Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon just_orchid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Aku menahan tangan ibu yang hendak berlari memanggil dokter, raut wajah ibu terlihat khawatir. Aku memberikan senyuman kepadanya, memberi tahu dia bahwa aku baik-baik saja.
Aku bangun dari tidurku dengan perlahan, ibu yang melihatku bangun segera membantu ku.
"ibu, kenapa aku bisa adi disini? dan kenapa tanganku diinfus?" aku menyandarkan tubuhku di ranjang yang tersedia di rumah sakit.
"kamu demam tinggi sayang, ibu udah coba ngompres kamu tapi demam kamu nggak turun-turun. ibu panik-- dan ibu berniat bawa kamu kerumah sakit, ibu tadinya mau telepon saudara ibu yang tinggal dekat dengan rumah kita, tapi nggak jadi-- karena tiba-tiba den derrrien datang kerumah lagi" ibu mulai bercerita.
"den derrrien nanya kenapa muka ibu kelihatan panik, ibu tanpa mikir panjang langsung ngasih tau ke den derrrien-- kalo kamu lagi demam tinggi. Den derrrien langsung panik, dia izin mau bawa kamu kerumah sakit dan tentu ibu langsung menyetujui karena memang ibu dari awal berniat minta tolong kepada den derrrien" ibu memberikan aku gelas yang berisi air putih-- yang tentu langsung ku minum karena aku merasa tenggorokanku kering sekali, aku seperti tidak minum berhari-hari.
"den derrrien langsung lari kekamar setelah dengar jawaban ibu, ketika ibu ikut masuk kedalam kamar kamu-- den derrrien keluar dengan kamu yang sudah ada digendongnya. Kamu terus mengigau memanggil kakek dan nenek-- waktu sampai di mobil dan den derrrien mau nidurin kepala kamu di paha ibu, tiba-tiba kamu pingsan. Ibu sams den derrrien benar-benar panik, den derrrien langsung lari masuk kedalam mobil. den derrrien bawa motor kencang-- sampai ibu harus tutup mata karena saking takutnya" lanjut ibu, ibu duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangku. Seperti ibu merasa pegal karena berbicara sambil berdiri.
"Sampai dirumah sakit den derrrien yang ngurus segalanya dari ruang rawat, biaya dan segalanya" ibu menatapku dengan senyuman lega.
"aku demam waktu kapan bu? kok aku nggak inget sama sekali" tanya ku.
"Waktu kamu nyuruh ibu-- buat ngomong sama den derrrien bahwa kamu nggak mau ketemu hari itu" ibu bangun dari duduknya dia meletakkan bantal di punggungku lalu setelahnya dia duduk kembali.
"Dan kamu pingsan selama tiga hari tiga malam, dan kamu tau? den derrrien selalu jagain kamu, dia bahkan sampai nemenin ibu nginep buat jagain kamu. Dan juga kedua orang tua den derrrien kemarin malam datang kesini buat jengukin kamu" ibu.
"Aku pingsan tiga hari? dan kenapa ibu bolehin rien buat jagain aku?" tanya kepada ibu, aku memandang ibu dengan tanda tanya besar di kepalaku.
Bagaimana bisa aku pingsan selama itu? apakah karena aku bertemu denga kakek dan nenek? apakah perbedaan waktunya sangat amat jauh? padahal aku hanya merasa bertemu kakek dan nenek selama satu jam setengah. tapi ternyata aku tak sadar selam tiga hari. ini sungguh aneh.
"Iya, kamu pingsan selama tiga hari. den derrrien mohon-mohon sama ibu, ibu nggak tega kalo harus melarang-- dan juga, kan sama ibu jaganya" ujar ibu.
Ketika aku hendak bertanya lagi, tiba-tiba pintu terbuka, seorang suster masuk membawa troli yang berisi makanan.
"Tadi saya di beri kabar bahwa nona sudah sadar dan dokter menyuruh saya untuk mengantarkan makan malam milik nona-- dan juga ini obatnya. harap langsung di minum sesudah makan ya" suster menatap dengan senyum ramahnya yang aku balas lagi dengan memasang senyum manis, dia meletakan makanan itu di atas nakas disebelah ranjang ku. dia memberikan obat itu pada ibuku.
