Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Ungkapan tiba-tiba...
Saat bel istirahat berbunyi, aku membereskan buku-buku dan peralatan belajarku. Aku sedang asik dengan duniaku dan kebahagiaanku hingga aku melupakan Reska yang masih menjadi bagian dari hari-hariku. Aku tak sadar jika sejak tadi Reska memperhatikanku dari ambang pintu dan menghalangi jalanku. aku tersadar dan menatapnya.
"mau kemana ?" Tanyanya.
"keluar." Jawabku.
"kayanya ada yang ngga beres nih sama lo." Ucapnya.
"ish, apa sih." Ucapku berusaha kabur darinya, namun dia terus menghalangiku.
"ikut gue ke kantin." perintahnya sambil menggenggam pergelangan tanganku.
"iih.. gue ada janji sama seseorang." Ucapku.
Reska berhenti dan menatapku.
"cowo tengil itu ? Tanyanya.
"dia punya nama, reska." ucapku.
"bukannya lo udah putus sama dia ?" Tanyanya.
"gue ngga pernah bilang begitu."
"hai .." Sapa Arfan dari belakangku.
Dia menatapku dan tersenyum, tangannya berjalan untuk menggenggam tanganku.
"gue janji untuk jemput dia di jam istirahat. Gue mau ajak dia ke kantin. Lo mau ikut ?" Tanya Arfan menatap ramah, Reska.
Reska tak menjawab, hanya menatap Arfan dengan tajam, lalu memimpin jalan menuju kantin. Aku duduk disamping Arfan dan Reska berada di sebrang , berhadapan. Dia menatapku sambil bersandar dan memainkan jemarinya di meja.
"mau pesen apa ?" Tanya Arfan.
"nasi goreng ajah, sama es teh manis." Jawabku.
"aku pesenin dulu ya."
"ya." Balasku sambil tersenyum.
"brisik, ish." Ucapku sambil menghentikan jemari Reska diatas meja.
Dengan cepat dia menggenggam tanganku. Aku menatapnya, kaget.
"kenapa ?" Sambil tersenyum.
"ini bukan pertama kalinya kan, kenapa harus kaget." Lanjutnya.
"reska lepas !." pintaku dengan santai.
"ngga mau." Ucap Reska.
"res .." Bisikku sambil menatapnya tajam saat menyadari Arfan semakin dekat membawa dua gelas minuman.
"okeeey.." Balas Reska dan mengangkat tangannya kebelakang untuk bersandar kepalanya.
"lo ngga mesen ?" Tanya Arfan kepada Reska.
"mba.. Nasi goreng satu sama es teh manis." Teriak Reska yang membuat seisi kantin memperhatikannya.
Reska masih terus menatap Arfan dengan penuh curiga.
"kalo ada pertanyaan tanyain aja, bro." Ucap Arfan, santai.
"ko gue aga was was ya sama kalian. Mending kalian diem aja deh jangan ngobrol, biar aman." Ucapku.
"ada !." Ucap Reska.
Aku menatap Reska yang seperti tak memperdulikan ucapanku.
"jadi.. Apa .. Tujuan lo deketin dia ?" Tanya Reska.
"ya karena gue suka sama dia. Apa lagi yang bisa dijadikan alasan?" Jawab Arfan.
"pasti lo punya motif lain kan ? Seorang ketua genk motor tiba-tiba punya pasangan." Ucap Reska.
"lo ngga berfikir bahayanya buat dia ?" Tanya Reska.
"bukannya lo yang punya motif lain tiba-tiba punya pasangan." Balas Arfan.
"ups.. Sorry, hubungan gue udah selesai." Ucap Reska.
"sorry, bro. Genk motor gue ngga seperti yang lo fikirkan. Gue membentuk genk motor bukan untuk bersaing dengan genk motor lain." Jelas Arfan.
Reska membalasnya dengan senyuman sinis.
"permisi , nasi gorengnya." ucap seseorang membawa tiga piring nasi goreng.
"ini es teh nya."
"terima kasih." Arfan.
"Dan lo.. Selesai dari hubungan lo juga punya motif lain kan ?" Tebak Arfan sambil mengaduk nasinya.
Reska hanya diam menatap tak membalas.
"kamu pesen nasi goreng juga ?" Tanyaku ceria.
"iya. Biar sama." Candanya.
"apa sih." Ucapku menyenggolnya sambil tersenyum.
"bercanda." Balas Arfan tertawa.
"udah , diem . Makan !." Ucapku pada Reska.
