Menceritakan tentang seorang gadis yang anggun dan lemah lembut, namun semenjak jiwa nya digantikan berubah menjadi kejam jika ada yang mengusiknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nrsl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Tring tring tring
Bunyi alarm membangunkan Cia dari mimpi indahnya.
"Hoaaaamm" Cia menguap dan menutup mulut dengan satu tangannya.
[Selamat pagi Cia]
"Selamat pagi juga Ale" ucap Cia dengan tersenyum, tetapi matanya masih tertutup enggan untuk dibuka.
[Lekas lah bersiap Cia, hari ini bukan hari libur]
"Hehehe aku tau Ale, 5 menit lagi, oke" ucap Cia dengan senyum melihatkan gigi gingsulnya.
[Baiklah, 5 menit tidak lebih]
Cia pun duduk dengan menyenderkan badannya di headboard kasur miliknya.
"Mmmm, Ale"
"Apakah toko bungaku sudah mulai buka?" Tanya Cia
[Sudah Cia]
[Toko bungamu bernama Cia Florist]
"Waaaah, pulang sekolah kita cek kesana ya" ucap Cia bersemangat dengan bertepuk tangan.
[Baiklah Cia]
[Bersiaplah pergi ke sekolah, ini sudah 5 menit]
CIA menghembuskan nafasnya kasar. "Huuuft, baiklah Ale" ucap Cia
...****************...
Ting Ting Ting
Bunyi dentingan sendok terdengar di ruang makan keluarga Baskara.
Papa Rama yang sudah selesai sarapannya, kini tatapannya tertuju pada Cia
"hmm, papa dengar dari pelayan, kamu semalem diantar Aiden" ucap papa Rama bertanya kepada Cia
Cia menundukkan kepalanya, ia sangat malu, jadi tidak berani menatap papanya.
"Mmmm, i-iya pa" ucap Cia.
Papa Rama tersenyum menatap putrinya.
"Liat papa, Cia. Papa disini loh bukan di bawah" ucap papa Rama terkekeh.
Cia pun mengangkat kepalanya, dan tersenyum manis kepada papanya.
"Hehehehe, maafin Cia, papa" ucap Cia cengengesan.
"Kenapa bisa Aiden nganterin kamu pulang?" Tanya papa Rama penuh selidik.
"Mmmm, Tidak sengaja bertemu di supermarket, pa" ucap Cia berbohong, mana mungkinkan ia bilang yang sebenarnya.
Papa Rama mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sampai di gendong ya?" ucap papa Rama menggoda Cia.
Blush
Pipi Cia memerah kembali, karena perkataan papanya, ia jadi teringat pada sikap Aiden kepadanya. Mama Cantika yang melihat wajah putrinya memerah, saat ini tengah menahan tawanya.
"Enak ya digendong orang ganteng" ucap mama Cantika yang ikut menggoda putrinya.
"Mana ada yaa... Kan Cia ketiduran" ucap Cia sebal.
"Ppppffffffff... Hahaha" tawa mama Cantika pecah, sungguh ia tidak bisa menahan tawanya, karena menurutnya menggoda putrinya itu sangat menyenangkan.
"liiiiiiii... Mamaaaaaaaaa" ucap Cia kesal bercampur malu.
Papa Rama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan istri dan putrinya, ada-ada saja pikirnya. Cia pun berusaha menetralkan Iagi perasaannya.
"Mmm, papa" ucap Cia menatap papanya.
"Kenapa princess?" ucap papa Rama dengan mengelus pipi putrinya lembut.
"Cia membuka usaha toko bunga” ucap Cia
Papa Rama mengernyitkan dahinya.
”Sejak kapan?" Tanya papa Ramon serius.
"Baru-baru ini, Pa. Nama toko bunganya Cia florist. Cia mau belajar mandiri" ucap Cia dengan menatap papa Rama
Mama Cantika dan papa Rama saling lirik, mereka merasa bangga dengan putrinya, lalu mereka pun tersenyum.
"Alamatnya dimana sayang? Nanti mama bantuin promosikan ke teman-teman mama" ucap mama Cantika dengan mengelus surai putrinya.
Papa Rama pun setuju dengan ucapan istrinya, ia juga akan membantu mempromosikan toko bunga putrinya kepada kolega-koleganya.
Cia pun merasa senang mama dan papanya mensupport dirinya.
"Waaaaah... Terimakasih ma" ucap Cia tersenyum dan memeluk mamanya. Cia mendongak menatap mamanya.
"Alamatnya di sudut kota J jalan k, ma"
Mama Cantika dan papa Rama tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya, dalam hati, putri mereka sudah dewasa pikirnya.
...****************...
Di Sekolah
Tepatnya di parkiran, inti Cruel sedang berbicara serius.
"Kenapa Renan ingin mencelakakan tunangan lo ya, Bim?" Tanya Aldino, ia sungguh penasaran.
"Gue juga gak tau" ucap Bima datar.
"Apa karena Renata?" Ucap Galang.
"Ya elah, masa cuma membentak doang sampai nyuruh orang buat rusak si Vina" ucap Aldino.
"Sepertinya ada hal lain. Kita harus selidiki" ucap Bima datar dengan mengepalkan tangannya kuat.
Aldino dan Galang pun mengangguk, sedangkan Aiden, tatapan matanya yang tajam tak terlepas dari gerbang masuk sekolah, ia tengah menanti seseorang.
Brum Brum Brum
Mobil sport berwarna grey memasuki parkiran sekolah.