Tunggu, bagaimana dia tahu aku telah sadar? hanya ibu yang pertama mengetahui aku sadar dan juga ibu belum keluar dari ruang rawat ku. ibu juga sedari tadi tidak memegang ponsel, lalu bagaimana caranya suster itu tau kalo aku sudah sadar?
Aku hendak bertanya, namun dia dengan cepat memotong ucapanku.
"Kalo begitu saya permisi dulu dan selamat menikmati makanannya" suster pergi dengan terburu-buru, dia bahkan mengabaikan aku yang memanggilnya. dia tetap berjalan pergi meninggalkan ruang rawat ku. ini membingungkan dan ini membuatku sakit kepala.
"Ibu, apa dia suster yang merawat lila?" Ibu menganggukkan kepala ketika mendengar pertanyaannya dari ku.
Aku tadi sempat curiga-- bahwa suster yang tadi, adalah suster gadungan, dan ternyata kecurigaan ku salah. dia benar-benar suster yang bekerja di rumah sakit ini.
Apakah ada seseorang yang mengawasi ku sekarang? dan kalo itu benar, apakah dia yang memberi tahu kepada dokter bahwa aku sudah bangun dari pingsan?
Ah terserahlah, aku tidak mau kepala ku tambah sakit.
"Makan dulu ya" aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, ibu menyuapiku hingga makanan di piring habis. ibu menyerahkan segelas air putih kepadaku.
"Ini harus di minum ya, awas aja kalo kamu sampai kamu nggak mau minum ini" ujar ibu memberi peringatan padaku.
Aku terkejut mendengar perkataan ibu, aku terkejut karena ternyata kalila dan aku mempunyai kesamaan yaitu sama-sama susah minum obat. ini hal yang sepele tapi Mampu membuat ku untuk berpikir. kalau keberadaan ku disini pasti untuk alasan tertentu, aku harus segera mencari tahunya. tapi aku harus mulai darimana?
"Cepet minum, malah ngelamun" ucapan ibu membuat ku kembali menatap obat yang sekarang berada di telapak tangan kananku.
"Ibu, kayaknya aku nggak usah minum obat deh-- aku udah ngerasain sakit bu, tubuhku udah mendingan bahkan kalo ibu nyuruh aku buat lari pun aku sanggup" aku menatap ibu dengan yakin.
"Minum cepet, ibu nggak mau tau kamu harus minum obat ini. dan juga ngapain ibu suruh kamu yang lagi sakit-- ibu mana tega lila" ibu sepertinya sudah kebal akan alasan yang kuberi-- terlihat dari ekspresinya yang menatap bosan ketika mendengar alasan ku.
Aku dengan ragu mengarahkan obat kedalam mulutku, ketika obat itu sebentar lagi masuk kedalam mulutku-- tiba-tiba sebuah ide terlintas di otakku.
"Ibu liat deh kaki lila, kok bisa sampai memar ya? padahal seingat lila, lila nggak kepentok apapun" aku memperlihatkan kakiku yang kebetulan memang sedang memar. jujur aku juga tidak tau memar ini berasal dari mana-- tapi gara-gara memar ini aku jadi bisa terhindar dari minum obat.
"Yaampun ini kok bisa begini? ibu minta air es atau es batu dulu buat ngompres memar kamu" ibu bangkit dari duduknya dan hendak berlari keluar. tiba-tiba ibu membalikkan badan kearahku, aku yang tadinya sedang tersenyum karena berhasil membuat ibu lupa akan obat-- senyum itu langsung luntur ketika ibu membalikkan badan kearahku. aku dengan segera memasang muka kesakitan.
"Jangan lupa di minum obatnya!-- ibu balik kesini obat udah harus diminum. ngerti!!" aku dengan cepat menganggukkan kepalaku ketika ibu memberikan tatapan tajam.
akhirnya dtng jg Rien🥰