Awalnya, pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh.
Tapi, pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis.
Lalu, mampukah Albara Demian Dominic. Sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang ia berikan pada istrinya?
Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insomnia (Revisi)
Setelah ziarah dan pemindahan makan oleh Bara. Hubungan Nayya dan Bara kini berubah, mereka terlihat lebih mudah akrab. Tidak ada rasa canggung di dalamnya. Kondisi mental Nayya juga telah menunjukan perubahan yang baik, begitu juga dengan perubahan pada tubuh yang kini terlihat lebih berisi. Jauh berbeda dengan Nayya sebelum terjadinya tragedi lukisan berdarah.
Di rumah mewah itu, Nayya juga di larang bekerja. Semua pelayan yang telah mendapat perintah dari tuan muda mereka dengan cepat menolak setiap tawaran akan bantuan yang ingin di berikan Nayya. Membuat wanita itu menjadi sedih. Tidak tahu apa yang harus di lakukan, karena sejak usia dini, ia sudah sering di paksa bekerja oleh keluarganya.
Sering kali Nayya mengadu pada Bara tentang kebosanannya yang tiap hari harus makan, tidur, menonton televisi dan bermain ponsel. Tapi tetap saja, Bara tidak membiarkannya mengerjakan tugas yang seharusnya di lakukan oleh pelayan.
Dalam fikiran Bara, untuk apa ia membayar para pelayan dengan mahal jika mereka tidak memiliki banyak pekerjaan akibat bantuan Nayya.
"Aku membayar mereka untuk bekerja, dan menikah dengan mu sebagai nyonya Albara. Jadi jangan mengeluh saat kau bosan, tapi jika kau tidak ingin bosan. Maka kau bisa mengajak Sara bercerita atau memintanya menemani mu minum teh di kebun bunga."
Kata-kata Bara membuat Nayya yang sering mengeluh menjadi diam. Tidak ingin mengganggu Sara dalam bekerja dan membuat Bara terganggu, Nayya akhirnya berhenti mengeluh. Ia lebih sering menikmati pemandangan kebun bunga dari balkon kamar sambil mendengarkan musik, hingga rasa bosan menghilang ketika Bara membelikan alat lukis untuknya. Kin ia merasa hidupnya sangat menyenangkan.
Setelah makan malam, wanita itu juga langsung tertidur. Bukan karena tidak ingin melihat Bara lebih lama, hanya saja ranjang mereka sangat menggoda hingga membuatnya mudah tertidur pulas. Seolah ranjang tersebut bertemu dengan tuannya, Nayya kini mudah tertidur. Jauh berbeda ketika ia masih tidur di kamar yang Bara siapkan untuknya.
Namun efek itu tidak berlaku pada Bara. Sejujurnya, alasan pria itu membiarkan Nayya tidur di kamarnya. Bukan karena ia ingin mengambil jatahnya sebagai seorang suami, bukan juga ingin memperlihatkan pada semua orang bahwa ia suami yang baik. Hanya saja, sejak 3 tahun yang lalu, Bara tiba-tiba insomnia. Matanya tidak ingin tertutup meskipun sudah tengah malam, membuat kamar yang mewah tersebut terbengkalai karena sang pemilik sangat jarang menggunakannya untuk tidur.
Seperti malam ini. Bara yang telah bekerja sampai jam 1 pagi, masih tetap tidak bisa tertidur. Matanya tetap terjaga, hal itu juga yang membuatnya sering sakit kepala serta emosinya tidak stabil.
Albert yang sudah paham dengan kondisi tuannya menjadi cemas. Takut insomnia itu akan membuat tubuh Bara menjadi tidak baik.
"Sebaiknya anda tidur, Tuan. Saya tidak ingin tubuh anda semakin memburuk."
Selama 3 tahun mengalami insomnia. Tubuh Bara mulai memperlihatkan kondisi yang mengkhawatirkan, pola tidurnya yang hanya 3 jam dalam satu malam membuat semua orang semakin mengkhawatirkan kesehatannya.
"Aku masih belum menyelesaikan pekerjaan ku. Kau boleh tidur lebih dulu, setelah semuanya selesai aku akan tidur. Apakah kau sudah menyiapkan obat tidur ku?"
"Sudah, Tuan. Kalau begitu saya akan pergi dulu. Ingat untuk segera beristirahat ketika anda telah selesai."
"Ya."
Setelah kepergian Albert. Bara melanjutkan pekerjaan hingga jam menunjukan pukul 2 pagi. Ia lupa tentang ucapan Albert untuk beristirahat, membiarkan mata serta otaknya tetap bekerja.
