Lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi Naila untuk tinggal satu atap dengan mertua nya. Terlebih mertua nya selalu saja menghina diri nya lantaran tak kunjung hamil.
Hingga ia harus menerima kenyataan bahwa suami nya harus menikah lagi agar bisa mendapatkan keturunan.
Namun, saat ia memilih pergi dan bercerai dengan suami nya ia harus menerima kenyataan bahwa diri nya tengah mengandung benih dari suami nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pusphaa_sariiyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Setelah mengetahui jumlah nominal harga berliant itu, Monalisa langsung menjual nya dengan harga yang tak main-main. Kerugian dari harga asli nya hanya beda lima ribu. Padahal sudah seharus nya dapat potongan harga jual sebesar 50ribu. Tetapi Monalisa terus memaksa dan mengancam pihak toko agar tidak banyak potongan harga jual beli nya.
Dia pulang ke rumah, kemudian menghubungi teman-teman lain nya.
"Halo, Len! Gimana nanti malam jadikan?" tanya Mona di balik telpon
"Jadi dong, tapi beneran Kamu yang traktir ya." Ucap Leni yang tak mau rugi.
"Tenang saja, semua aku yang traktir. Kamu bebas nanti nya mau dengan berapa cowok ganteng."
"Baik lah. Kalo gitu ntar aku jemput kamu, siapa tau aku bisa ngeliat suami tampan mu itu." Goda nya
"Hahahaaaa... Ntar ngiler kamu liat nya. Aku ini sedang memikirkan sesuatu agar suami ku bisa nempel dengan aku. Susah banget tau buat dia nem—"
Brak..!
Suara pintu di dobrak, sontak saja Monalisa terkejut lalu mematikan panggilan ponsel nya.
"Mmm-maaasss..." Monalisa sedikit takut melihat Al yang menatap nya dengan tatapan nyalang.
" Kenapa kamu tidak mematuhi aturan di rumah ini, hah?"
"Maksud kamu apa, mas?"
Brak.
Al menendang kembali pintu yang terbuka hingga menimbulkan getaran pada tembok.
"Jangan pura-pura tidak tau kamu.! Kenapa dengan lancang nya kamu memasuki kamar aku?" Dapat di dengar suara bariton itu terdengar hampir seluruh isi rumah.
"Maaf,!" Sembari menundukan kepala nya.
Rossa yang mendengar suara marah anak nya, cepat-cepat menemui anak nya. Ia tak percaya jika Al, akan semarah itu pada Monalisa.
"Stop Al,!" pekik nya
"Kenapa kamu marah dengan Monalisa,"
"Monalisa sedang hamil. Hamil anak kamu Al." Sambung nya lagi
Al, mendongakan kepala nya. Menatap sang mamah, mencari kebohongan di mata mamah nya. Yang ternyata tidak ada kebohongan. Diri nya hanya takut jika sang mamah berkata seperti itu hanya untuk meredahkan marah nya.
Kemudian ia beralih melihat Monalisa yang mengeluarkan air mata nya dengan wajah menunduk sembari meremas jemarinya.
Di dekati nya wanita yang tengah menangis itu. Kemudian ia menyentuh kedua pundak yang terasa bergetar karena tangisan.
"Maaf. Maafin aku" mohon nya dengan posisi berjongkok, menduduki satu kaki nya.
"Kenapa kamu tidak pernah bilang jika sedang hamil." Al berucap dengan nada selembut mungkin.
"Sudah, jangan menangis. Maaf kan aku."
Mendapatkan anggukan kecil dari wanita di depan nya, diri nya pun mendekap tubuh wanita itu.
Rossa yang melihat moment itu, mengukir senyuman di wajah nya.
'Tidak perlu lagi aku mati-matian menghasut Al agar membenci dan cepat menyetujui gugatan wanita kampungan itu. Dengan kehamilan ini aku yakin, Al pasti akan membuka hati untuk Monalisa.'
🌾🌾🌾
Dua minggu kemudian.
Kembali lagi di hari persidangan ke dua Al, dan juga Naila.
Kini giliran sang penggugat yang di mediasi oleh hakim nya.
"Bagaimana saudari Naila, apa kah gugatan ini tetap di lanjut kan?" tanya sang hakim
"Terimakasih yang mulia. Gugatan ini tetap akan di lanjutkan." Tegas nya
Kemudian sang hakim beralih pada sang tergugat.
