"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Naya dan guru lain saling pandang satu sama lain, tidak ada yang berani bersuara termasuk Naya yang biasanya suka memberi pendapat. Tetapi mungkin karena sikap tegas kepala sekolah, membuat nyali Naya ciut.
"Gak usah jawab sekarang, saya memberi waktu selama tiga hari buat kalian berpikir. Silahkan sholat istikharah dulu jika ragu, uang bulanan dan syarat-syaratnya ada disini. Silahkan baca dulu, saya tunggu tiga hari ke depan jawaban kalian" jelas Pak Azka sembari memberikan sebuah kertas
Setelah menerima itu, Naya dan empat guru lainnya di perbolehkan meninggalkan ruangan itu. Salah satu guru itu bertanya pada Naya apa bersiap atas pengajuan dari Pak Azka, namun Naya menggeleng.
"Syaratnya belum berniat menikah tiga tahun ke depan, aku sudah tua jadi gak akan mungkin bisa menerima tawaran ini meski gajinya lumayan" ucap Guru lain
Naya sedikit menimbang-nimbang jika syaratnya belum berniat menikah tiga tahun ke depan, itu bisa di jadikannya alasan pada kedua orang tuanya untuk belum memikirkan menikah dulu saat ini.
Setelah kontrak habis mungkin Samuel kembali ke Indonesia dengan agama yang mantap dan kedua orang tuanya akan menyetujui mereka buat menikah, tapi apa Samuel masih mengingatnya tiga tahun lagi.
.
.
"Umi" panggil Naya ketika masuk ke dalam rumah
"Wah Bu Guru sudah pulang" canda Erisa pada sang anak
"Ah, Umi. Umi kan juga guru, guru terbaik malahan. Yang mengajar serta mendidik Naya dan kedua saudara Naya, guru semua anak didik Umi juga"
"Bagaimana tadi pengalaman pertamanya? Apakah seru?" tanya Erisa pada sang anak
"Seru, Mi. Ohh ya, Naya di tawari kepala sekolah untuk menjadi pembina asrama. Bagaimana menurut Umi?"
"Alhamdulillah, Nduk. Kalau kamu berminat Umi turut senang, semua terserah padamu. Namun Umi akan bahagia, kalau kamu mau menerimanya" kata Erisa
"Tunggu Abi pulang ya, Umi. Kita musyawarah bersama-sama, Naya mau istirahat dulu"
Sehabis sholat ashar abinya baru pulang, Naya kembali ke ruang keluarga. Sepertinya uminya sudah menceritakan pada abinya perihal Naya berniat ingin menjadi pembina asrama, tapi keduanya belum tau syaratnya.
Setelah duduk di sofa, Naya meletakkan persyaratan untuk menjadi pembina asrama di atas meja. Kedua orang tuanya langsung membaca setiap poin-poin di situ, poin kelima membuat kedua orang tuanya tak setuju.
"Kamu gak mungkin menerima ini jika persyaratan tidak boleh menikah dalam tiga tahun ke depan" tegas Rendi
"Tapi Naya gak mau menikah, Bi"
"Kenapa?" tanya Rendi pada sang anak dengan wajah yang menahan emosi
"Abi jangan pura-pura lupa, gimana seriusnya hubungan Naya sama Samuel waktu itu dan Abi menentangnya. Bahkan Abi menolaknya mentah-mentah, padahal Samuel rela pindah agama yang semua orang belum tentu bisa"
Tangis Naya pecah mengingat kembali bagaimana perjuangan Samuel datang meminta dirinya baik-baik pada kedua orang tuanya, namun justru ternyata Samuel mendapat penolakan dari abinya.
"Kamu kira Abi sejahat itu padamu? Pada anak Abi yang paling tua? Yang akan jadi panutan adik-adikmu? Tidak, Nduk. Abi hanya ingin yang terbaik untukmu, Abi meminta Samuel untuk membuktikan keseriusannya. Agar kamu tidak di tipu, dan tidak menyesal ke depannya"
"Maksudnya?" tanya Naya yang mulai berhenti menangis
Abinya pun menceritakan kalau tau kemana Samuel pergi, makanya bertepatan Samuel pergi abinya membebaskan Naya untuk boleh beraktivitas lagi dan keluar rumah karena tak akan mungkin bertemu dengan Samuel lagi.
