ANAK GENIUSKU

Margot Evans melangkah jauh dari Lee Ryder.

Menundukkan kepalanya sebentar seraya menahan nafasnya.

Diam berdiri tepat di depan pintu ruangan kantor. Dan tangannya meraih pegangan pintu ruangan kerja seraya menolehkan kepalanya.

''Aku tidak akan memenuhi permintaanmu itu, meski kamu telah membayarku setengah milyar bukan berarti aku akan menuruti keinginanmu'', kata Margot.

Margot menatap Lee Ryder dengan sendu.

''Aku dibayar bukan untuk tidur bersamamu, Lee Ryder... Tapi karena aku memang menginginkan pekerjaan ini untuk Aaron Lee'', ucap Margot.

''Margot..., b--bukan seperti itu maksudku...'', sahut Lee Ryder.

''Maafkan aku, Lee Ryder !'', ucap Margot.

Pada saat Lee Ryder hendak mendekat ke arah Margot.

Gadis cantik itu dengan cepat membuka pintu ruangan kantor yang ada di rumah Lee Ryder lalu keluar berjalan pergi.

Meninggalkan Lee Ryder yang mematung di ruangan itu.

''Margot !", panggil Lee Ryder.

Namun, Margot tidak kembali ke ruangan itu dan pergi meninggalkan Lee Ryder sendirian disana.

"Margot Evans !", panggil Lee Ryder setengah berlari.

Lee Ryder menyusul Margot yang sudah tak terlihat lagi keberadaannya di rumah itu.

Pikiran Lee Ryder langsung ke lantai atas rumahnya.

"Kemana dia ?", gumam Lee Ryder.

Pria tampan itu berlari menaiki anak-anak tangga menuju lantai atas.

''Margot !'', panggil Lee Ryder berulang.

Berjalan melewati koridor ruangan yang panjang menuju kamar.

Ketika dia melangkah ke kamar Aaron Lee.

Terdengar suara dari dalam kamar bocah lima tahun itu.

''Kenapa kamu menangis ?'', suara Aaron Lee.

Tidak ada jawaban.

Lee Ryder melangkah mendekat ke pintu ruangan kamar sambil mendekatkan daun telinganya.

''Ada apa ? Siapa yang membuatmu menangis ?'', ucap Aaron Lee.

Masih tidak ada jawaban.

Lee Ryder semakin merapatkan telinganya ke daun pintu kamar.

Mencoba mencuri dengar pembicaraan yang ada di kamar putranya.

''Katakanlah ! Dan jangan menangis terus, Margot !'', ucap Aaron Lee.

Tidak terdengar suara jawaban.

Lee Ryder tersentak kaget ketika dia tahu Margot pergi ke kamar Aaron Lee.

"Menangis...",

Batin Lee Ryder saat dia mencuri dengar dari balik pintu kamar.

"Apa dia benar-benar marah padaku ?"

Gumam Lee Ryder dalam hatinya, mengingat perbuatannya pada Margot tadi.

''Margot..., berhentilah menangis !'', suara Aaron Lee.

Nada suara Aaron Lee yang masih cadel terdengar dari arah luar kamar.

Lee Ryder bermaksud masuk ke dalam kamar Aaron Lee tapi dia mengurungkannya saat dia mendengar suara seorang gadis menjawab ucapan bocah kecil itu.

''Tidak apa-apa, Aaron Lee...''

Suara perempuan menyahut ucapan Aaron Lee.

''Benarkah, Margot ?'', tanya Aaron Lee.

''Iya, aku baik-baik saja hanya tadi aku sedikit kesal pada seseorang yang memintaku sesuatu yang tidak mungkin aku turuti'', sahut Margot.

''Kamu darimana tadi ?'', kata Aaron Lee.

''Apakah kamu mencariku ?'', tanya Margot.

''Aku tadi ke ruangan kerja ayah dan menanyakan pada ayah tentangmu tapi ayah tidak tahu kamu dimana, Margot'', sahut Aaron Lee.

''Maaf, aku tadi bertemu seseorang untuk membicarakan liburan'', kata Margot.

''Apakah kau akan pergi liburan, Margot ?'', tanya Aaron Lee.

''Tidak...'', sahut Margot Evans.

''Lalu siapa yang akan pergi liburan ?'', tanya bocah lima tahun itu.

''Kita bertiga...'', jawab Margot.

''Woah !!! Kita bertiga liburan !!!", pekik Aaron Lee.

''Ayahmu telah setuju kalau kita akan pergi liburan'', ucap Margot.

''Liburan ! Asyik !'', seru bocah lima tahun itu senang.

''Apakah kamu suka mendengar kita akan pergi berlibur ?'', kata Margot.

Suara Margot mulai ceria saat dia mengajak bicara Aaron Lee.

''Aku suka ! Suka ! Suka sekali !'', seru Aaron Lee.

''Besok kita akan pergi berlibur'', sahut Margot.

''Iyaaa !!!'', teriak bocah lima tahun itu.

