Selama ini aku percaya saja hubungan ini akan baik-baik saja walau di tempa jarak yang jauh. Tapi suatu hari, ucapan sahabatku membuatku sedikit resah hingga terbesit niat ku untuk memberi kejutan kepada suami di rumah dinasnya di kota lain.
Tetapi bukan hanya suamiku yang terkejut, aku pun terkejut mendapati ada wanita lain di rumah dinas suamiku. Apalagi aku memergoki mereka tengah berduaan di terik panas siang ini. Ternyata selama ini suamiku dijaga oleh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Curhat
Bab 22
Curhat
Sudah 3 minggu semenjak aku tinggal di kosan, kehidupan ku jalani seperti biasa. Ada atau tanpa Mas Heru aku sudah baik-baik saja tanpa ada dia di sisiku. Sebaliknya, aku semakin ingin menyudahi pernikahan ini. Mungkin aku sudah berdosa begitu mengharapkan perceraian yang di benci oleh Allah. Sungguh, aku tidak kuat lagi untuk menghadapi siksaan batin yang lebih lama.
Surat panggilan sidang mungkin sudah di terima Mas Heru, karena 2 hari lagi sidang pertama kami akan di gelar. Deg-degan itu pasti, karena ini pengalaman pertama bagiku. Ayah dan Ibuku ingin datang untuk mendukung diriku. Tapi aku menolak, karena tidak ingin memperlihatkan kegagalan biduk rumah tangga yang kujalani kepada kedua orang tua ku.
Berhubung besok hari minggu dan aku memang libur bekerja, ku putuskan hari ini aku ijin tidak masuk bekerja untuk pulang kampung dan menginap semalam disana. Rencananya besok aku akan kembali lagi.
***
Keadaan rumah tampak sepi ketika aku sudah sampai di kampung, di depan rumah orang tuaku. Mungkin Ayah dan Ibuku sedang pergi ke kebun mengingat sekarang baru jam 10 pagi. Biasanya Ayah dan Ibu akan pulang sebelum adzan dzuhur nanti. Aku duduk di terasa rumah dengan santai sambil memainkan gawaiku. Sebuah pesan dari Mbak Surti baru saja masuk dan menggelitik rasa ingin tahu ku untuk membaca pesan itu.
Mbak Surti : Assalamualaikum, Dek Indah. Apa kabar?
Aku : Waalaikumsalam, Mbak Surti. Alhamdulillah Mbak, saya sehat. Mbak apa kabar?
Mbak Surti : Alhamdulillah, saya juga baik Dek. Maaf loh kalau saya menganggu.
Aku : Tidak kok Mbak, saya sedang bersantai liburan ke kampung.
Mbak Surti : Oalah, alhamdulillah. Sepertinya Dek Indah jauh lebih baik sekarang. Begini Dek Indah saya mau kasih tahu, sepertinya Pak Heru sudah menetap di rumah itu. Soalnya sejak kedatangan pertama yang waktu itu, Pak Heru terlihat pergi bekerja dari rumah Dek Indah.
Aku tertegun mendapat laporan dari Mbak Surti yang tidak pernah aku sangka-sangka. Bahkan aku tidak pernah memintanya mengamati gerak-gerik Mas Heru dirumah sana. Tetapi Mbak Surti berinisiatif sendiri memberitahukan ku apa saja yang terjadi di sana.
Padahal aku sudah cukup jenuh untuk membahas Mas Heru. Tapi infomasi yang di berikan Mbak Surti sepertinya ada gunanya juga.
Aku pun segera membalas pesan Mbak Surti agar ia tidak menunggu lama.
Aku : Sepertinya Mas Heru mengajukan perpindahan tugas untuk kembali kota ini, Mbak.
Mbak Surti : Oh begitu. Saya sedih tidak bisa bertetangga lagi dengan Dek Indah. Istri baru Pak Heru itu bikin resah saja, Dek Indah.
"Loh, Mbak Surti kenapa tiba-tiba seperti hendak curhat padaku ya?" Gumamku.
Aku pun kembali mengetik untuk membalas pesan Mbak Surti.
Aku : loh, kenapa memangnya Mbak?
Mbak Surti : Gayanya itu loh Dek, sombong banget. Setiap hari saya lihat dia pakai baju bagus-bagus, pakai sandal bagus dalam rumah. Lah yang di pakainya itu saya kenal loh Dek. Itu barang-barang punya Dek Indah yang masih tertinggal.
Aku melengos, sudah ada dalam pikiranku pasti barang-barang ku yang masih tertinggal di sana pasti digunakan oleh istri Mas Heru yang seperti maling itu.
Aku : Pemulung memang begitu Mbak, sukanya sama barang bekas, hehehe...
Mbak Surti : Hahaha, Dek Indah bener. Saya setuju dengan Dek Indah. Heran ya, kok ada perempuan seperti itu. Oh ya Dek Indah, sudah dulu ya. Saya mau siapin makan siang buat bapaknya anak-anak. Hehehe...
