NovelToon NovelToon
Petualangan Danu

Petualangan Danu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan
Popularitas:725
Nilai: 5
Nama Author: mengare

Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.

itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.

Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amel Ambler 2

Ular raksasa menegakkan tubuhnya, suara desis sesekali keluar dari mulutnya, di hadapannya seorang manusia sedang terduduk pada pohon besar yang retak.

Darah keluar dari manusia yang tak lain adalah Amel, Amel tersenyum miris meski darah menetes dari dahinya. Dia telah menyadari keberadaan Ular Raksasa dan Kelelawar besar yang sedang mengintainya. Amel tertawa kecil dan mengingat bagaimana mana semuanya bisa berakhir seperti sekarang.

"Ha... Bagaimana bisa jadi seperti ini ya..?" pikirnya dalam hati, "Awalnya aku adalah seorang gadis cantik, anggun, dan di segani karena kelembutan dan kepintaranku di antara para bangsawan."

Amel sedikit menggerakkan tangannya. Ular raksasa segera bereaksi cepat, menyambar tempatnya terpuruk, menghantam pohon besar hingga menimbulkan suara retakan kayu yang keras hingga dapat terdengar oleh pasukan Amel yang hampir kehilangan semangat juangnya. Formasi mereka mulai berantakan, mereka hampir terdorong mundur oleh hewan-hewan yang menyerbu mereka.

"Pertahankan posisi kalian!!" Teriak salah seorang mereka, dia menjadi yang paling aktif di antara pasukan yang menunjukkan kegelisahan pada wajah mereka. Beberapa dari memekik kecil saat menahan seekor kijang besar yang berubah masuk ke barisan mereka. Butuh lebih dari 3 orang untuk menahannya di tambah pemanah yang mulai kehilangan akurasinya.

"Semuanya jangan hilang fokus! Kita harus bisa bertahan!!" prajurit itu terus berteriak dan mengingatkan rekannya meski tidak terlalu berpengaruh.

Sementara itu, Great Knight pertama, Volt, menggertakkan giginya, serangan beruntun nya tidak berpengaruh apa-apa pada Dark Golem. Dark Golem sepenuhnya kebal terhadap sihir yang dia lancarkan. "Gian!! Formasi penjara ganda!!" perintahnya.

Great Knight ke dua mengangguk, dia menarik nafas sejenak dan menyerang Dark Golem dari arah kiri sementara Volt menyerang dari kanan monster. Mereka memberikan serangan aura murni tanpa menggunakan sihir. pada tebasan pertama, tebasan itu tidak mempengaruhi pergerakan Dark Golem, tapi formasi ini tidak berhenti pada satu serangan.

Volt dan Gian menyerang bersamaan dan selalu pada dua sisi yang berlawanan. Pedang mereka menebas tubuh keras Dark Golem hingga menimbulkan percikan api, 2 serangan per detik, 5 serangan per detik, 7 serangan per detik, dan terus meningkat seiring serangan dilancarkan. Secara perlahan percikan api dan jalur tebasan mereka membentuk garis-garis layaknya penjara yang terus bergerak mengitari targetnya.

Pada puncak serangan, serangan mereka dapat menimbulkan hembusan angin kencang yang bersahutan dengan puluhan percikan api yang dari tebasan mereka. Angin berhembus sangat kencang hingga menerbangkan debu di sekitarnya. Dark Golem menggeram, pergerakannya sepenuhnya tertahan, serangan itu seolah menyerang setiap inci tubuhnya.

Volt dan Gian menjaga diri mereka tetap fokus hingga syaraf pada pelipis mata mereka mencuat dan keringat membasahi waja keduanya. Volt kembali menggertakkan giginya dan berteriak dengan lantang layaknya singa yang menunjukkan kekuasaannya, "Dasar pasukan bajingan, jika kalian menyerah di sini, percayalah, aku sendiri yang akan menebas kepalanya." teriakan itu mengalihkan pendengaran para prajurit yang merasa kesal,

sementara Volt melanjutkan, "aku tidak peduli bila Nona Amel ada di sini atau tidak, tapi aku akan tetap berdiri atas namanya.

