Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Mecca tangah memberikan asi pada putranya di dalam kamar. Pandita yang baru masuk meneguk ludah melihat bagian tubuh istri nya yang menjadi salah satu kesukaannya di hisap putranya. Benda itu terlihat semakin besar dan menantangnya. Ia sangat ingin meremas dan menghisapnya seperti dulu lagi.
Pandita mendekati Mecca dan duduk dengan wajah di tekuk.
"Ada apa Pandita?" tanya Mecca heran.
"Bahkan benda favoritku pun menjadi miliknya sekarang!" ucap Pandita berpura-pura merajuk dengan mata menatap benda milik Mecca yang putih bersih.
"Astaga! Kau cemburu pada putramu sendiri Pandita? Agak lain memang kau ini. Lalu aku harus memberikan anakmu susu lembu begitu?" ucap Mecca kesal.
"Tidak begitu juga, hanya saja seharusnya kamu juga memberikanku sebelahnya."
"Kamu jangan gila Pandita, sebaiknya kamu keluar sana. Aku kesal melihatmu." ucap Mecca kesal. Karena mendengar ibu dan ayahnya berdebat putranya pun menangis karena terusik.
"Kan semua ini gara-gara kamu Pandita, membuat masalah saja. Sudah bagus anak ini tidur tadi." Mecca benar-benar kesal sekali pada Pandita. Ia mengayun putranya dalam gendongannya dengan bersenandung agar putranya diam.
Pandita mengulum senyumnya karena gemas melihat istrinya marah. tubuh Mecca yang sedikit berisi di bagian dada membuatnya sangat ingin memeluknya.
Saat putranya sudah tidur Mecca meletakkannya diatas ranjang bayi yang berada tak jauh dari ranjang mereka.
Pandita lalu memeluk Mecca dari belakang.
"Sayang, maaf ya. Aku hanya bercanda!" ucap Pandita dengan menciumi ceruk leher Mecca.
Mecca berbalik badan dan menatap Pandita ia membelai rahang tegas milik suaminya, ia tau apa yang suaminya inginkan.
"Sabar ya!" ucapnya. Setelah itu mereka tidur karena lelah setelah seharian menyambut tamu kerajaan.
Ayahnya Mecca saat ini sudah sehat, ia juga telah mengetahui jika keluarga dari Pandita adalah siluman, awalnya ia sangat terkejut dan merasa sangat keberatan Mecca hidup bersama dengan siluman. Tapi karena mereka memperlakukan Mecca dengan baik dan Mecca juga tidak keberatan, akhirnya Rahmat hanya bisa pasrah. Tapi ia meminta agar di kembalikan ke dunia manusia. Ia ingin hidup normal seperti manusia biasa.
Saat ini ia sudah berpisah dengan istri ke duanya. Ia juga tidak ingin tau lagi bagaimana keadaan istri keduanya itu.
"Tuan, apakah anda benar tidak ingin tinggal saja bersama kami disini, Mecca baru saja melahirkan. Apakah anda tidak ingin melihat cucu Anda tumbuh besar." ucap Pramudya.
"Bukan aku tidak ingin Tuan, hanya saja lingkungan disini tidak cocok dengan ku. Disini benar benar di luar nalar manusia. Dan aku hanya manusia biasa. aku juga ingin melihat cucuku tumbuh besar, tapi aku tidak bisa tinggal disini lebih lama, jika memang Mecca sudah memutuskan untuk berada disini bersama suami dan keluarganya. aku hanya bisa berdoa semoga hidup Mecca dan Pandita selalu bahagia. Aku titip Mecca dan cucuku pada kalian ya. Saat ini kami hanya memiliki satu sama lain, tidak ada siapapun lagi yang aku miliki selain Mecca, begitupun dengan Mecca, tidak ada siapapun yang ia memiliki selain aku." ucap Rahmat dengan mata berkaca-kaca.
Pramudya menepuk bahu Rahmat dengan tersenyum "Anda tenang saja, Mecca dan putranya akan aman berada disini." ujarnya.
Rahmat kemudian menemui Mecca untuk berpamitan. Mecca sudah mengetahui jika ayahnya ingin kembali, meskipun berat tapi Mecca bisa mengerti. Karena memang ayahnya tidak bisa berada di lingkungan yang berbeda seperti ini.
"Mecca, dimana Harjun? Ayah ingin menggendongnya sebelum pergi!" ucap Rahmat yang sudah berada di dalam kamar Mecca.
