"Maafkan aku karena aku sudah mengkhianatimu, sayang," batin Kaisar.
Kaisar sangat kaget saat mengetahui dirinya sudah merenggut kesucian seorang gadis cantik yang tidak lain adalah anak dari pembantunya.
Kaisar mabuk berat, sehingga menganggap Luna sebagai istrinya. Padahal istrinya saat ini sedang terbaring koma di rumah sakit.
Masalah semakin pelik, saat mengetahui Luna mengandung anaknya dan bersamaan dengan sang istri sadar dari komanya.
Apa yang akan dilakukan Kaisar? Apakah dia akan menikahi Luna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Amukan Kai
Kai sampai di rumahnya, dia duduk di ruang tamu dengan memejamkan matanya dan sedikit memijat keningnya yang terasa berdenyut.
"Luna! buatkan aku kopi!" teriak Kai.
Saking cueknya dan tidak pernah memperdulikan Luna, Kai tidak tahu kalau Luna sudah pergi dari rumah itu.
Bi Surti segera membawakan kopi yang di minta oleh Kai.
"Ini Tuan, kopinya."
Kai membuka matanya dan mengerutkan keningnya. "Luna ke mana? kenapa Bibi yang buatkan kopi untukku?" tanya Kai.
"Luna sudah pergi dari rumah ini Tuan."
"Apa!"
Kai melotot mendengar jawaban dari Bi Surti. "Kapan dia pergi? kenapa dia tidak bilang kepadaku?" kesal Kai.
"Dua hari yang lalu saat Tuan berada di Amerika, Luna bilang dia sudah pamit kepada Nyonya Arini dan Tuan Mahaprana."
"Kenapa pamit kepada mereka? dia itu tinggal di sini bukan tinggal di rumah Mama dan Papa!" bentak Kai.
Bi Surti menundukkan kepalanya, tangannya bergetar saking takutnya mendapat bentakan dari Kai.
Kai bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar Luna, dia ingin memeriksa kamar Luna karena Kai masih belum percaya kalau Luna sudah pergi dari rumahnya.
Di saat Kai masuk ke dalam kamar Luna, kamar itu sudah sangat rapi. Kai membuka lemari pakaian Luna dan ternyata sudah tidak ada satu pun baju di sana. Kai terduduk di sisi ranjang dan melamun, dia melirik ke arah laci nakas dan membukanya.
Ternyata di sana ada buku harian Luna, rupanya Luna lupa membawa buku hariannya. Kai membawa buku itu dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Kai mulai membuka buku harian milik Luna dan membaca lembar demi lembar catatan Luna. Dada Kai mulai sesak, tangannya di kepalkan, bahkan rahangnya sudah mulai mengeras. Kai dengan cepat mengangkat kasur dan menemukan pil KB di sana.
"Brengsek kamu Medina, jadi selama ini kamu sudah menipuku dan aku dengan bodohnya mempercayai wanita ular sepertimu," geram Kai.
Kai melempar gelas yang ada di atas nakas, lalu melemparnya ke arah cermin. Seketika cermin itu pecah membuat Bi Surti kaget dan semakin ketakutan.
"Ya Allah, ada apa dengan Tuan Kai? kenapa dia begitu sangat marah?" gumam Bi Surti.
"Aaaaaarrrrrgggghhhh....brengsek kalian berdua, kalian sudah membuat aku menjadi manusia paling bodoh di dunia ini!" teriak Kai.
Di saat Kai sedang ngamuk, tiba-tiba Medina pulang dan langsung berlari masuk ke dalam kamarnya.
"Mas."
Medina sangat terkejut melihat keadaan kamar yang acak-acakan, Kai membalikan tubuhnya saat mendengar Medina masuk ke dalam kamarnya.
Kai dengan cepat menghampiri Medina dan tanpa aba-aba mencekik leher Medina membuat Medina meronta-ronta.
"Wanita menjijikan, jadi ini kelakuanmu saat aku tidak ada di rumah? aku sudah berusaha menjadikanmu Ratu dalam hatiku, tapi sekarang kamu sendiri yang memilih hidup menjadi gelandangan," geram Kai.
"Le-pas-kan, sa-kit."
Wajah Medina terlihat sangat pucat, bahkan saat ini dia sudah kehabisan napas. Kai pun melepaskan cekikannya dan Medina terkulai di atas lantai dengan napas yang tersengal-sengal.
"Mas, kamu mau membunuhku? terus anak yang ada dalam kandunganku bagaimana? bukanya selama ini Mas sangat menginginkan anak?" seru Medina.
Kai tersenyum sinis, lalu Kai melempar pil KB yang dia temukan di bawah kasur tepat di wajah Medina.
"Sungguh sempurna rencanamu, bahkan kamu pura-pura hamil supaya nanti kamu bisa mendapatkan sebagian hartaku lalu pergi menikah dengan Mark, begitu kan?" bentak Kai.
Medina menggelengkan kepalanya, dia bingung tahu darimana Kai masalah Medina yang pura-pura hamil.
"Pantas saja selama kita menikah bertahun-tahun, kamu belum hamil juga dan ternyata kamu meminum itu. Kamu benar-benar wanita yang sangat menjijikan!" sentak Kai.
Kai membuka lemari baju, dan melempar semua baju Medina membuat Medina panik dan memeluk kaki Kai.
"Mas, aku mohon jangan lakukan ini, jujur aku salah tapi aku mohon maafkan aku dan beri aku kesempatan. Semua ini adalah rencananya Mark, aku menyesal sudah mengikuti rencana dia," seru Medina dengan deraian airmata.
Medina memang menginginkan bercerai dengan Kai, tapi kalau rencananya untuk mendapatkan sebagian harta Kai belum tercapai, dia belum siap untuk harus hidup miskin juga.
"Aku menyesal sudah sangat jahat kepada Luna, bahkan Luna selama ini sudah mengetahui perselingkuhan kalian, tapi dia tidak memberitahukannya kepadaku. Kalian memang manusia-manusia yang tidak punya perasaan!" bentak Kai.
"Mas--"
"Pergi dari rumahku, dan kamu tunggu surat gugatan cerai dariku."
"Mas, aku mohon----"
"PERGI!"
Kai sudah sangat emosi, dia sudah tidak sudi lagi satu rumah bersama wanita ular seperti Medina.
Akhirnya dengan langkah gontai, Medina pun keluar dari kamar Kai dan pergi dari rumah itu. Tapi sebelum Medina benar-benar pergi, dia mencari Luna ke dapur terlebih dahulu.
"Bibi, mana Luna?" geram Medina.
"Tidak ada, Nyonya."
"Tidak ada? memangnya dia pergi ke mana?"
"Luna sudah tidak bekerja lagi di sini, dia sudah pulang ke kampung halamannya."
"Apa? kurang ajar, berani sekali dia pergi setelah mengacaukan semuanya. Dimana alamat rumah dia?"
"Saya tidak tahu, Nyonya."
"Jangan bohong kamu Bi, pasti kamu juga sudah sekongkol kan dengan dia."
"Sumpah demi Allah, saya tidak tahu di mana kampung halaman Luna," sahut Bi Surti ketakutan.
Medina semakin geram, dengan emosi memuncak akhirnya Medina pun memilih untuk pergi dari sana. Bi Surti hanya tahu Luna dan Bi Sum tinggal di kampung itu, tapi alamat lengkapnya dia sama sekali tidak tahu.