"Abi tau Samuel pergi kemana?" tanya Naya penasaran
"Iya" sahut Rendi
Membuat Naya merasa bahagia, terasa semangat baru datang kembali di hatinya. Apa abinya menyiapkan kejutan pada Naya, sehingga tau kemana Samuel pergi? Hati Naya terasa berbunga lagi.
"Kemana Samuel, Bi?" tanya Naya tak sabar
"Naya"
Abinya memanggil Naya pelan, seketika membuat suasana hati Naya berubah. Campur aduk entah apa yang ingin abinya sampaikan, apakah berita bahagia atau justru berita sedih lagi yang akan di dengarnya.
"Abi bukan tidak setuju dengannya, Abi sangat menghargai keinginannya untuk mualaf. Hanya saja kedatangannya kesini yang saat itu belum muslim, menurut Abi sangat lancang"
Naya diam mendengar setiap kata yang keluar dari bibir abinya, tak berani membantah. Namun detik kemudian Naya kekeh ingin tau dimana Samuel berada, apakah abinya terlibat atas kepergian Samuel.
Abinya pun kembali bercerita setelah kejadian memergoki Naya dan Samuel berduaan di cafe, keesokan harinya abinya menemui Samuel dan berbicara baik-baik, demi Naya apapun di lakukan abinya.
Jika memang Samuel serius pada Naya, abinya meminta keseriusannya. Abinya tidak ingin Samuel berjanji hanya di mulut saja untuk mualaf, sehingga abinya memberi waktu selama enam bulan untuk memperdalam agama Islam.
"Nyatanya apa? Sudah lebih dari waktu yang Abi tentukan, dia tidak menemuimu. Sekarang kamu tau kan, seperti apa dia?"
Naya terdiam, apa yang harus di jawabnya? Benarkan apa yang di katakan abinya? Jika begitu berarti abinya sudah mengalah, seharusnya Samuel memanfaatkan kesempatan ini agar bisa bersamanya.
"Jujur, Abi dan Umi masih menunggunya. Sekarang sudah delapan bulan kepergiannya, dia belum ada kabar sama sekali. Apakah kamu masih mau menunggunya, sedangkan usiamu tak muda lagi?" tanya Rendi lagi, namun Naya belum bisa menjawab
"Nduk, perpisahan itu pasti. Semua orang pernah merasakan kehilangan, kita kembali lagi pada Allah. Kita dekatkan diri lagi pada Allah, mungkin saja Allah punya pengganti yang lebih baik lagi" jelas Erisa pada sang anak
"Apa maksud Umi?" tanya Naya
"Naya!! Nak Azka itu orang yang taat, ilmu agamanya tidak di ragukan lagi. Dulu Abi dan Ustad Ilyas ingin menjodohkan kalian, coba dulu kalian untuk ta'aruf. Kami tidak memaksa, jika tidak cocok tak apa" tutur Rendi
"Dia kaku sekali, Abi. Sangat dingin seperti kulkas, Abi yakin ingin menjodohkan Naya sama dia?"
Naya langsung membeberkan sikap Azka yang mungkin abinya tidak ketahui, ternyata ini alasan abinya waktu itu memintanya mengantarkan surat lamaran kerja langsung pada kepala sekolah dingin itu.
Abinya berniat mendekatkan Naya pada Azka, laki-laki yang tak masuk di kriteria Naya karena sangat dingin dan kaku berbeda dengan Samuel yang hangat dan harmonis serta bisa membuat Naya nyaman.
"Mungkin karena dia menjaga pandangan dan menjaga sikapnya di depan yang bukan mahramnya" kata Rendi membela Azka
"Gak mungkin juga dia mau sama Naya, Bi. Lagian agamanya sudah tinggi, dia juga sangat tampan. Banyak guru-guru muda yang mengaguminya, mungkin ada yang lebih pantas dengan dirinya dari pada Naya untuk jadi istrinya" jelas Naya berusaha tetap menolak keinginan abinya
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...