Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.
Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Mengukir Kenangan
Setelah berkutat selama kurang lebih 1,5 jam, kue bolu buatan Mami Sinta pun sudah matang. Berbekal resep dan arahan dari Farida, seloyang bolu coklat siap dihidangkan dan aromanya sangat menggugah selera.
"Akhirnya, jadi juga," ucap Farida seraya bertepuk tangan.
"Kamu cobain dulu, kalau nggak enak jangan dipaksa makan. Soalnya mami sendiri nggak yakin kalau rasanya bakalan sesuai dengan resep."
Tanpa menunggu lama, Farida segera mengambil sepotong bolu lalu memakannya. Dia mengunyah bolu yang digigitnya tanpa ekspresi, membuat Mami Sinta sangat penasaran dengan rasa dari bolu tersebut.
"Enak nggak, Fa? Buang aja kalau nggak enak, nanti mami beliin di toko langganan mami."
"Jangan, Mi. Ini enak, kok. Mami cobain juga," ujar Farida lalu menyuapi Mami Sinta dengan sepotong bolu yang baru.
Dengan wajah ragu Mami Sinta menerima suapan itu dan benar yang dikatakan Farida, bolu yang dibuat rasanya cukup enak tak seperti yang dibayangkan.
"Syukurlah, nggak sia-sia usaha mami," ucap Mami Sinta dan ditanggapi seulas senyuman oleh Farida.
"Lagi pada ngapain, sih? Kok, ngumpul di dapur," celetuk Rama yang baru datang kemudian menghampiri mami serta Farida.
"Ini, loh, tadi Farida minta dibuatin bolu," balas sang mami.
"Bolu? Kenapa nggak beli aja?" tanya Rama.
"Karena Farida nggak mau bolu dari toko, dia maunya bolu buatan sendiri."
Rama menatap Farida yang sangat lahap menyantap bolu itu.
"Tuan mau?" tawar Farida.
"Buat kamu aja, 'kan kamu yang pengen bolu," tolak Rama.
"Ini masih banyak, saya nggak mungkin habis. Buka mulutnya." Farida menyodorkan bolu di depan mulutnya agar Rama mau memakannya.
Untuk sejenak Rama tertegun dengan perlakuan Farida, begitu pun dengan Mami Sinta yang merasa jika yang dikatakan oleh putranya waktu itu memanglah benar. Farida sangat bisa menghargai dan melayani seorang suami.
"Enak 'kan, Tuan?"
"Iya, enak."
Tanpa disadari Rama dan Mami Sinta, Farida menikmati bolu itu dengan menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata.
'Ini akan menjadi kenangan terindahku. Aku akan mengukir seindah dan sebaik mungkin kenangan saat bersama kalian, agar ketika waktu itu tiba, aku bisa pergi tanpa ada beban.' batin Farida.
***
Sore hari, Farida menikmati suasana di rumah belakang dengan menyirami tanaman milik Mami Sinta. Rasa bosannya sedikit terhibur saat melihat berbagai macam tanaman yang tumbuh subur.
"Farida pasti bosan di rumah terus, Mi." Rama dan Mami Sinta saat ini berada di balkon kamar atas, sehingga bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Farida karena balkon yang mengarah langsung ke rumah belakang.
"Mami juga berpikir begitu, tapi dia lagi hamil, mami nggak tega kalau biarin dia pergi sendiri."
"Kenapa nggak Mami aja yang ajak Farida ke luar? Ke mall atau ke mana gitu, yang penting dia nggak merasa terkekang karena harus di rumah terus," saran Rama.
"Iya juga, sih. Besok aja, deh, mami ajak dia jalan sekalian beli baju hamil untuknya."
Pukul 7 malam, Mami Sinta, Farida, dan Rama menikmati makan malam bersama. Bahkan, Mami Sinta sangat memanjakan Farida dengan hidangan yang menggugah selera.
"Tambah lagi lauknya, Fa. Kamu harus banyak makan makanan yang mengandung protein, sangat baik untuk pertumbuhan calon anak kalian."
Mami Sinta mengambil sepotong ikan tuna yang dimasak kuah kuning, lalu meletakkannya di piring Farida.