"ges. Pertanyaan lo masih berlaku kan ?" Tanya Reska sambil menyuap nasi.
"pertanyaan yang kemaren ? Bahwa lo berfikir apakah gue ada rasa sama lo lebih dari sahabat ?" Jelasnya.
Aku langsung mengangkat pandangan dan menahan mulutku untuk memakinya. Ingin rasanya aku melempar sesuatu kearahnya, agar mulutnya benar-benar bisa terdiam. Arfan juga menatapnya sampai- sampai menggerakkan sendok dengan lambat untuk masuk kedalam mulutnya. Aku melanjutkan makanku.
"oke. Gue jujur. Gue suka sama lo." Ucapnya.
"uhuk.. Uhuk.. Uhuk..." Aku langsung tersedak , rasanya perih ditenggorokan.
Rasanya aku ingin menghilang dari hadapan mereka. Arfan mengangkat pandangannya lalu tersenyum. Melihatku yang masih batuk karena tersedak, Arfan mengusap punggungku sambil memberikan tissue.
"masih sakit ?" Tanya Arfan.
"perih." Jawabku sambil menggapai gelas dan meneguk air lagi.
Aku lihat Reska hanya tersenyum dan tertawa kecil menatapku. Aku tidak tahu benar atau tidak atas ucapannya. Atau hanya ingin menggodaku dan juga Arfan.
"ngga usah dipikirin, ges. Gue akan pelan-pelan kok buat mengejar lo." Ledeknya sambil menyendok nasi dipiringnya.
"sumpah ya lo bikin mood makan gue ilang tau ngga. Nih abisin." Ucapku pada Reska.
"sayang ayo." Ajakku pada Arfan.
Saat dipintu kantin, Arfan memberhentikanku.
"kamu tunggu dulu, aku mau beli susu sama sandwich buat kamu. Kamu tadi makan ngga bener baru masuk sedikit." Jelas Arfan, meninggalkanku.
"eh ada pelakor nih sendirian." Ucap Maura yang lewat bersama Risky.
Mereka berhenti dihadapanku. Risky menatapku seperti sedang mengamati namun juga penuh dengan kekesalan.
"apa sih spesialnya lo ? Sampe reska ngga mau banget ngelepas lo." Ucap Risky.
"selain, kalian udah saling kenal lama. Lo juga ngga cantik-cantik amat. B ajah. Gue heran bisa-bisanya reska ninggalin berlian kaya gue." Lanjut Risky yang membuatku tertawa.
"berlian ?"
"ngga ada indah-indahnya muka lo kalo di sandingin sama sikap lo yang ngga banget ini." Ucapku.
"gue yakin, dulu reska hanya ngeliat penampilan lo aja belum sampe ke perilakunya yang amat sangat tidak baik ini." Lanjutku.
"geges. Kok lo sendiri ? Arfan mana ?" Tanya Reska yang tiba-tiba muncul.
"lo berdua ngapain ?" Tanya Reska.
"res, kayanya lo perlu ngobrol berdua deh sama kiky." Ucap Maura lembut.
"nih nasi goreng lo gue bungkus. Makan yang bener." Ucap Reska kepadaku sambil memberikan kotak berisikan nasi goreng.
"waw. Kok jadi rame, lagi ada apan nih ?" Tanya Arfan.
"lain kali jangan suka ninggalin laury sendirian." Tegas Reska yang langsung meninggalkan.
"res.. Lo ngga jadi ngobrol sama kiky, res." Teriak Maura.
"are you okey ?" Tanya Arfan.
Aku hanya menganggukkan kepala.
"okey, ayo jalan." Ucap Arfan.
Aku yakin, Risky menyimpan segudang kekesalan didalam hatinya. Tidak bisa menerima hubungannya yang selesai tanpa masalah serius diantara mereka. Dan aku akan selalu menjadi penyebab hancurnya hubungan mereka.
Sampai saat ini meski aku sedang menata hati dan menjalani hubunganku dengan Arfan, nyatanya aku masih tak bisa lepas dari bayang-bayangku tentang Reska. Namun aku yakin, saat hatiku merasakan sesuatu pada Arfan, aku tak sepenuhnya lagi mencintai Reska.
Reska, mungkin takkan hilang dalam ingatan dan rasa itu akan tetap ada sampai kapanpun jika aku masih menemukannya. Namun Reska bukanlah pasangan cerita cintaku saat ini. Waktu yang disia-siakannya, telah mengubah cerita yang ingin ku tulis rapih bersama dengannya. Kini kita hanya bisa menjalani setiap langkah yang telah kita pilih.
.
.
.