Papa, Mama Jadi Hantu 2

“Sini, mama sembuhkan.“

“Iya.“

Aku hanya mengangguk. Bagaimana tidak, toh taka da yang melihatnya. Karena hanya aku yang bisa. Entah mengapa. Mungkin karena kami juga mengalami peristiwa yang sama. Hanya saja aku yang kesulitan begini, sementara mereka malah bablas hingga ke alam lain. Makanya hanya aku yang bisa bicara. Sedangkan kawan cantikku itu tak bisa, walau dia lebih pintar dan lebih kaya, namun urusan begini, dia tak bakalan mampu.

Lalu Hani, hantu istriku itu, mengurut aku. Semacam pijat kretek-kretek ala hantu. Padahal dulu kayaknya dia tidak bisa jadi dukun. Hanya bisa mengurut release saja pada bagian tertentu yang membuat rileks saja. Mulai dari leher yang di krek, lalu tangan kemudian kepala di tarik. Jadi sembuh. Tapi mesti di lakukan satu demi satu serta kalau itu sudah di kerjakan mesti melakukan pengetesan agar tahu jika itu sudah jadi dan sembuh. Serta segala yang sedikit bengkok, macam persendian langsung bisa di Atasi, soalnya ketahuan, seperti sinar Rontgen saja yang mampu memandang bagian dalam dari tulang yang tertutup oleh kulit dan daging. Tapi semua itu menjadi keistimewaan buat istriku yang mampu melakukannya. Meskipun begitu tak selamanya hantu mampu berbuat demikian, masih banyak yang tak bisa. Dan hanya sekedar main menggeram-geram serta teriak-teriak tidak jelas, seperti orang di rumah.

“Tuh ma, lehernya yang tengleng,“ ujar anakku, merasa kasihan dengan posisi luka yang lumayan serius pada. Di sana semacam ada tulang yang bengkok, atau lepas. Sehingga posisi jadi tak jelas. Kalau di rontgen akan kelihatan luka tersebut. Makanya sebisa mungkin mesti di benahi. Mungkin saja terkena benda tumpul saat meluncur jatuh tadi, atau terkena tanah langsung. Dengan ketinggian segitu akan mampu membuat luka seperti yang Nampak itu. Serta bisa saja berakibat lebih parah lagi jika langsung tidak mendapat pengobatan yang bagus.

“Sembarangan!“ aku mangkel.

“Ini aku Tarik…“

Istriku, mulai meneliti posisi yang memang jelas menyembul. Di situ yang mesti di betulkan kembali seperti posisi yang betul. Dia memegang kepala. Lalu di tekan dengan cepat.

Krek…

Aduh!

Aku menjerit. Sakit sekali. Antara pusing dan nyeri, campur aduk menjadi satu. Disitu biasanya para penyembuh sangat menyukai dalam penyembuhannya. Karena yang langsung terhubung dengan bagian kepala. Antara syaraf dan otot-otot pentingnya. Maka jika di betulkan dengan benar, bakalan langsung sembuh tentang sakit kepala. Sehingga kala di tekan di Pundak langsung merasa enak, dan tangan bisa di gerakkan naik turun, serta memutar untuk Seterusnya bisa lancar seperti sedia kala sebelum mengalami kejatuhan. Tapi kalau salah dalam penerapan penyembuhannya, bakalan lebih parah. Terkadang menjadi semakin tak bisa di sembuhkan akibat langsung tengleng yang sudah di gerakkan. Itulah makanya lebih baik hati-hati kalau berhadapan dengan tukang urut yang tak memahami ilmu anatomi tubuh. Bakalan lebih berbahaya akibatnya. Bahkan lebih jauh lagi, leher bisa putus kalau di untir nya kelebihan.

“Kan enak.“

“Enak matamu soak!“

Orang rasanya kaya gini. Nggak seperti di gigit semut. Tapi memang setelah itu jadi tidak sakit lagi. Leher di gerakkan juga enak. Kalau pundak di tekan sudah tidak sakit lagi tak seperti tadi, yang tidak bisa di gerakkan. Rasanya tulang seperti menyangkut saja. Persendian jadi tak bisa di putar.