Petualangan Danu

Petualangan Danu

Danu dan gadis kecil

"Di Kerajaan Eternal Blessing, Hidup legenda kuno tentang 4 kesatria legendaris dan 4 monster kuno yang menjadi awal dari bersatunya sebagian besar kerajaan di benua Terra Magna. Ada yang menyebut legenda itu sebagai bencana besar kuno, perang besar kuno, wabah kegelapan, dan pembentukan kembali kekuasaan.

Legenda di awali dengan munculnya empat monster kuno yang membawa petaka, penyakit, kehancuran, dan pembantaian umat manusia.

Banyak cerita yang berbeda tentang mereka, tapi memiliki satu persamaan, pada masa munculnya monster hewan-hewan menjadi gila dan mulai bertransformasi menjadi lebih ganas, muncul wabah penyakit entah dari mana, adanya daerah yang makmur dalam sekejap tapi raib di keesokan hari, dan terbunuhnya keluarga Kerajaan secara misterius.

Di masa yang sulit itu, manusia dipaksa untuk bersatu, menghadapi empat monster kuno dengan segala keterbatasan mereka.

Manusia mengalami banyak sekali kerugian, banyak yang kehilangan keluarga, harta, dan tempat tinggal karena perang berkepanjangan hingga perang mencapai puncaknya, yaitu pertarungan sengit antara empat kesatria dan empat monster.

Pada akhirnya, monster-monster itu berhasil dikalahkan dan di segel." Cerita seorang kakek tua kepada segerombolan anak kecil yang mengelilinginya.

Seorang gadis kecil yang polos bertanya padanya " kekek~..., di mana tempat 4 monster itu disegel?"

"Hahaha, tidak ada yang tahu pasti, dimana ke 4 monster itu berada karena empat kesatria sendiri lah yang menempatkan 4 segel tersebut.

Namun, 4 pahlawan itu sempat memberikan 4 artefak kuno sebelum kepergiannya.

Dikatakan bahwa 4 artefak tersebut ditinggalkan untuk berjaga-jaga apabila segel tersebut terlepas." Jawab sang kakek dengan serius.

"Jadi, dimana ke-4 artefak tersebut barada sekarang?" Tanya cucu laki-lakinya yang duduk disamping.

"Hmm..., Ke-4 artefak tersebut dijaga oleh keturunan langsung dari 4 kesatria dan hanya beberapa bangsawan tingkat 3 dan tamu kehormatan dari keluarga tersebut yang dapat melihatnya."

"Yah.... Berarti kita tidak bisa dong melihat artefak kuno itu. Kita-kan bukan bangsawan, huh...." Keluh Danu, cucunya.

Sang kakek tertawa terkekeh-kekeh. "Tenang saja, selama kalian tumbuh besar dan bermanfaat bagi orang banyak, kalian pasti mendapatkan kesempatan untuk melihatnya.

Jadi, kalian tidak boleh nakal dan rukun biar kita bisa lihat artefak itu bersama-sama, ya.."

"Baik kakek." jawab anak-anak serempak.

"Sudah dulu cerita kita untuk hari ini, sana pergi bermain, besok lagi ya ceritanya..." Tutup sang kakek.

Anak-anak mulai membubarkan diri dan pergi bermain dengan teman-teman mereka, kecuali Danu, cucunya, dan seorang gadis kecil berumur 9 tahun yang tampak malu-malu ingin bicara dengan sang kakek.

"Ada apa Klara? Apa ada yang mau kamu tanyakan?" Tanya sang kakek pada gadis kecil itu.

Gadis itu kesusahan untuk bicara pada sang kakek karena terlalu gugup, menundukkan kepala, sering melirik ke sekitar, dan tangannya meremas-remas ujung pakaian yang dikenakan olehnya.

Danu menjadi kesal saat melihat Klara yang diam saja saat kakeknya bertanya.

Dia berjalan ke hadapan bocah itu dan memarahinya. "Kalau ada orang tua tanya itu jawab jangan diam saja! Kamu harus .. e eh ka-kakek sakit"

Danu tak menyelesaikan perkataannya karena telinganya di tarik oleh kakeknya.