Aku akan tetap berdiri untuk menjaga apa yang dia jaga!

Siapapun yang berdiri bersamaku maka membarah lah!

Tunjukkan pada mereka apa itu semangat Amel Ambler!!"

Awalnya, tidak ada yang bereaksi semuanya terdiam, ekspresi mereka datar namun pandangan mata mereka tajam, menatap lawan mereka.

Salah dari mereka menggertakkan gigi, dia berteriak dan memecah keheningan, "Demi semangat Amel!!"

"Demi semangat Amel!! Heya........" sahut yang lainnya dengan kompak.

"Semuanya, Bentuk formasi 'lingkaran kura-kura'!" perintah dari salah seorang dari mereka yang segera dilaksanakan oleh seluruh barisan pasukan.

7 pasukan membentuk lingkaran, melindungi pemanah dan penyihir yang menyerang monster dengan tubuh besar sebagai prioritas sementara 3 yang tersisa menjadi membentuk barisan depan layaknya kepala kura-kura, menahan bagian depan yang paling banyak diserang lawan.

Padang mereka seolah semakin tajam, tidak ada monster yang mampu bertahan lama begitu berhadapan langsung dengan mereka baik itu kawanan kijang raksasa, serigala setinggi 2 meter, ataupun burung-burung raksasa yang menerjang semua mati dalam sekali serangan.

Mata mereka membara seperti layaknya singa terluka yang marah. Samar-samar terlihat pedang mereka mengeluarkan sihir api tipis. Sihir yang kecil namun menjadi sangat efektif saat mereka bersama.

serigala setinggi 3 meter datang pads mereka dengan cepat dan nyaris tidak terlihat menerjang bagian depan secara langsung. Barisan pertama menahannya dengan perisai dan mundur beberapa langkah sementara dua orang dari belakangnya maju bersama, memberikan tebasan panjang pada tubuh serigala yang membakar bagian luar dan dalam serigala itu. Serigala itu langsung tergeletak karenanya.

#####

Teriakan mereka menggema ke seluruh medan peperangan, seolah mereka ada untuk memenangkan peperangan apapun yang terjadi, siapapun lawannya.

Inilah, apa yang mereka sebut 'Semangat Amel' hanya Amel bukan Amel Ambler.

Suara itu tersebar hingga sampai pada telinga seorang gadis yang berdiri di atas ranting pohon, menatap ular raksasa yang mengangkat kepalanya setelah menghantam tanah tempat Amel terhempas.

Amel mendengar seruan pasukannya, dia tersenyum, tapi seruan itu justru membuatnya semakin bertanya-tanya.

Bagaimana dia bisa sampai di sini. Dia hanyalah gadis lemah yang anggun dan cantik, mengandalkan pikiran bukan otak, memegang pena dan cangkir teh bukan pedang dan perisai.

"Bagaimana hal ini berawal?

Apakah sejak aku memasuki kamp pelatihan?

Atau saat aku mantap dengan bangga lukisan kemenangan ayahanda ku?"

Pertanyaan-pertanyaan ini terus terbesit di pikirannya, pertanyaan yang sebenarnya dia ketahui dengan jelas jawabannya.

Semua pencapaiannya saat ini bukan di awali dengan hal yang hebat seperti kekaguman, cita-cita yang tinggi, atau dorongan orang terdekatnya.

Semuanya murni tanpa kesengajaan dan kekesalan sesaat, seorang gadis remaja yang tidak terima dengan pembicaraan tidak jelas prajurit yang menganggap wanita itu lemah.

mengingat awal itu saja sudah membuat senyuman Amel mengembang. Siapa yang menyangka dia akan menjadi seorang komandan wanita dengan pasukan yang royal hanya karena hal ini.