Mecca yang sedang menyisir rambut menoleh kearah Rahmat.
"Ayah, apakah ayah akan pergi sekarang?" tanya Mecca sedih.
"Iya nak, ayah sudah sehat sekarang. Ayah berterimakasih banyak pada Pandita dan keluarganya karena telah merawat ayah hingga sehat seperti saat ini. Ayah titip Harjun ya, jika memungkinkan kita bisa saling mengunjungi jika nanti saling kangen."
Mereka menghabiskan waktu beberapa saat sebelum pengawal yang akan mengantarkan kepergian Rahmat datang.
"Ayah, ini uang hasil penjualan rumah ibu. Hanya di hargai 50 juta oleh juragan Barja, tapi gak apa lah. Daripada rumah itu rusak karena di tinggali oleh 2 parasit itu. Aku tidak ingin ya jika ayah kembali lagi sama wanita itu. Jika itu sampai terjadi, saat nanti ayah kembali sakit karena di peras oleh wanita itu dan anaknya. Aku tidak akan bersedia merawat ayah lagi." ucap Mecca tegas.
"Mana mungkin Mecca. Ayah justru bersyukur kamu menjual rumah itu dan membawa ayah kemarin. Saat ini ayah bisa pindah ke tempat baru dan membuat usaha dengan uang hasil penjualan rumah ibumu ini."
"Baguslah jika begitu. Ini uang nya, kesinikan Harjunnya." Mecca mengambil Harjun dari gendongan ayahnya. "Jika nanti Harjun sedikit agak besar aku bisa meminta pada Pandita untuk mengunjungi ayah." ungkapnya lagi.
Mereka kemudian berpisah, Mecca sama sekali tidak menangis karena ia bisa mengunjungi ayahnya kapan saja meskipun mereka hidup di dunia yang berbeda. Mecca tak tau apakah jalan hidup yang ia pilih ini benar atau salah, yang jelas dirinya saat ini bahagia memilih hidup bersama Pandita, yang merupakan siluman harimau yang ia temui di gunung Arjuno.
.
Sebulan kemudian.
Mecca sedang menggendong Harjun di balkon kamarnya yang menyuguhkan pemandangan kebun bunga baby breath. Mecca sangat menyukai bunga itu karena menurutnya simple dan cantik ia meminta pada Pandita agar di buatkan taman bunga khusus baby breath.
Bunga itu melambangkan Kepolosan, Kesucian dan Cinta abadi.
Pandita datang dan Langsung memeluk Mecca dari belakang. Pandita mencium ceruk leher Mecca yang jenjang dan mulus.
"Apakah dia sudah tidur?" tanya Pandita.
"Baru saja tidur belum lelap! Ada apa?" tanya Mecca sambil tersenyum menatap Harjun dalam gendongannya.
"Aku ingin, bisakah kita melakukannya sekarang?" tanya Pandita, dirinya masih terus menciumi leher Mecca dan sesekali menyesapnya.
"Sebentar ya, tunggu dia terlelap." jawab Mecca.
"Hmm, kalau begitu kamu bersiap siap saja dulu, biar aku yang menimang Harjun." kata Pandita sambil membalik tubuh Mecca agar menghadapnya. Mecca kemudian menyerahkan Harjun pada Pandita. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, ia juga memakai parfum dari bunga buah pir. Semua parfum yang Mecca miliki hampir rata-rata adalah aroma kesukaan Pandita. Pandita akan mengabsen aroma bunga kesukaannya dari tubuh Mecca ketika mereka bercinta.
Saat Mecca keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat Pandita sudah tidur diatas ranjang dengan posisi memeluk Harjun.
Mecca tersenyum bahagia melihat pemandangan tersebut.
Ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Pandita. Ia memakai outerwarenya dan memilih untuk keluar menemui Tilan, Tilan adalah salah satu pengawal pribadi Pandita, ia di berikan tugas oleh Pandita untuk mengawasi ayahnya.
Mecca ingin menanyakan kabar ayahnya pada Tilan.
"Pengawal, tolong carikan Tilan, katakan aku ingin menemuinya!" ucap Mecca pada pengawalnya yang berjaga di depan kamarnya.
Salah seorang pengawal langsung berlari untuk mencari keberadaan Tilan. Sementara Mecca memilih untuk duduk di ruang keluarga.
aq kira lupa unk di lanjutkan hehehe
Bunga mawar 🌹 deh
please double update dunk Thor
aq ngasih mawar 🌹