"Danu.., kamu tidak boleh begitu, kalau bicara sama perempuan itu yang lembut lalu berikan dia kesempatan untuk bicara, lagian dia udah bicara kalau gak kamu selah tadi!" Omel sang kakek

"Iya-iya kek, Danu faham, Danu minta maaf. Adu duh.." jawab Danu sambil menahan jiwiran sang kakek.

Kakek Surya -nama kakek Danu- melepaskan cubitannya dan tersenyum lembut pada Klara.

"Nak Klara, maafkan Danu ya.. kalau omongan Danu sering ceplas-ceplos. Jadi, apa yang ingin Nak Klara tanyakan?" Bujuk Kakek Surya.

Klara yang sempat terdiam beberapa saat, menatap Danu dengan cemas, gugup, dan terbata-bata.

Dia berkata, "ma.. ma.. maaf karena tidak sopan. A a aku akan pergi."

Klara pergi dengan terburu-buru, meninggalkan Danu dan Kekek Surya.

Hal ini membuat Kakek Surya menghela napas panjang, dia menyayangkan sikap Danu yang membuat Klara yang pemalu, sehingga Klara pergi meninggalkan mereka, walau pada saat dia bercerita Klara-lah yang paling antusias saat mendengarkan dan bertanya.

Danu melihat Klara yang pergi menjauh darinya dengan terburu-buru dengan tatapan meremehkan. Dia melihat Klara hingga punggung dari gadis berambut merah itu tidak terlihat dari pandangan matanya.

....

Pada sore harinya, Danu berjalan di samping lapangan tempat biasa anak-anak desa berkumpul dan bermain.

Dia masih kesal dengan Klara karena membuatnya dimarahi oleh kakeknya padahal hanya masalah sepele.

"Haa.. cuma karena gitu aja takut, cih. Pemalu amat sih itu anak." keluh Danu sambil menendang batu yang tak bersalah dan menyilangkan kedua tangannya di belakang kepalanya.

Suasana di sana memang cocok untuk melepas lelah dan kesal.

Di sana angin bertiup dengan perlahan, rerumputan akan berdesir saat angin menghembusnya, dan kicauan burung yang terdengar ramai saat mereka berdatangan ke sarangnya di pepohonan sekitar lapangan bermain itu.

Danu terus berjalan santai di bawah cahaya senja yang mulai surup, sebagai tanda akan datangnya malam.

Danu menghentikan langkah kakinya dikarenakan adanya suara rintihan dan teriakan disekitarnya.

Danu melihat sekeliling dan berjalan perlahan ke balik sebuah pohon besar. Dari sana, dia melihat Klara yang dijambak oleh seorang gadis seumuran dengannya nya dan dua orang anak laki-laki yang ikut mengganggunya.

Klara menangis sambil menahan jambakan rambut dengan tangannya, dia terus mencoba meronta dengan keadaan tubuh yang lemah.

Klara memohon pada anak itu, "Aku mohon lepaskan aku. A-aku tidak bawa uang sekarang. A aku janji akan membawanya besok. A aah, jadi tolong lepas."

"Haa, besok? Memang orang kaya itu sama saja ya. Kamu pikir aku bakal percaya. Dengarkan!" Teriak gadis nakal itu sambil mendekatkan kepala Klara ke arahnya, "Kau tahu, kami sudah berkorban untukmu agar orang asing sepertimu dapat bermain di sini dan kau tinggal bayar saja apa susahnya sih!"

Gadis nakal itu adalah Sofi, dia memiliki wajah yang terlihat polos, tapi memiliki temperamen yang buruk.

Dia melanjutkan kata-katanya sambil memperhatikan dengan seksama pakaian yang digunakan Klara."Mana ada kamu tidak bawa uang, lihat pakaian kamu aja mahal!"

Sofi menjatuhkan Klara ke tanah dan membuat Klara tersungkur hingga mengotori pakaian yang dikenakannya. Klara merintih kesakitan sambil menangis dengan sengal-sengal.

"A.. a aku kan sudah bayar. Hiks hiks, j- jadi .."

Sofi kembali menarik kera baju Klara dengan kuat, membuatnya kesulitan melanjutkan tutur katanya.

Sofi menatapnya dengan tajam, dia berteriak pada Klara, "jadi apa?! Karena kamu pulang telat ya otomatis biayanya naik dong.

Aah.. masak gitu aja gak tahu?!"