"Dasar pasukan bodoh, kalau begini aku tidak akan menikah kedepannya," ejeknya dengan mata yang berkaca-kaca, bukan karena kesedihan tapi rasa tanggung jawab yang besar dan semangat yang kembali memanas.

"Hai cacing besar!! Di sini." Amel menantang Ular besar itu terang-terangan sambil menekan ular itu dengan aura yang ia miliki.

Ular itu Berdesis keras, kembali menerjang Amel dengan cepat hingga meninggal bekas lengkungan yang dalam pada pohon yang tergores olehnya.

Ular itu kembali menabrak udara kosong, Amel melompat tepat di atas kepalanya, menjadikan kepala ular raksasa menjadi pijakan, berlari dengan cepat pada tubuh ular itu dan melompat pada kelelawar yang terbang ke arahnya.

Kelelawar mengeluarkan gelombang kejut dari mulutnya. Gelombang itu mengenai Amel dan pepohonan di belakangnya, merontokkan cabang-cabang besar pohon tapi tidak berpengaruh pada Amel.

Amel tersenyum puas, teknik menengah master aura 'kematian indra' kemampuan mematikan sementara indra yang ia inginkan sehingga kebal terhadap serangan yang mengandalkan kepekaan indra, dalam hal ini suara berfrekuensi tinggi.

Kelelawar itu meluncur padanya, menusuk zirah Amel dengan dua cakar tajam sang kelelawar, menabraknya pada pohon besar, cakarnya menembus zirah yang Amel kenakan tapi tidak cukup kuat untuk menembus organ dalam Amel.

Tawa Amel pecah, dia menusukkan pedangnya pada mata sang kelelawar hingga monster itu menjauh darinya dan mengitari pepohonan lebat dalam kabut sembari mencari celah Amel.

kedua monster itu sudah siap untuk melawan Amel dengan keunggulan mereka tapi Amel tidak gentar, meski dahinya meneteskan darah dan kulitnya terkoyak oleh cakar kelelawar.

Matanya justru terlihat hidup.

#####

Volt memberikan semua serangan yang dia bisa pada Dark Golem yang terus beregenerasi tanpa henti, dia harus fokus untuk memberikan serangan mematikan terus menerus, tapi suara benturan besar dari pepohonan dalam kabut hitam membuatnya terkejut sesaat.

Dark Golem memukul kepalanya, memanfaatkan momen sesaat itu, tapi berhasil di hindari oleh Volt yang segera menyerang bahunya hingga membuat monster itu merasakan kesemutan pada tangannya.

Getaran besar mengguncang tanah yang mereka pijak. Kabut hitam tampak mengepul akibat pergerakan sesuatu yang besar, pepohonan bergoyang hebat hingga beberapa di antaranya roboh. Suara desis ular yang kesakitan dan suara memekik dari kelelawar menggenggam bergantian dengan keras, bersamaan suara dentuman hebat.

Ular raksasa keluar dari kabut hitam itu, meraung dan meluncur ke arah mereka dengan tubuh penuh luka lalu tersungkur di tanah. Debu-debu mengepul karenanya, menutupi siluet seseorang yang berdiri di atasnya. Sosok yang familiar bagi seluruh pasukan.

Mata mereka terpaku pada siluet itu, sosok dengan rambut sepanjang bahu yang tergerai oleh tiupan angin, dengan pedang dan perisai di tangan, dia berdiri dengan gagah. Sosok itu semakin jelas seiring hilangnya kepulan debu yang tertiup angin.

Amel menunjukkan sosoknya yang berkharisma meski tubuhnya penuh luka dan bercak tanah. Dia tersenyum dengan dengan mata yang cerah dan membara.

1
Mengare
kadang aku lupa ngasih kata tidak pada tulisan ku😅
Mengare
terima kasih, maaf kemarin aku ada urusan di real life jadi gak sempat nulis
Cleopatra
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
Tsubasa Oozora
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
Mengare: makasih dah komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!