"Udah cukup, Mi. Perut saya nanti begah kalau kekenyangan."
"Ya sudah, makan saja ikannya, nggak perlu tambah nasi."
Farida kembali melanjutkan makannya, meski sebenarnya dia sudah merasa kenyang. Namun, tak ingin mengecewakan sang mertua, dia pun menghabiskan makanannya.
"Oh, ya, Fa. Besok pagi ikut mami, ya."
"Ke mana?" tanya Farida.
"Mami mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu pasti bosen di rumah terus," jawab Mami Sinta.
"Iya, Mi."
Ketika akan menyuapkan makanan, tiba-tiba saja ponsel Mami Sinta yang ada di meja makan berdering.
Mami Sinta lekas mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubunginya. Beliau menghela napas panjang sebelum menjawab panggilan tersebut.
"Ya, halo."
"Halo, Mam. Mas Rama ada di situ nggak? Soalnya udah sebulan lebih nggak bisa dihubungi."
"Mami nggak tahu, Nad. Rama juga udah lama nggak pernah ke sini." Mami Sinta menjawab pertanyaan Nadia sambil melirik ke arah Rama dan Farida bergantian.
"Gitu, ya, Mam. Nanti kalau Mas Rama ke rumah Mami, tolong bilang suruh hubungi Nadia, ya."
"Iya, nanti mami sampaikan kalau Rama ke sini."
Setelah panggilan terputus, Mami Sinta meletakkan ponsel dan kembali melanjutkan makannya. Sementara Rama hanya diam tanpa bertanya apa yang dibicarakan Nadia, sedangkan Farida mulai berperang dengan isi kepalanya.
......................
Usai sarapan, Mami Sinta dan Farida langsung bersiap untuk pergi. Hari ini Mami Sinta ingin menyenangkan istri sekaligus ibu dari calon cucunya itu.
"Kita mau pergi ke mana, Mi?" tanya Farida disela perjalanan.
"Mami mau ajak kamu ke mall buat beli baju khusus ibu hamil. Nanti kamu pilih saja mana yang kamu suka," jawab Mami Sinta.
"Di sana pasti harganya mahal-mahal, Mi."
"Enggak masalah buat mami, Fa. Karena emang ini keinginan mami sendiri. Ya, anggap saja hadiah karena kamu sudah menjadi bagian dari keluarga mami dan akan memberikan calon cucu juga untuk mami. Seandainya papi masih hidup, pasti papi juga akan melakukan yang lebih lagi," tutur Mami Sinta.
Farida benar-benar merasa dilema, batinnya mulai bergejolak tak sesuai isi kepalanya. Dia merasa nyaman bersama Mami Sinta, tetapi di satu sisi ada perjanjian yang harus diselesaikan. 8 bulan, waktu yang tersisa untuknya menikmati kebersamaan itu.
Tak terasa mobil yang dikemudikan Mami Sinta sudah sampai di mall, beliau langsung menuju tempat parkir sebelum memasuki mall untuk berbelanja.
Mami Sinta berjalan menggandeng Farida agar tak tertinggal karena ramainya pengunjung mall. Farida sendiri merasa tak enak karena sang mertua yang begitu tulus padanya.
"Ayo, masuk. Kamu pilih sendiri mau yang seperti apa."
Mami Sinta mengantar Farida ke salah satu toko pakaian dan menunjukkan tempat khusus baju ibu hamil.
Farida melihat-lihat banyaknya baju yang tersedia di sana, kemudian mulai memilih baju yang menurutnya sesuai dengan tubuh. Namun, saat tak sengaja melihat harga yang tertera, seketika dia mengembalikan bajunya.
"Kenapa dibalikin? Kamu nggak suka modelnya atau warnanya?" tanya Mami Sinta.
"Eh, enggak, Mi. Saya mau lihat yang lainnya saja, siapa tahu ada yang cocok," elak Farida.
Mami Sinta pun menuruti saja apa yang dikatakan Farida. Dan tanpa sepengetahuan menantunya itu, Mami Sinta meminta salah seorang pegawai toko untuk mengambil baju yang sempat dilihat Farida tadi.