Danu yang melihat dari balik pohon mulai merasa tidak nyaman dengan kelakuan Sofi yang semena-mena.

Dia mengerutkan alisnya dan berjalan ke arah kegaduhan itu di saat Sofi mengintruksikan ke dua temannya untuk pergi dari sana bersamanya.

Membuat mereka terkejut dengan kemunculannya.

Sofi melotot ke arah Danu. Keduanya saling menatap satu sama lain untuk menunjukkan dominasi masing-masing.

Sofi menunjukan jarinya ke arah Danu, dia ngomong dengan cetus "Apa lihat-lihat! Mau sok jadi pahlawan! Sana pergi!".

Emosi Danu semakin menggebu-gebu, dia menyeringai dan mengepalkan kedua tangannya.

Dia menatap Sofi dengan sinis dan berkata "haaa.. kau pikir ini daerah siapa, hee.. berani-beraninya kamu memalak orang tanpa izinku di sini!"

Sofi memberikan isyarat kepada kedua temannya untuk membereskan Danu. Kedua anak laki-laki itu segera maju menyerang Danu bersama.

Danu tidak tinggal diam, dia berlari terlebih dahulu ke arah mereka sebelum sempat bereaksi.

Danu menendang perut salah satu mereka, memukul bagian dagu, dan kembali menendang perut bocah itu hingga iya merintih kesakitan.

Namun, Danu segera tertangkap oleh anak lain yang menerjangnya dan membuatnya terjatuh, rekan anak itu segera membantu dan memukuli Danu tepat pada wajahnya, sementara Danu berusaha melindungi wajahnya dengan kedua tangan.

Sofi tersenyum puas, dia melihat Danu yang menjadi samsak teman-temannya dalam waktu singkat selama pertarungan.

Klara merasa terkejut dan khawatir kepada Danu, walau begitu Klara melihat tidak ada tanda dari Danu kalau dia akan menyerah dan justru memperlihatkan ekspresi penuh semangat dan penuh amarah.

Danu menahan setiap serangan yang diterimanya sambil menunggu saat yang tepat untuk menyerang balik.

Dia selalu mengingatkan dirinya sendiri, "tunggu saat yang tepat, sebentar lagi, sebentar lagi. Rasa sakit ini akan aku balas berkali-kali lipat."

Danu menerima beberapa pukulan di wajah, tendangan di pinggangnya, dan leher yang dicekik oleh lawannya.

Di saat kedua orang itu beranjak berdiri dan menganggapnya telah berakhir, Danu segera menarik salah seorang dari mereka dan menjatuhkannya dangan keras.

Dia tertawa dan mengejek anak itu "hahaha... Kamu pikir semua pukulanmu tadi sakit he.. rasakan pukulan ku ini."

Danu memukul anak itu tepat dibagian wajahnya dan mulai terjadi perkelahian yang intens di antara mereka.

Danu beranggapan bahwa pertarungan antar anak-anak seperti mereka itu bukan hanya soal seberapa kuat serangan mereka tapi juga soal seberapa bisa mereka bertahan. Itulah yang Danu percaya.

Hal itulah yang membuat Danu bertarung dengan brutal dan menjadi-jadi. Danu terus terjatuh dan bangun beberapa saat berikutnya.

Kedua anak itu mulai ragu apakah mereka bisa menang melawan Danu yang telah jatuh berkali-kali.

Mereka bisa merasakan detak jantung mereka yang berdetak kencang terutama saat mereka melihat ke mata Danu yang tidak menunjukkan tanda akan tumbang walau mereka telah berkali menghajarnya.

Perlahan tapi pasti, pertarungan mulai dipimpin oleh Danu yang mulai menyesuaikan diri, menghindar, dan menyerang balik mereka.

Tapi, apakah Danu benar-benar baik-baik saja?

Nyatanya, tanpa Danu sadari, tubuh Danu telah mengeluarkan banyak keringat, tangannya sudah bergetar pada pertengahan pertarungan, napasnya juga mulai tidak teratur, meski Danu tidak menyadarinya.

Danu berdiri dengan tenaga terakhirnya, beberapa bagian pakaiannya telah sobek dan memperlihatkan beberapa luka lembab dan goresan pada kulitnya, sementara kedua lawannya tidak jauh berbeda darinya.

