"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.22. Tuan muda Kevlin
Rayyan terus berjalan mengikuti langkah Vino. Keduanya melewati lorong buatan yang terdapat banyak sekatan dan juga belokan. Rayyan bahkan sempat tersesat karena tertinggal oleh Vino.
"Ku kira lorong ini hanya ada satu jalan lurus, ternyata banyak sekali jalan jebakan di dalamnya."
"Jalan ini sengaja dibuat untuk memudahkan kami keluar masuk markas tanpa dicurigai orang lain. Karena jalan utama menuju ke sana memang sangat jarang bahkan hampir tak pernah kami lewati guna menjaga kerahasiaan nya." Vino menjelaskan tanpa memelankan langkahnya sedikitpun.
"Lalu rumah tadi milik siapa? apa milik Tuan Javier?"
"Hem bisa dibilang begitu. Jika siang hari rumah tersebut akan ramai dikunjungi orang. Karena disana terdapat ruang kesenian yang dijadikan tempat untuk orang-orang belajar seni. Segala macam seni diajarkan disana termasuk seni bela diri. Dan pelatihnya adalah orang-orang dari organisasi sendiri."
Rayyan berdecak kagum mendengar cerita Vino tentang rumah mewah yang nampak sangat biasa saja tersebut namun ternyata menyimpan banyak sekali rahasia. Sungguh kekaguman Rayyan pada sosok Javier semakin bertambah.
Keduanya sampai pada ujung lorong. Rayyan melongok ke kanan kiri mencari pintu keluar sementara Vino berjalan menuju sebuah tanaman perdu dimana disana terdapat sebuah alat untuk membuka pintu dibalik sebuah air mancur buatan. Ya, ujung lorong tersebut dibuat sedikit besar. Dimana terdapat taman kecil lengkap dengan kolam ikan dan juga air mancur.
Sekilas tempat tersebut terlihat seperti sebuah tempat menyendiri. Sangat sunyi karena letaknya yang berada di pinggir hutan. Jika bukan anggota organisasi yang masuk kesana maka alat-alat canggih yang terdapat di tempat tersebut akan mati secara otomatis dan tak akan pernah bisa dioperasikan tanpa scan mata dari para petinggi organisasi.
"Ayo!! pintu rahasia ini hanya terbuka beberapa detik saja. Jadi kita harus bergegas." Rayyan mengangguk dan kembali mengikuti langkah lebar Vino.
"Selamat datang tuan, boss besar sudah menunggu kedatangan anda."
Keduanya disambut oleh dua orang anggota yang segera membungkukkan badan begitu keduanya keluar dari lorong rahasia. Vino mengangguk, menepuk pelan bahu kedua anggotanya sambil menyematkan senyumnya.
"Jangan bingung, kita berada di dalam hutan di balik bukit, dimana markas kita dulu berada."
.
.
Javier tersenyum dan segera merentangkan kedua tangannya manakala bayangan Rayyan telah nampak didepan matanya.
"Selamat datang Ray."
"Terimakasih, tuan." Rayyan menyambut pelukan yang diberikan Javier dengan canggung.
"Maafkan aku karena terpaksa mengundangmu tengah malam begini. Tapi kau pasti paham bukan dengan alasannya?" Javier mengawali pembicaraan mereka setelah masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Tentu tuan. Saya sangat mengerti."
"Adikku sudah menceritakan semuanya, tentang segala hal yang sedang kamu hadapi akhir akhir ini. Dan aku sendiri yang telah mengambil alih semuanya. Mungkin besok kita sudah mendapatkan petunjuk selanjutnya."
"Baik tuan, maaf jika saya harus merepotkan anda."
Javier mengulum senyum. "Sudah sepantasnya saya membantu anda, tuan muda." Jawabnya dalam hati.
"Bos, apa Ardi juga terlibat dalam hal ini?" Vino yang sejak tadi hanya diam memulai pembicaraan. Dia penasaran dengan sepak terjang pemuda yang terkenal santun dan alim tersebut.
"Bukan dia sebenarnya yang berbahaya, tapi Pak Dewo. Ayah almarhum Jovan itu memiliki suatu dendam tak berkesudahan. Bahkan, putranya sendiri telah menjadi korban atas segala aksinya."
"Jovan, anak Pak Dewo? itu artinya Rani adalah adik kandung Jo?" Rayyan melongo, kejutan apa lagi yang akan dia dapatkan kali ini.
"Jadi hal ini pun kamu belum mengetahuinya?" Vino menggeleng ketika mendapati Rayyan menganggukkan kepalanya pelan.
"Tapi.. "
Kata kata Rayyan terhenti sebelum selesai terucap saat dirinya mendengar samar nama kecilnya di sebut. Dengan perlahan Rayyan menoleh ke asal suara dan betapa terkejutnya Rayyan ketika melihat seorang yang dikenalnya waktu kecil telah berdiri disana.