"Waaah anak baru kah"
"Gilaaaa keren banget mobilnya"
Sedangkan Aiden tersenyum tipis, seseorang yang ia tunggu sudah datang, ia pun langsung berjalan ke arah mobil gadisnya.
Tok tok tok
Aiden mengetuk kaca mobil Cia
"Aduuuh, aku ko grogi ya ketemu kak Iden" ucap Cia dalam hatinya.
Cia pun menghembuskan nafasnya, ia harus menetralkan perasaannya saat ini.
"Huuuft, Ayo Cia" ucap Cia dengan mengangkat satu tangannya.
Cia pun keluar dari mobilnya, kini semua mata tertuju padanya 'sangat cantik' pikir mereka. Termasuk Aiden yang saat ini tengah mematung karena terpesona dengan kecantikannya.
"Sangat cantik" batin Aiden.
Tak lama, Aiden sadar banyak mata yang melihat kecantikan gadisnya, kini rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.
"JAGA PANDANGAN KALIAN" ucap Aiden dengan aura dinginnya.
Glek
Semua murid HHS mengalihkan pandangannya, mereka ngeri dengan auranya Aiden yang mendominasi.
"Kak Iden" lirih Cia dengan mengusap lengan Aiden lembut. Aiden menatap Cia
"Kakak cemburu Cia" ucap Aiden dengan mengelus pipinya lembut. CIA pun memejamkan matanya merasakan kelembutan sentuhan Aiden.
"Aaaaaaaa mereka manis banget'
"Gilaaaa... Aiden sama pawangnya mah lembut anjir"
"Ini mah pasangan paling serasi si"
"lya sama-sama cantik dan ganteng"
Begitulah kehebohan semua murid HHS saat melihat perlakuan Aiden yang lembut terhadap Cia.
"Eheeeem" deheman Vina menyadarkan Aiden dengan Cia.
"Pagi-pagi udah bikin iri orang aja" ucap Vina mendelik sebal. Cia membolakan matanya.
"Eh engga ya. Kita biasa aja tuh" ucap Cia gengsi.
"lya kan, kak Iden" tanya Cia.
"Hmm" Aiden hanya berdehem dengan muka datarnya.
Di pojok koridor yang sepi terlihat Renata yang tengah mengepalkan tangannya kuat.
"Kenapa dia masih terlihat baik-baik saja. Bukannya Renan sudah memulai rencananya" Renata dalam hatinya, ia sungguh sangat marah dan kesal, karena penghalang ia untuk mendekati Bima masih baik-baik saja.
Renata pun menatap Hana dengan senyum smirk nya, Hana yang ditatap seperti itu tubuhnya bergetar, ia sangat takut.
"Hana”
"Lo tau apa yang harus lo lakukan?" Tanya Renata kepada Hana.
"l-iya R-renata" ucap Hana.
"Bagus, kali ini lo tidak boleh gagal" ucap Renata dengan tersenyum menyeringai.
"Kalau lo gagal, lo tau apa yang akan terjadi?" Ucap Renata mengancam.
"Jangan sakiti orang tuaku, Renata" ucap Hana dengan air matanya yang mengalir.
"Tidak, jika lo berhasil kali ini” ucap Renata, lalu ia melangkah pergi meninggalkan Hana.
Hana yang melihat Renata pergi, ia pun terduduk di lantai dan menangis.
"Hiks...hiks...hiks... Tuhannnn, kapan ini segera berakhir. Aku lelah jika harus melakukan apa yang tidak ingin aku lakukan"
...****************...
Kembali ke parkiran sekolah, terlihat Cia and the geng dan inti Cruel sedang tertawa, kecuali Aiden si kutub es yang sudah mulai ada tanda-tanda mencair.
Mereka saat ini sedang jam kosong, karena para guru sedang mengadakan rapat, jadi tidak ada pembelajaran dari kelas 10 sampai kelas 12.
[Ding]
Layar hologram muncul di depan CIA.
[Misi baru]
[Menenangkan seorang gadis yang menangis di pojok koridor sekolah]
[Berhasil : poin kecerdasan 10%]
[Gagal : bau mulut selama tiga hari]
[Terima : ya/ tidak]
Cia tidak terkejut dengan notifikasi sistem Ale, ia sudah terbiasa.
"Aku terima, Ale" ucap Cia dalam hati.
[Baik]
[Memproses]
"Mmmm teman-teman, aku mau ke toilet dulu ya" ucap Cia.
"Mau gue anter ga?" Tanya Vina dengan Bunga yang menganggukan kepalanya.
"Eh ga usah, aku bisa sendiri” ucap Cia
"Oke deh" ucap Vina.
"Jangan lama-lama” ucap Aiden lembut dengan mengusap surai Cia.
"Aiiiissssshhh, bisa ga jangan disini mesra-mesraannya” ucap Aldino mendelik sebal.
Cia terkikik.
"Siapa yang mesra-mesraan? Udah ah, babay” ucap Cia dan langsung melangkah pergi.
Cia melangkah menyusuri koridor sekolah, tepat di pojokan yang sepi, Cia melihat seseorang dengan tubuhnya yang bergetar seperti sedang menangis.
"Ale, apakah yang itu?" Tanya Cia
[Benar Cia]
Cia pun melangkah menuju gadis tersebut. Saat sudah di depan gadis itu, Cia pun berjongkok dan mengelus lembut surai gadis itu.
"Kamu kenapa?" Ucap Cia lembut.
Gadis itupun mendongakkan kepalanya menatap orang yang telah mengelus rambutnya dan berbicara kepadanya.
"Cia” lirih gadis itu.
CIA membolakan matanya.
"Hana"
Bersambung...