Danu melihat dengan seksama kedua lawannya, dia ingin segera mengakhiri pertarungan ini dengan cepat.

Dia menelan luda karena tenggorokannya terasa kering, setelah itu dia tersenyum dan mulai tertawa bengis saat menyadari kalau musuhnya sudah terlihat kelelahan.

hal ini menimbulkan kengerian di hati lawannya, termasuk Sofi yang terlihat cemas dari tadi.

"He hehe hahaha. Hai kalian! Siapa nama kalian?" Tanya Danu dengan garang.

Ke dua anak yang dilawannya saling menatap satu sama lain, mereka merasa heran mengapa Danu tiba-tiba bertanya nama mereka.

"Na-nama?" Tanya salah daru mereka dengan ragu.

"Ya. Nama kalian."

"Aku Sabda dan dia Rantas" jawab salah seorang dari mereka dengan napas yang tersengal-sengal.

Sebenarnya mereka memiliki ciri-ciri tubuh yang mirip, keduanya kurus, berambut hitam, dan berkulit sawo matang.

Namun, yang membedakan mereka berdua adalah wajah Sabda yang oval sedangkan Rantas memiliki wajah yang bundar.

Danu melebarkan senyumannya dan seru pada mereka berdua,"Bagaimana kalau kita akhiri sampai di sini? Saat ini hari telah petang jadi orang tua kita pasti sudah mulai mencari. Kalian tidak ingin dihukum kan?"

Namun, nyatanya mereka berdua tampak tidak begitu mempedulikan dan segera bergerak setelah saling pandang sesaat.

Meraka maju bersamaan, melancarkan pukulan pada Danu tapi Danu dengan sigap menangkap tangan Sabda, memberikan pukulan balik yang sangat keras pada rahang kanannya, dan membantingnya ke Rantas.

Mereka berdua terjatuh, Danu mengangkat kera baju Rantas yang mencoba bangkit, menendang perutnya dengan lutut hingga Rantas tidak dapat menahan diri untuk menggerutu kesakitan.

Danu memberikan tatapan tajam pada Sabda dan Sofi.

"Pergilah selagi aku memberikan kesempatan!!" perintah Danu dengan geram.

Sofi menunjukkan ekspresi tidak percaya, dia kesal karena Danu seorang diri dapat mengalahkan kedua temannya.

Setelah berdecak kesal, Sofi mengisyaratkan kepada Sabda dan Rantas untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Klara termenung sambil memperhatikan Danu yang berdiri dengan berani mengalahkan kedua anak yang mengganggunya.

Klara mendekat pada Danu perlahan, tatapan matanya kikuk, dia mengucapkan terima kasih dengan wajah yang polos kepada Danu, tapi Danu cuma diam saja dan melangkah pergi dari sana.

Klara terus memperhatikan Danu hingga punggungnya tidak terlihat dari pandangannya.

"Klara!" Teriak seorang laki-laki paru baya dari kejauhan.

Klara menoleh ke arah suara tersebut, dia segera dihampiri oleh orang tersebut yang merupakan ayah Klara.

Tuan Daniel, ayah Klara, mengusap rambut anaknya dengan lembut dan mengusap bagian pakaiannya yang kotor.

"Kenapa bajumu kotor seperti ini, apa Klara baik-baik saja?" Tanya Tn. Daniel - cemas.

Klara menggelengkan kepalanya dan berkata, "Klara tidak apa-apa".

"Lalu kenapa kok bisa kotor semua? Ha.. ya sudah, ayo kita pulang dulu! mama mu sudah khawatir dari tadi."

Klara mengangguk dan mengandeng tangan ayahnya, pulang bersama.

Terpopuler

Comments

Filan

Filan

dialog yang terdiri dari beberapa paragraf, tiap awal paragrafnya ada tanda petik terbuka, dan akhir paragrafnya tidak ada tanda petik tertutup kecuali di akhir dialog.
Dulu saya juga bikin kayak kamu hanya paling atas petik terbuka dan akhir dialog petik tertutup tapi ternyata harus ada petik terbuka di tiap awal paragraf.

2025-06-29

0

Filan

Filan

thor, ini kalimatnya agak rancu. satu paragraf satu kalimat. coba deh baca lagi.