"Tuan muda, Kevlin."
Sosok itu menundukkan tubuhnya, memberi salam pada Rayyan yang masih mengernyap pelan dan terpaku di tempatnya.
"Om Ronald?" Suara Rayyan tercekat.
Sosok yang berdiri tak jauh darinya itu adalah Ronald. Bodyguard kebanggaan sang ayah dan sekaligus orang kepercayaan Sanjaya. Dulu, beberapa waktu sebelum tragedi yang menimpa keluarganya, laki-laki itu menghilang dari kediaman Sanjaya. Hingga saat ini, untuk pertama kalinya Rayyan melihatnya kembali.
Lelaki yang dipanggil Ronald tersebut menganggukan kepala seraya melemparkan senyum hangatnya pada Rayyan.
"Om, om ada disini?" Suara Rayyan tercekat, dia mengira jika lelaki di hadapannya kini itu telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Akan tetapi melihat tubuh Ronald masih nampak sehat bugar dan nampak segar membuat Rayyan ikut mengulas senyumnya.
Semua anggota yang berkumpul diruangan tersebut nampak saling pandang. Ronald adalah seseorang yang mereka segani selama ini. Dialah orang paling berjasa dan dianggap paling berkuasa dalam organisasi. Dari tangannya lah mereka bisa belajar taktik dan strategi.
Mereka tak menyangka jika sosok Ronald bahkan menghormati seorang pemuda seperti Rayyan.
"Tuan muda masih mengenali saya rupanya." Kelakar lelaki yang usianya hampir setengah abat tersebut.
"Om bisa aja. Aku kira dulu om...." Rayyan tak melanjutkan kata katanya, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Hampir saja dia keceplosan dengan mengatakan jika Ronald telah mati.
"Sudah mati maksud tuan muda?" Rayyan mengangguk dengan tampang datarnya.
Ha ha ha ha
"Sangat panjang jika harus saya ceritakan, yang jelas saya senang bisa bertemu lagi dengan anda, tuan muda Kevlin."
"Ehm, om panggil saja aku dengan sebutan Rayyan atau Ray seperti tuan Javier dan yang lainnya memanggilku. Nama itu lebih nyaman terdengar ditelingaku, om."
"Baiklah, saya mengerti."
"Silakan duduk paman." Javier mempersilahkan Ronald untuk duduk.
"Anda tumbuh dengan baik tuan muda. Syukurlah. " Ronald mengulas senyum tipisnya, rasa lega menyeruak di relung hatinya melihat tuan mudanya tumbuh menjadi pemuda dengan wajah rupawan mengikuti sang ayah. Bisa di bilang Rayyan adalah duplikat Sanjaya ketika masih muda. Hanya saja bibir Rayyan yang lebih tipis menurun dari sang mama.
.
.
"Selamat pagi bi."
"Pagi. Eh neng Jennie sudah bangun, padahal mau bibi bangunin nanti kalau sudah jam 6 neng. Ini kan masih sangat pagi, dingin."
"Nggak papa bi, lagipula Jen sudah terbangun jadi agak susah untuk kembali tidur." Jennie melangkah semakin mendekat ke arah Bu Tyo yang sedang berkutat dengan kompor nya.
"Mau masak untuk sarapan ya, bi. Boleh Jen bantu?" Tawar gadis cantik dengan baju tidur berwarna biru muda yang melekat ditubuh langsing nya.
"Ini bibi mau bikin combro neng. Sebaiknya neng tunggu saja dimeja makan."
"Combro itu apa bi?"
"Ini dari singkong ini neng, habis di parut baru nanti diisi sama oncom, buat teman minum kopi sarapan nanti neng."
"Neng Jennie pernah makan ini?" Jennie menggeleng. Jangankan memakannya mendengar namanya saja dia baru kali ini.
"Kalau begitu neng coba aja nanti ya. Kalau suka, bibi akan ajari cara membuatnya."
"Iya bi." Jennie tersenyum.
Beberapa hari berinteraksi dengan Bu Tyo membuatnya merasakan kenyamanan dan juga kasih sayang seorang ibu yang tak pernah dia dapatkan selama ini. Hidup bersama Reni meski berada dalam satu atap tak membuatnya bisa saling duduk menghabiskan waktu hanya sekedar untuk sarapan bersama. Wanita yang melahirkannya tersebut terlalu sibuk dengan banyaknya bisnis dan juga obsesi yang dikejarnya, hingga mengabaikan segalanya termasuk Jennie.
Sayup sayup terdengar suara mobil masuk kedalam villa. Jennie menolehkan pandangannya ke arah jendela samping yang bisa tembus ke arah halaman Villa. Nampak tubuh tegap Rayyan turun dari mobil tersebut diikuti oleh Vino dan entah satu orang asing yang belum Jennie kenal.
"Sepertinya Den Rayy sudah kembali." Suara bu Tyo menyadarkan Jennie dari keterpakuan nya.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini