduk di sebelah Qin Aihan, dan untuk pertama kalinya benar-benar menjadi bagian dari lingkaran keluarga.

Percakapan mengalir tentang masa depan, tentang pernikahan, dan tentang hal-hal kecil yang biasanya hanya dibicarakan dalam keintiman keluarga. Aihan duduk di sana, sesekali mencuri pandang ke arah Feng Jian, dan saat pria itu menoleh, ia buru-buru menunduk sambil menyuap nasi menyembunyikan senyum yang tak bisa ditahan.

Malam sudah menua, langit di luar mulai ditaburi bintang, dan cahaya bulan menembus tirai tipis di kediaman keluarga Qin. Di ruang makan, piring-piring hampir kosong, gelas-gelas teh hanya menyisakan sisa aroma herbal, namun suasana di meja masih hangat.

Tiba-tiba, suara berat namun santai dari Qin Jianwei memecah keheningan sejenak.

“Feng Jian.” katanya, mengusap jenggotnya perlahan sambil memandang ke arah pemuda itu, “kalau memang sudah pasti, kapan kau berniat menikahi putriku?”

Semua mata tertuju pada Feng Jian. Pria itu meletakkan cangkir tehnya perlahan, lalu mengangkat wajahnya. Tatapannya teguh, suaranya tak meninggi namun penuh keyakinan.

“Lebih cepat lebih baik.” ucapnya.

Sejenak, ruang makan sunyi. Lalu.

“Khuft!”

Qin Aihan tersedak, pipinya langsung bersemu merah. Qin Wenyi menahan batuk kecil di balik senyumnya. Bahkan Qin Jianwei pun tampak terkejut sebelum akhirnya meledak dalam tawa pendek yang dalam. Sementara Yuhan sudah menatap Feng Jian seperti baru melihat pahlawan dari kisah cerita.

“Pemuda yang luar biasa...” gumam Qin Jianwei sambil mengangguk, lalu menatap Aihan dengan senyum bercampur haru. “Kalau begitu, dalam tiga hari, pernikahan kalian akan dilangsungkan.”

“Ayah!” Aihan memprotes pelan, suaranya gemetar karena gugup.

“Sudah diputuskan.” lanjutnya tegas. “Kita undang semua orang di kediaman. Ini akan jadi hari besar bagi keluarga Qin.”

Qin Wenyi tak berkata apa-apa lagi, hanya menatap Aihan dengan senyum lembut yang menenangkan. Tangannya meraih jemari putrinya di bawah meja, menggenggamnya hangat. Yuhan bertepuk tangan, matanya bersinar penuh suka cita.

“Selamat, Kak Aihan! Selamat, Kakak Feng Jian!” serunya polos, membuat semua yang mendengar ikut tersenyum.

Dan begitulah makan malam keluarga itu berakhir. Dalam tawa. Dalam restu. Dalam awal dari sesuatu yang lebih besar.

Saat malam benar-benar larut, Qin Jianwei mengantar Feng Jian menuju sebuah kamar tamu yang kosong, terletak tak jauh dari kediaman utama, namun cukup terhormat untuk seorang tamu penting. Di depan pintu kamar yang terbuat dari kayu cendana tua itu, langkah keduanya terhenti.

Qin Jianwei memandang Feng Jian, kali ini tanpa senyum, tanpa basa-basi. Matanya penuh kebapakan, namun di balik itu terdapat ketegasan kepala keluarga.

“Feng Jian." ujarnya pelan namun dalam, “aku mempercayakan putriku padamu. Jangan pernah membuatnya menangis.”

Feng Jian menatap lelaki tua itu. Di balik ketenangan wajahnya, sorot matanya mengandung tekad.

“Aku berjanji.” katanya. “Apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungi Qin Aihan. Aku akan menjaga, mencintai, dan membuatnya bahagia. Itu janji seorang pria... bukan hanya kepada ayahnya, tapi kepada wanita yang akan menjadi istrinya.”

Qin Jianwei terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan. Di wajahnya, tampak kelegaan dan rasa bangga yang tak bisa disembunyikan.

“Itu jawaban yang ingin kudengar." katanya akhirnya. “Istirahatlah. Tiga hari ke depan akan menjadi hari sibuk.”

Setelah itu, ia membalikkan badan, berjalan pergi menyusuri lorong yang sunyi. Feng Jian berdiri sejenak, memandangi punggung lelaki itu yang menjauh, sebelum akhirnya membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.

Di balik pintu kayu yang tertutup, sunyi menyelimuti ruangan, namun di dalam dada Feng Jian... sesuatu perlahan menghangat. Bukan hanya karena kamar yang nyaman tapi karena malam itu, ia telah diterima. Dan dalam tiga hari, ia akan mengikat janji suci... bersama Qin Aihan.

1
maz tama
hmmm hareeem/Smug//Grin/
maz tama
alur ceritanya bagus
Eido: terima kasih
total 1 replies
Kaye Kaye
up min
Eido: oke di tunggu ya
total 1 replies
Hendra Saja
jgn lelah untuk up Thor......semangat....
Eido: makasih kak
total 1 replies
qwenqen
ku kira akan menarik eh ternyata hanya novel sampah yang mengumbar fantasi birahi semata
Singaz
Lanjutkan thor
Singaz
Gak sabar nunggu update selanjutnya
PiuPyu
Ceritanya menarik, perkembangan alur cerita nya maju. Rekomendasi!
ipokdin
terbaik
Eido: Terima kasih ❤️
total 1 replies
Musang Bulan
Menarik....
leasiee~。
hai kak aku mampir yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Hiu Kali
kebanyakan kata-katanya dari AI generator..semangat thor.. tunjukkan kualitasmu yang sesungguhnya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!