Hafsah, seorang istri yang sering mendapat perlakukan tidak adil dari ibu mertuanya, hanya karena belum bisa memberikan cucu untuknya. Ruqoyah meminta Ali untuk menceraikan istrinya yang dia anggap mandul.
Hinaan, sindiran, dan dijadikan babu di rumahnya sendiri sering Hafsah dapatkan. Meski begitu dia selalu sabar menjalani semuanya dan ada Ali yang selalu menjadi kekuatan dirinya.
Sarah, cinta pertama dari Ali hadir kembali di tengah-tengah kemelut kehidupan rumah tangga Hafsah. Wanita kaya itu banyak menawarkan kebahagiaan untuk Ruqoyah.
Akankah Hafsah bertahan atau memilih pergi? Benarkah Hafsah adalah wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Makan Malam Bersama Sarah
Bab 21
Hafsah menyiapkan baju ganti untuk suaminya sekalian buat dirinya juga. Dia baru selesai masak, bahkan izin tidak mengajar karena banyak sekali menu yang diminta oleh Ruqoyah. Buah-buahan yang dibeli pun disuruh buat jadi salad buah dan sebagian dibuat jus. Selain itu mertuanya juga memintanya untuk memasak rendang karena Sarah dan Ali suka rendang. Tentu saja proses pembuatan itu memakan banyak waktu. Belum menu yang lainnya lagi.
Ali bisa melihat garis kelelahan dari wajah sang istri. Lalu, dia membawanya duduk di sofa sambil dipeluk olehnya.
Hafsah bisa mencium wangi sabun dari tubuh Ali dan ini membuatnya merasa nyaman. Ali bahkan belum berpakaian hanya menggunakan handuk saja.
"Lima menit," kata Ali saat merasa Hafsah akan melepaskan pelukannya.
"Aku belum mandi," balas Hafsah dengan malu karena dia merasa tubuhnya bau berbagai macam, terutama bau bumbu dapur.
Ali tidak peduli dengan itu, karena saat ini dia sedang membutuhkan pelukan Hafsah untuk menenangkan hati dan pikirannya. Biasanya dengan melakukan hal ini seperti sebuah obat mujarab yang akan menghilangkan semua rasa penat dalam dirinya.
"Tadi aku mendatangi kampus Alika," kata Ali dengan lirih, tersirat kesedihan dan amarah dalam nada bicaranya.
Hafsah terkejut. Lalu dia mengusap dada bidang suaminya. Dia berharap kalau sentuhannya ini bisa memberikan keterangan untuk orang yang dicintainya.
"Rasanya abang ingin memarahi Alika begitu pulang tadi," lanjut Ali.
"Sabar, Bang. Jangan sampai terjadi perselisihan antar saudara. Nanti Abang bicara baik-baik dengan Alika. Jangan sampai Abang bertindak keras dan membuat Alika semakin berontak dan bertindak semaunya. Bagaimanapun juga sekarang Abang yang menggantikan peran tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Berbuatlah bijak jangan penuh amarah," ucap Hafsah dengan lembut dan Ali pun mengangguk.
"Terima kasih sudah hadir di dalam hidupku. Abang semakin cinta sama kamu, Sayang," aku Ali lalu memberikan kecupan manis di seluruh wajah istrinya.
***
Sarah pun datang ke rumah Ali dengan penampilan yang sangat cantik, full make up dan pakaiannya pun sangat indah. Ruqoyah yang melihat itu sangat senang dan di dalam hatinya dia ingin membuat Hafsah minder dan malu kepada Sarah.
"Cantik sekali kamu!" puji Ruqoyah kepada Sarah ketikan mereka berpelukan.
Mata Ruqoyah beredar mencari keberadaan sang menantu. Dia ingin memanas-manasi wanita pilihan putranya itu. Namun, sosok itu tidak terlihat.