"Apa kah saudara Al menerima lanjutan tergugat ini?" tanya sang hakim lagi pada Al.
Sejenak, Al menarik nafas nya. Kemudian di hembuskan nya perlahan.
"Terimakasih yang mulia. Saya terima jika gugatan ini tetap berlanjut" Pasrah nya.
Setelah mendengar jawaban dari kedua belah pihak, sang hakim membacakan duduk permasalahan kedua nya. Dengan bukti sebuah visum, yang terdapat KDRT di dalam nya.
"Baik, persidangan kali ini sampai di sini. Dua minggu lagi saudara Al, dan saudari Naila, kembali hadir untuk membaca penentuan hasil akhir nya." Putus sang hakim
"Persidangan selesai." sambung nya lagi
Tok... Tok... Tok...!
🌾🌾🌾
Di lobi kantor pengadilan, tanpa sengaja Al berpapasan dengan Naila. Ia tetap melanjutkan langkah nya menuju parkiran. Tetapi tiba-tiba saja langkah terhenti saat mendengar kalimat yang di lontarkan Naila.
"Kenapa coba dari awal ngak pake banyak drama, kan bikin tenang. Apa harus ribut dulu untuk memperkeruh suasana, baru mau lanjut proses nya." Cibir Naila
Al berbalik badan menghadap Naila.
"Monalisa sedang hamil. Awal nya aku ingin mempertahan pernikahan ini. Tapi, Monalisa hamil anak ku. Aku harus memilih dia, ini semua demi anak yang dia kandung." Pungkas nya
Naila merasakan sesak di dada nya. Namun, secepat mungkin ia kembali menetralkan perasaan nya.
"Oh... Kalo begitu selamat atas kehamilan nya. Semoga saja itu benaran hamil dan benar mengandung anak mu." Kemudian tersenyum kecut, lalu pergi meninggalkan pria itu yang membeku di tempat.
'Segitu benci nya kamu dengan istri ku juga, Nai.'
🌾🌾🌾
Sejak mengetahui kehamilan Monalisa, Al tidak pernah lagi cuek terhadap Monalisa. Sedikit banyak nya waktu yang di luang kan untuk Monalisa. Hal itu di jadikan kesempatan oleh Monalisa. Sekian lama menanti-nanti hal ini.
"Mas, aku pengen ke salon. Kepala ku pusing kalo melihat tubuh ku kusam." Ujar nya dengan bergelayut manja.
"Pergi sendiri ya. Mas tidak bisa temani kamu ke salon." Jawab nya seraya mengeluarkan kartu hitam.
Sontak saja wanita di depan nya itu membulatkan ke dua bola mata yang nyaris terkeluar.
'Wah, kartu itu harus aku miliki.'
Dengan hati girang, mengukir sebuah senyuman lebar di wajah nya.
"ngak masalah kok mas. Nanti aku pergi nya sama teman aku."
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Dua minggu setelah nya.
"Pagi ini aku mau ke persidangan akhir. Apa kamu dan mamah ingin ikut juga." Tawar Al.
"Boleh, lagi pula ini juga hari terakhir bisa melihat dia baik-baik. Mungki. Besok-besok kita sudah melihat dia jadi gembel di jalanan." Dengan memutar bola mata nya malas jika Rossa mengingat Naila yang menurut nya sok polos.
"Ia mas, aku juga mau sekalian periksa kandungan." Timpal Monalisa
Setelah selesai sarapan, Rossa dan juga Monalisa bersiap-siap untuk ikut berangkat ke pengadilan.
Sesampai nya di pengadilan, nampak terlihat sosok wanita yang cantik nan anggun. Lebih cantik dari yang mereka lihat sebelum nya. Pria yang berdiri di samping istri nya itu melongo tak percaya.
"Cantik." Gumam Al, pelan.
"Aduh-aduh. Sudah menunggu duluan ya sekali nya." Cerocos Rossa yang kemudian ikut mendaratkan bokong nya di sofa.
"Sudah siap jadi gembel ya kamu, hahahahaaaa.... " Lagi dan lagi Rossa mengejek Naila yang sedari tadi diam.
"Lihat tuh, ku bilang apa juga! Monalisa pasti cepat hamil nya." cicit nya.
Naila melirik sekilas di bagian perut Monalisa. Nampak buncit sedikit.
"Kembar apa duluan bulan nya itu?" Sinis Naila.
Segini dulu ya kak bacanya nanti di lanjut lagi🥰🙏