Suara tawa mulai terdengar dari dalam kamar membuat Lee Ryder bernafas lega.

Lee Ryder menyadari jika pendekatannya kepada Margot terlalu cepat dan seakan-akan memaksa gadis muda itu untuk menerimanya.

Mungkin Margot Evans ketakutan karena hal itu sebab gadis itu masih terlalu dini untuk memahami sebuah hubungan serius apalagi menerima semua cinta Lee Ryder yang terkesan memaksanya.

Lee Ryder menghela nafas panjang seraya melepaskan pegangan tangannya dari ganggang pintu.

Senyum tersungging di wajah pria tampan itu lalu dia melangkah pergi.

Gelak tawa terdengar riang dari arah kamar Aaron Lee.

Sayup-sayup suara dari Aaron Lee dan Margot tengah berbincang-bincang.

Lee Ryder sendiri telah melangkah jauh menuruni tangga menuju kembali ke ruangan kerjanya.

Saat dia melewati kamar tamu yang sekarang diperuntukkan buat Margot Evans tinggal.

Lee Ryder menghentikan langkah kakinya seraya menoleh pelan ke arah kamar tamu.

"Tapi aku telah bertekad akan memilikimu, Margot dan aku tidak akan menyerah", ucap Lee Ryder.

Pria maskulin itu lalu berjalan masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Pikiran Lee Ryder tidak teringat dengan kamar tamu yang letaknya dekat ruang kerjanya saat itu.

Dia hanya mengingat kamar Aaron Lee karena menurutnya Margot pasti akan pergi kesana.

Tidak ada lagi suara gaduh terdengar dari dalam ruang kerja Lee Ryder.

Hanya suasana yang kembali tentram di sekitar ruangan kerja miliknya yang tampak sepi.

Beberapa saat setelah kembali dari kamar Aaron Lee.

Margot Evans memutuskan untuk kembali ke kamarnya yang terletak di lantai bawah dekat ruang kerja Lee Ryder.

Dia bermaksud pulang ke rumah besar malam itu juga.

Margot menginginkan untuk menenangkan dirinya sesaat dari perhatian Lee Ryder padanya.

"Aku pergi ke kamarku dulu, Aaron Lee", kata Margot.

Saat dia hendak keluar kamar.

"Jangan pulang, Margot !", kata Aaron Lee.

"Tapi aku harus kembali ke rumah besar karena kakek Won Shik Lee akan mencariku", sahut Margot.

Margot Evans melangkah keluar dari kamar Aaron Lee.

"Ayolah, Margot !", rengek bocah kecil itu.

Aaron Lee memegangi rok bawahan Margot Evans dengan menatapnya memohon.

"Tetaplah di rumah ini bersamaku !", pinta Aaron Lee.

"Aaron Lee...", sahut Margot.

"Aku mohon ! Margot !", rengek Aaron Lee.

"Oh, sayang...", jawab Margot bingung.

"Aku merasa takut tapi aku tidak tahu kenapa itu terjadi padaku, Margot", kata Aaron Lee.

"Aaron Lee...", ucap gadis cantik itu.

"Aku merasa sangat gelisah tapi aku tidak mengerti apa penyebabnya...", lanjut bocah lima tahun itu.

"Apa kamu merasa tidak enak badan ?", tanya Margot pada bocah kecil itu.

"Entahlah, Margot !", jawab Aaron Lee.

"Bagaimana kalau aku menemanimu tidur malam ini ?", kata Margot.

Margot berdiri di depan pintu masuk menghadap Aaron Lee.

Dia berjalan kembali ke arah Aaron Lee yang berdiri sambil memegang boneka Dinosaurus miliknya.

Menatap Margot Evans dengan mata berkaca-kaca.

''Benarkah itu ?'', tanya Aaron Lee.

Raut wajah bocah lima tahun itu langsung berubah ceria.

''Iya, aku akan tidur malam ini disini bersamamu'', sahut Margot.

Aaron Lee menatap malu-malu ke arah Margot Evans.

Gadis muda itu menganggukkan kepalanya pelan seraya merentangkan kedua tangannya ke arah Aaron Lee.

''Kemarilah ! Peluk aku !'', kata Margot.

Aaron Lee melangkah kecil menghampiri Margot yang duduk berlutut di atas lantai kamar.

''Asyik !!!'', seru senang Aaron Lee.

Aaron Lee berhamburan ke dalam pelukan Margot Evans seraya tersenyum senang.

Keduanya saling berpelukan bahagia kemudian Margot menggendong bocah lima tahun itu.

''Kita akan liburan !'', pekik Margot Evans.

Gadis cantik itu memutar tubuhnya sambil menggendong Aaron Lee.

Tertawa bersama-sama dengan hati riang.

''Asyik ! Kita pergi liburan !!!'', teriak Aaron Lee.

''Hore ! Hore !'', sahut Margot.

Mereka berdua tertawa lepas di dalam kamar tidur milik Aaron Lee.

Suara tawa mereka terdengar cukup keras hingga ke lantai bawah rumah.