Alika pun memuji kecantikan Sarah. Apalagi ketika tahu dibawakan sebuah hadiah di dalam paper bag yang berlogo merek terkenal. Ya, Sarah membawa dua buah tas mahal impor.
Mata Sarah mengedar mencari sosok Ali. Laki-laki itu belum terlihat batang hidungnya dan ini membuat dirinya kesal. Dia takut kalau Ali tidak mau melihatnya.
"Ali mana, Bu?" tanya Sarah dengan senyum malu-malu.
"Sepertinya dia belum pulang dari masjid," jawab Ruqoyah dengan senyum tipisnya.
Dalam hati wanita paruh baya itu menggerutu karena putranya belum kembali juga dari masjid. Dia pun tersadar kalau menantunya juga belum turun ke lantai bawah ini.
"Ke mana juga si wanita mandul itu? Kok, tidak turun-turun," gumam Ruqoyah.
Tidak lama Ali pun pulang ke rumah dan bersamaan dengan Hafsah yang turun dari kamarnya. Wanita itu menyambut suaminya dengan mencium tangan dan sang suami membekas dengan ciuman di kening. Lalu, keduanya jalan sambil merangkul menuju ruang makan.
Sarah yang melihat hal itu langsung merasa panas hatinya. Dia juga ingin diperlakukan seperti itu oleh Ali.
'Lihat saja, Ali akan aku dapatkan. Meski dengan cara apa pun,' batin Sarah sambil melihat kepada pasangan halal itu.
Mereka pun duduk di kursi masing-masing. Hanya saja kursi yang biasa ditempati oleh Ruqoyah kini diisi oleh Sarah karena posisinya di sebelah kiri Ali.
Sepertinya biasa Hafsah akan melayani suaminya. Menanyakan menu makanan apa yang ingin dia makan lalu menghidangkan untuknya.
Sarah tidak mau kalah, dia pun mengambil beberapa makanan yang terlihat enak lalu meletakan di piring milik Ali. Tentu saja itu membuat Ali tidak suka, karena menurutnya itu tidak sopan. Apalagi posisi Sarah adalah tamu di rumahnya. Lalu, seperti biasa Ruqoyah akan membela Sarah.
Mata Sarah terbelalak saat melihat wajah Hafsah yang biasanya tertutup oleh cadar atau niqob. Selama ini dia beranggapan kalau wanita itu mempunyai wajah yang jelek, makanya ditutupi oleh selembar kain. Namun, pada kenyataannya dia melihat wajah cantik jelita dari wanita yang menjadi saingannya.
'Pantas saja Ali begitu kesengsem sama tuh cewek. Ternyata wajahnya tidak jelek seperti dugaanku,' batin Sarah.
Hafsah sendiri makan dalam diam seakan tidak memedulikan keadaan di sekitarnya. Begitu juga dengan Ali yang makan dengan lahap tanpa suara.
Ruqoyah, Alika, dan Sarah mendominasi kegiatan makan bersama. Mereka seakan tidak ada hentinya berceloteh. Tidak jarang mereka menyindir Hafsah dan mengucapkan kata-kata yang bisa melukai hati wanita itu.
Hafsah dan Ali malah anteng menikmati makannya. Kedua orang itu seakan tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukan oleh ketiga orang itu.
"Ayo, makan yang banyak, ya! Ibu sengaja memasak banyak makanan agar kamu bebas mau memakan apa saja," ucap Ruqoyah kepada Sarah.
"Wah, aku juga sudah makan hampir semua menu yang ada di atas meja ini. Semua rasa masakan ini sangat enak," kata Sarah yang tidak tahu kalau semua makanan ini Hafsah yang memasak.
"Alhamdulillah, kalau kamu suka. Tidak sia-sia istriku masak seorang diri dari siang sampai hampir Magrib," tutur Ali dan membuat Sarah tercengang.
"Apa?" Sarah membelalakkan matanya. Dia mengira kalau semua makanan ini Ruqoyah yang masak.
***