Aku : Oke Mbak Surti. Masak yang enak ya, hehehe..
Mbak Surti membalas pesan ku dengan emot jempol yang banyak.
"Indah, bile kau datang In. Kenape kau tak masok kerumah?"
Suara Ibuku yang khas mengalihkan perhatianku dari gawai yang aku pegang.
"Assalamualaikum Mak..." Salamku yang langsung meraih tangan Ibuku dan mencium punggung tangannya, kemudian memeluk tubuh Ibuku penuh kerinduan.
"Waalaikumsalam... Kenape tak bagi tahu Mak kalau kau nak datang In..." Kata Ibuku sambil mengusap punggungku dengan lembut.
"Sengaje Mak, biar Emak tak perlu repot-repot nak masak ini itu untok Indah. Mak suke merepotkan diri, Indah tak maok itu." Kataku, lalu melepaskan pelukan kami.
"Hei, kau nih. Mane pulak repot. Emak suke masak untok anak Emak. Kan kau pon jarang-jarang ade di rumah ni. Ayok kite masok, sebentar agik Ayah engkau nak balek makan. Emak belom masak ape-ape."
"Indah tolong ye Mak."
"Baeklah..."
Aku pun mengikuti langkah kaki Ibu ku masuk ke dalam rumah. Ku letakkan barang-barang di kamarku yang yang tidak pernah berubah sejak aku masih gadis hingga sekarang. Kemudian aku ke dapur untuk membantu Ibu memasak makan siang untuk kami nanti.
"Kau nak makan ape In?" Tanya Ibuku ketika aku sudah berada di dapur.
"Ape pon Emak masak, Indah makan Mak."
"Mak nak masak ikan asam pedas kesukaan Ayah engkau. Same tahu goreng, dan tempoyak."
"Indah tolong bersihkan ikannye ye Mak."
"Tadak usah..., ikan dah berseh, bumbu dah siap, Mak tinggal masukan ke kuali je. Nah kalau kau nak nolong, goreng tahu je lah."
"Iye lah Mak."
Aku pun mengambil tahu di kulkas lalu mencucinya. Kemudian menaburkan bumbu racik siap pakai yang sudah tersedia, lalu memasukkannya ke dalam kuali yang sudah di panaskan sembari membersihkan tahu tadi.
"Indah, macam mane urusan kau dengan Heru Nak?"
Disela-sela kesibukan memasak, Ibu bertanya kepadaku.
"Due hari agik proses sidang pertame Indah dengan Mas Heru di gelar Mak. Doekan semoge cepat selesai dan sesuai dengan yang Indah nak. Indah dah lelah rasenye."
"Sabar, Emak selalu doekan yang terbaek untok kau Indah. Sampai ke kini, Emak maseh tak nyangke Heru tege berbuat macam tu."
Ibuku menghela napas. Aku tahu Ibu sangat kecewa terhadap Mas Heru. Apalagi Mas Heru dulu adalah menantu kebanggaan Ayah dan Ibuku. Tentu perbuatan Mas Heru sangat melukai hati ke dua orang tuaku.
"Ade yang nak Indak bagi tahu dengan Emak dan Ayah pasal rumah yang Ayah hadiahkan untok Indah." Ujar ku.
"Ade ape dengan rumah itu In?"
Ibuku mengecilkan api kompor setelah ikan dan bumbu sudah masuk semua, tinggal menunggu matangnya saja.
Ibu lalu duduk di kursi meja makan, menunggu jawabanku atas pertanyaannya.
Aku pun mengangkat tahu yang sudah matang lalu memasukan lagi tahu berikutnya untuk di goreng. Lalu aku duduk di dekat ibuku.
"Indah dah buat salah Mak, Indah akui Indah terlalu percaya sangat dengan Mas Heru sampai Indah mengijinkan Mas Heru ngubah kepemilikan surat rumah atas namenye. Dan kini, Mas Heru tak nak bagi balek rumah tu. Bahkan Indah pon dah di usirnye dari rumah Indah sendiri."
"Ape?! Macam mane Heru boleh berlaku begitu? Itu kan rumah engkau, Ayah kau yang belikan."
"Indah dah cakap macam itu ke Mas Heru. Tapi die memang nak merebot rumah tu."
Ibuku tampak menghela napas.
"Dahlah Indah, kau urus dolok perceraian kau yang tak lame agik. Ayah kau bise belikan kau rumah agik. Yang penting kau cepat lepas dari laki-laki macam Heru."
"Iyelah Mak."
Aku pun dan Ibuku kembali menyelesaikan masakan kami yang sempat tertunda sebelum Ayah pulang untuk makan siang.
Bersambung....
Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊
gak sadar apa ya kalau gak dipungut kel.fandi entah gimana nasibnya.dicampakan orangtuanya di pinggir jalan.