2025-06-29

0

Filan

Filan

dalam 1 kalimat usahakan jangan ada 2 kata yang sama seperti kata saat itu.

2025-06-29

0

lihat semua
Episodes
1 Danu dan gadis kecil
2 Dua Sisi berbeda
3 Sekotak ikan
4 Ucapan Terima Kasih
5 Teman Pertama
6 Klara dan Danu
7 Permainan takdir
8 Ketegangan dan Jawabannya
9 Saat Terakhir
10 Harga
11 Awal perubahan
12 Pelepas Rindu
13 Terbuka
14 Kalung Rubi
15 Keputusan awal
16 Langkah bertahan
17 Hari terakhir
18 Awal yang Buruk
19 Harapan di balik bayangan
20 Dark Knight
21 Amel Ambler
22 Amel Ambler 2
23 Tembakan pembuka
24 Babak Baru
25 Kebangkitan
26 Bangkit Kembali
27 Persiapan Kambali
28 Dark Golem
29 Kabut
30 Spirit Api
31 Serangan Terakhir (1)
32 Benteng Terakhir
33 Kemalangan
34 The Origin Dark Knight
35 Serangan Terakhir (2)
36 Pengantar Kepergian
37 Pergi dan datang
38 Awal yang baru
39 Petunjuk
40 Kata Penutup
41 Bab Spesial: Warisan yang beregenerasi
42 Bab Spesial: Pilar Wanita Ambler
43 Bab Spesial: Ikatan Penghubung
44 Penting!!: Ritme Update berubah?
45 Bab 1: Prolog
46 Bab 2: Kotak Misterius
47 Bab 3: Keriangan sebelum Pulang
48 Bab 4: Malam Penuh Kejutan
49 Bab 5: Di Bawah Langit Malam yang Sama
50 Bab 6: Masa Depan dan Kini
51 Bab 7: Masalah yang Silih Berganti
52 Bab 8: Berita Besar
53 Bab 9: Keluarga yang Kacau
54 Bab 10: Perasaan yang Terpendam
55 Bab 11: Sihir Klara
56 Bab 12: Misteri Baru
57 Bab 13: Festival yang akan datang
58 Bab 14: Permulaan Segalanya
59 Bab 15: Terungkap Perlahan
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Danu dan gadis kecil
2
Dua Sisi berbeda
3
Sekotak ikan
4
Ucapan Terima Kasih
5
Teman Pertama
6
Klara dan Danu
7
Permainan takdir
8
Ketegangan dan Jawabannya
9
Saat Terakhir
10
Harga
11
Awal perubahan
12
Pelepas Rindu
13
Terbuka
14
Kalung Rubi
15
Keputusan awal
16
Langkah bertahan
17
Hari terakhir
18
Awal yang Buruk
19
Harapan di balik bayangan
20
Dark Knight
21
Amel Ambler
22
Amel Ambler 2
23
Tembakan pembuka
24
Babak Baru
25
Kebangkitan
26
Bangkit Kembali
27
Persiapan Kambali
28
Dark Golem
29
Kabut
30
Spirit Api
31
Serangan Terakhir (1)
32
Benteng Terakhir
33
Kemalangan
34
The Origin Dark Knight
35
Serangan Terakhir (2)
36
Pengantar Kepergian
37
Pergi dan datang
38
Awal yang baru
39
Petunjuk
40
Kata Penutup
41
Bab Spesial: Warisan yang beregenerasi
42
Bab Spesial: Pilar Wanita Ambler
43
Bab Spesial: Ikatan Penghubung
44
Penting!!: Ritme Update berubah?
45
Bab 1: Prolog
46
Bab 2: Kotak Misterius
47
Bab 3: Keriangan sebelum Pulang
48
Bab 4: Malam Penuh Kejutan
49
Bab 5: Di Bawah Langit Malam yang Sama
50
Bab 6: Masa Depan dan Kini
51
Bab 7: Masalah yang Silih Berganti
52
Bab 8: Berita Besar
53
Bab 9: Keluarga yang Kacau
54
Bab 10: Perasaan yang Terpendam
55
Bab 11: Sihir Klara
56
Bab 12: Misteri Baru
57
Bab 13: Festival yang akan datang
58
Bab 14: Permulaan Segalanya
59
Bab 15: Terungkap Perlahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!