Menikahi Kakak Dari Calon Suamiku

Wanita paruh baya itu membaringkan tubuhnya di atas kasur sederhana dengan posisi menghadap dinding dan membelakangi pintu  kamarnya. Pikirannya melayang jauh, memikirkan seorang gadis yang kini menjadi tawanan dari bos barunya di tempat nya bekerja sebagai pelayan. Bukan serta merta keinginannya untuk wanita itu bekerja ditempatnya yang sekarang. Namun karna paksaan dari sang majikan yang memintanya untuk bekerja padanya dua hari sebelum penculikan Rea dilakukan.

Ya tepat dua hari sebelum penculikan Rea. Wanita paruh baya itu dijemput paksa oleh seorang pria muda yang telah menculik Rea. Pria muda itu mengancam akan menyakiti keluarganya terutama anaknya yang sedang sakit parah dan butuh banyak biaya pengobatan yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit yang dideritanya itu.

Pria muda itu berjanji akan membiayai semua pengobatan anaknya itu hingga sembuh asalkan wanita paruh baya  mau bekerja padanya. Yaitu bekerja sebagai seorang pelayan yang khusus melayani dan memastikan keadaan Rea aman. Entah apa motif dari penculikan yang ia lakukan itu. Karena setelah pria itu berhasil membawa Rea ke rumah mewahnya itu lelaki itu hanya membaringkannya di kamar miliknya tanpa melakukan apapun.

Setelahnya pria itu pergi entah kemana hingga sampai saat ini belum juga kembali lagi ke dalam rumahnya tersebut.

*

*

*

"Apa perkembangan terakhir dari hasil pencarian Rea?" tanya Firas kepada Leon.

"Belum ada titik terang Fir. Bahkan semua anak buahku sudah menyusuri hingga seluruh pelosok kampung di kota ini."

"Ijinkan aku ikut mencarinya kak," sela Daniel.

"Baiklah kau boleh membantuku mencarinya. tapi jangan kau beritahu dulu ayah dan ibu tentang masalah ini. Mereka pasti akan sangat khawatir mendengar berita ini terutama ibu yang begitu menyayanginya."

"Ya kak, aku janji."

Setelah mendapatkan ijin dari sang kakak Daniel bergegas pergi untuk membantu mencari keberadaan Rea.

Namun baru saja ia melangkahkan kakinya keluar dari gedung itu menuju mobilnya, kekasihnya yang bernama Sera itu sudah muncul seperti hantu saja.

"Sayang, apa kamu sudah akan pulang dari kantor?" tanya Sera pada kekasihnya itu.

Daniel hanya bingung, entah apa yang harus ia jawab. Tidak mungkin ia akan menjawab jika ia akan mencari Rea. Karena bisa - bisa Sera akan marah. Karna saat ini Daniel sedang malas berdebat dengan kekasihnya itu. Lalu dengan terpaksa ia berbohong pada Sera. Ia mengatakan jika ia akan pulang. Namun malah justru Sera mengajaknya untuk ke apartemennya dengan alasan ia sangat merindukannya. Demi menghindari perdebatan Daniel pun menyetujui ajakan Sera.

Di dalam apartemen.

Sera dan Daniel seperti biasa, mereka melakukan hubungan terlarangnya. Hubungan yang harusnya hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami istri.

Namun karna telah terbiasa itu membuat mereka melupakan larangan itu. Yang mereka tahu adalah puncak kenikmatan yang mereka rasakan itu membuatnya ingin terus mengulang.

Dengan hasrat yang menggebu diantara keduanya mereka kembali memadu kasih menyatukan hasrat laknat yang menguasai hati dan pikirannya masing.

Kini kedua insan itu telah berhasil memburu kenikmatan dalam bercinta.

"Kenapa rasanya kau sangat berbeda dari biasanya sayang?" tanya Daniel pada kekasihnya itu.

"Berbeda gimana sayang?"

"Ya lebih agresif saja."

"Memangnya biasanya aku tidak seperti itu?"

"Lebih agresif dari biasanya sayang."

"Menurutku biasa saja ."

"Sayang perutmu terlihat semakin membuncit. Aku akan bicara pada orang tuaku untuk segera menikahimu."

"Aku tidak mau ada ikatan pernikahan diantara kita."

"Apa maksudmu sayang? Aku sama sekali tidak mengerti. Bukankah harusnya kita menikah karna anak kita butuh identitas yang jelas."

"Tapi bukan dengan menikah Daniel. Aku tidak mau terikat pernikahan dengan siapapun. Kita bisa mengakui anak kita tanpa harus menikah. Pernikahan itu adalah hubungan yang sangat rumit menurutku."

"Kita harus menikah Sera! Aku tidak mau terus menerus berhubungan seperti suami istri tanpa adanya pernikahan diantara kita. Aku mau kita menjalani rumah tangga dengan sebaik mungkin. Aku janji akan membahagiakanmu dan juga anak kita. Apa kau tahu ibuku sangat menginginkan hadirnya seorang cucu. Aku yakin pasti mereka sangat bahagia mendengar kabar ini."