Tapi, tiba-tiba saja pekerjaan terhenti karena ia baru ingat bahwa ada satu dokumen yang tertinggal di kamar. Dokumen yang cukup penting, sehingga mau tidak mau, Bara pergi ke kamar untuk mengambilnya.
Saat berada di kamar, Bara secara tidal sengaja melihat posisi tidur Nayya yang menggemaskan. Seperti seorang anak kecil, kakinya yang di tutupi celana tidur panjang menerjang selimut hingga tergantung di pinggir ranjang. Membuat sang pemilik tubuh kedinginan akibat ac yang tidak dimatikan, tapi anehnya. Nayya tidak berusaha bangun untuk menarik selimutnya.
"Saat tidur pun dia bisa seperti itu," ucap Bara lalu membantu Nayya memakaikan selimut ke tubuhnya.
Ketika tubuh Nayya yang kedinginan mendapatkan selimut kembali. Nayya yang masih tertidur tersenyum, membuat Bara tertawa kecil.
Duduk di pinggir ranjang, lalu melihat ekspresi Nayya ketika tidur. Membuat Bara yang belum minum obat tidurnya menjadi mengatuk. Keajaiban, mungkinseperti itulah yang sedang terjadi pada Bara. Tidak membutuhkan obat tidur, cukup melihat wajah damai serta tidur nyenyak sang istri dapat membuatnya mengantuk.
"Kenapa tiba-tiba aku bisa semengantuk ini."
Bara mulai mengerjapkan matanya. Berusaha untuk tidak tertidur karena masih ada pekerjaan penting, tapi tetap saja itu gagal. Mata Bara bahkan semakin berat hingga ia memutuskan berbaring di ranjang yang kosong.
Pada akhirnya, sisi ranjang yang jarang Bara tempati kini telah terisi. Keduanya tidur dengan nyenyak, dengan Bara yang tidak sempat menarik selimut dari Nayya untuk berbagi kehangatan.
Tepat pukul 6 pagi, Nayya yang sudah sering terbangun pada jam itu, menjadi terkejut ketika melihat kehadiran Bara. Biasanya, jika pun sang suami tidur di ranjang yang sama dengannya, Nayya hanya bisa mencium aroma dari bekas tempat tidur suaminya. Tapi pagi ini, pria itu masih tetap di ranjang dengan posisi kedinginan karena tidak mendapatkan selimut saat tidur.
"Sepertinya kak Bara butuh selimut."
Saat Nayya akan memberikan selimut, tiba-tiba saja pintu di ketuk dengan pelan. Menandakan bahwa Albert sedang mencari keberadaan tuan mudanya.
Pagi ini, Albert yang sudah siap untuk memulai pekerjannya, memutuskan datang ke ruang kerja sang tuan muda untuk membangunkannya. Tapi ia menjadi terpana karena Bara tidak ada di tempat, sedangkan laptop masih menyala dan beberapa berkas masih terbuka seperti di tinggalkan begitu saja. Albert bahkan semakin tercengang saat melihat obat tidur yang tidak di minum sama sekali.
"Apakah tuan muda ada di dalam, Nyonya?" tanya Albert sopan.
"Ya, tapi kak Bara sedang tidur. Apakah Paman ingin Nayya membangunkan kak Bara?"
Ainayya tidak pernah tahu jika Bara mengalami insomnia dan hanya obat tidur yang bisa membuatnya terlelap meskipun hanya 3 jam.
Albert terpana, tidak menduga jika tuan mudanya bisa tidur tanpa obatnya. Dan lebih mengejutkannya lagi, sang tuan muda masih terlelap hingga pukul 6 pagi.
"Tidak perlu, karena tuan muda jarang bisa tidur dalam waktu yang lama. Maka sebaiknya jangan ganggu dia."
"Apakah selama ini kak Bara menderita insomnia?" tanya Nayya penasaran.
"Ya, selama 3 tahun ini. Tuan muda hanya tidur 3 jam setiap malam, sekarang tubuhnya juga mulai memperlihatkan dampak tidak baik. Jika saja tuan tidak mengkonsumsi obat dan vitamin, mungkin sekarang tuan sudah tidak lagi bisa berjalan dengan normal."
Nayya terkejut, ia tidak menduga jika pria kaya seperti Bara memilki masalah tidur yang mengerikan
seperti itu. Memang benar jika insomnia bisa menyerang siapa saja, namun untuk pria sekaya Bara yang bisa melakukan apa saja dengan uang. Hal seperti insomnia bisa saja di obati.