"Aku tidak mau Daniel. Aku belum siap untuk menikah!"

"Jika kau tidak mau aku menikahimu, kenapa kau memintaku untuk membatalkan pernikahanku dengan Laudrea. Kau memberitahuku tentang kehamilanmu satu hari sebelum pernikahanku. Untuk apa kau lakukan semua itu jika pada akhirnya kau tidak mau aku nikahi. Apa maksud semua ini Sera!" Emosi Daniel mulai naik.

"Aku memberitahumu tentang kehamilanku karna ini anakmu. Dan aku tidak mau kau terikat pernikahan dengan siapapun sementara aku telah mengandung anakmu."

"Jika seperti itu kenapa kau menolak untuk aku nikahi?"

"Karna aku tidak mau terikat pernikahan, kenapa kau tidak mengerti juga!" Sera mulai kesal terhadap Daniel yang terus saja memaksanya untuk menikah.

"Semua itu pasti ada alasannya. Katakan Sera!" Daniel berucap dengan begitu marah.

Baru kali ini ia bersikap kasar terhadap perempuan. Selama ini tidak pernah sekalipun ia membentak atau berbicara kasar terhadap perempuan. Sikapnya yang selalu lemah lembut itu tiba tiba saja menjadi kasar.

"Aow sakit." Sera memegang perutnya sambil mengaduh kesakitan.

"Sera, kau baik baik saja? Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu."

"Perutku kram. Tolong ambilkan aku air hangat saja!"

Daniel berlari ke dapur untuk mengambilkan air hangat yang diminta Sera.

"Ini sayang, minum dulu air hangatnya." Daniel menyodorkan segelas air hangat kepada Sera

Bukan kau yang aku inginkan memperlakukanku sehangat ini padaku Daniel. Sebenernya aku sama sekali tidak perduli atas perlakuanmu padaku. Aku hanya menuruti keinginan kekasihku untuk menghancurkan keluargamu. Tapi semua percuma. Aku menghancurkan pernikahanmu untuk merusak reputasi keluargamu, tapi nyatanya Firas menikahi Rea untuk menggantikanmu.

"Apa sudah sudah lebih baik?"

Pertanyaan Daniel membuyarkan lamunan Sera.

"Ya." Sera mengangguk lalu meletakan gelas nya di atas meja seraya bangkit dari duduknya menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

Sementara Daniel terus memikirkan penolakan Sera. Ia sama sekali tak abis pikir dengan keinginan Sera yang tak mau terikat pernikahan dengannya. Jika memang Sera tidak menginginkan pernikahan kenapa ia memintanya untuk membatalkan pernikahannya dengan Rea. Kepala Daniel berdenyut nyeri memikirkan penolakan Sera. Padahal harusnya Sera akan merasa senang jika mereka akan menikah karna anak yang ada didalam perutnya harus mempunyai identitas yang jelas.

Aku harus mencari tau , apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Sera menolak menikah denganku.

Daniel menyambar kunci mobilnya lalu bergegas keluar dari apartemen Sera tanpa berpamitan.

Daniel memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Didalam mobil kini ia teringat tentang Rea yang sampai sekarang belum juga ada titik terang tentang keberadaannya.

Satu nama yang terlintas dalam otaknya yaitu Rama. Ya hanya Rama yang bisa membantunya. Ia pun memasang ear phone lalu menghubungi nomor Rama. Satu satunya teman yang paling dekat dengannya saat ini.

"Halo bro."

"Ya Bro. Ada apa?"

"Rea diculik apa kau sudah dapat kabar?"

"Ya. Nilam sudah memberitahuku tentang itu."

Rama berkata dengan begitu tenang. Membuat Daniel mengerutkan keningnya heran. Biasanya ia paling antusias jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Rea. Tapi kali ini ia bersikap dengan begitu tenang.

Ya Daniel tau, jika Rama mencintai Rea sejak dulu. Namun karna pertemanan yang mereka jalin membuat Rama menyimpannya rasa cintanya itu didalam hatinya. Namun jika ia mendengar berita buruk tentang Rea , ia pasti akan sangat merasa khawatir.

"Kau tidak khawatir?" tanya Daniel.

"Untuk apa, dia sudah bersuami. Biarkan suaminya yang bertanggung jawab. Kasih tau suaminya jika ia tidak bisa menjaga istrinya jangan salahkan aku jika aku akan merebutnya. Aku sudah cukup mengalah denganmu Daniel. Membiarkan dia bahagia denganmu. Tapi nyatanya, kau meninggalkannya dihari pernikahan kalian. Jika saat ini suaminya pun tak bisa menghargainya. Biar aku yang akan menjaga dengan segenap jiwa dan ragaku."

Lalu Rama memutuskan panggilan telponnya sepihak.

.

.

.

BERSAMBUNG