Tuan Tiada Tanding

Bella langsung berjalan sedikit berlari ke arah kamar mandi dengan wajah memerah menahan malu.

Sementara baik dika, sutopo, maupun, Aji sama sekali tidak menertawakan bella sebab kejadian seperti itu sangat wajar bahkan rasa rasanya mereka bertiga hampir saja ngompol.

***

Singkat kata singkat cerita Author males nulis segmen Aji, intinya Aji minta maaf dan masalah selesai, walaupun Arjuna heran mengapa Aji yang minta maaf bukan dirinya.

Namun adegan tersebut skip saja, kita langsung ganti segmen terbaru. Selamat membaca dan semoga suka.

***

Ketika pagi menjelang siang sebuah mobil tiba di depan halaman toko barang antik arjuna. Seorang pria paruh baya namun kurus keluar dari mobil tersebut.

Pria itu terperanjat kaget ketika hendak membuka pintu dan langsung di sambut dengan boneka anak kecil yang membawa pisau.

"Waduh..." ucap pria itu dengan gelisah.

Namun karena pria paruh baya itu sama sekali tidak memiliki niat buruk kepada Arjuna maupun toko barang antik ini, membuat Pria paruh baya itu sama sekali tidak merasakan kesan horor apapun maksimal cuma kaget saja karena bisa-bisanya Tuan Arjuna menggantung boneka seperti ini di depan pintu.

Pria paruh baya ini datang dengan niat yang baik, yaitu membeli salah satu barang rongsok ah barang antik yang ada di toko ini.

"Permisi..." ucap pria itu sambil memasuki toko barang antik itu.

Arjuna menatap pembeli ini dengan sedikit kaget, bukan kaget karena tampan pria ini yang kurus, namun karena sekian purnama, akhirnya ada pembeli yang datang ke tempat ini.

Dengan ekspresi semangat Arjuna berucap, "selamat datang pak!"

Pria paruh baya yang tampak kurus itu tersenyum ke atah Arjuna dan berucap, "hehe, pak Arjuna kita bertemu lagi..." ucapnya.

Arjuna menatap pria itu dengan sedikit kaget, "lah? Anda sudah pernah kemari?" Tanya Arjuna dengan kaget ia mencoba mengingat kembali siapa orang di depannya.

"Saya sumarsono pak Arjuna, saya dulu teman bapak anda yang setahun lalu datang ke tempat ini dan ingin membeli mustika condrokinasih..."

"Ah! Kamu pak sumarsono temannya bapak, mengapa anda jadi sekurus ini, pak?" Tanya Arjuna dengan kaget.

Orang ini sudah pernah datang ke tokonya setahun yang lalu, Arjuna tahu bahwa dia adalah teman bapaknya waktu kecil, ketika dia datang bentuk tubuh orang ini sangat gemuk, dan sangat menyedihkan. Namun siapa sangka, setelah setahun berlalu orang gemuk ini langsung berubah menjadi orang yang sangat kurus.

Ini benar benar hal yang sangat mengangetkan bagi Arjuna.

"Hehe, benar pak!" Ucap Sumarsono sambil menggaruk kepalanya.

Setahun yang lalu Sumarsono tahu toko barang antik ini dari darno yang merupakan ayah dari Arjuna, dalam deskripsi darno barang barang yang di jual di toko ini hanyalah brang brang biasa dan sampah tidak berguna.

Namun setelah darno menceritakan tentang Arjuna yang kecewa karena kedua orang tuanya berpisah, sumarsono merasa iba dan mencoba mengangkat Arjuna sebagai anak angkatnya. Namun siapa sangka begitu sumarsono tiba di tempat ini Sumarsono mendapati fakta yang sangat di luar logika, ternyata anaknya darno adalah Tuan Tiada Tanding dan semua barang yang di jualnya bukanlah barang barang sampah, melainkan pusaka dan artefak langka.

Dari kunjungannya ke toko Barang Antik Arjuna itu juga Sumarsono yang notabennya bukan orang biasa, merasa tertarik dengan salah satu barang antik yaitu mustika condrokinasih.

Sebuah mustika berwarna jingga yang sangat indah bak seperti langit senja itu sendiri.

Pada saat ini Arjuna menjual mustika tersebut dengan harga 300jt rupiah, sumarsono sangat bersemangat dan ingin segera membayar uang mahar tersebut, namun sayang sekali sebelum Sumarsono mengutarakan niatnya yang ingin membeli mustika tersebut, sumarsono mendengar celetukan Arjuna.

"Mustika ini sama sekali tidak layak untukmu.." setelah mengucapkan hal itu sumarsono langsung melihat semua barang barang antik yang ada di toko itu langsung bereaksi, mereka seolah hidup dan bersiap untuk membunuh sumarsono.

Sementara mengapa Arjuna memamerkan mustika condrokinasihnya? Serta meminta mahar yang tinggi, ya mungkin bagi Arjuna tinggi, lalu mengapa Arjuna mengatakan bahwa sumarsono sama sekali tidak layak untuk memilikinya? Itu karena tingkat congkak sumarsono yang merupakan orang kaya, seolah dia bisa menginjak semuanya termasuk dirinya.

Selepas bertemu dengan anak temannya sumarsono langsung menyendiri di hutan dan merenung, mencoba untuk berfikir mengapa dia tidak layak memegang mustika condrokinasih tersebut.

Dia mencoba untuk bertapa dan berpuasa mencoba untuk membersihkan hatinya yang kotor dan di penuhi dengan rasa congkak hingga akhirnya dia sekurus ini.

Baik Arjuna dan sumarsono duduk di sofa.

"Pak Arjuna, saya datang ke sini untuk membeli mustika condrokinasih. Saya sudah memperbaiki diri, izinkan saya memiliki mustika tersebut." Ucap Sumarsono dengan sopan.

Arjuna langsung terdiam mendengar hal ini, awalnya Arjuna mengucapkan bahwa sumarsono tidak layak karena melihat sikapnya yang kurang bagus, memaksa dirinya untuk mau menjadi anak angkatnya.

"Waduh, uang tiga ratus juta yang lalu sebenarnya hanyalah gertakan. Mana mungkin batu akuarium harganya bisa sebesar itu?" Gumam Arjuna dalam hatinya.

Tepat ketika Arjuna ingin menjelaskan bahwa harga tidak masuk akal setahun yang lalu bukanlah harga yang sebenarnya, tiba tiba sumarsono langsung berucap, "saya telah menyiapkan tiga ratus juta, tolong izinkan saya memiliki mustika condrokinasih itu, pak.." ucap Sumarsono dengan rendah hati.

Arjuna langsung merenung, tidak ia sangka bahwa Sumarsono datang dan ingin membeli tanpa menawar terlebih dahulu.

Tiga ratus juta bagi Arjuna adalah jumlah uang yang sangat luar biasa. Pada saat ini Arjuna dalam dilema, apakah dia harus mengatakan harga sebenarnya dari batu akuarium itu atau menerima uang tiga ratus juta itu?

"Ah, namanya uang jangan di tolak!" Ucap Arjuna dalam hatinya, "salah sendiri dulu orang ini datang dan langsung memaksaku menjadia anak angkatnya mentang mentang dia orang kaya."

Arjuna memilih untuk menerima uang tiga ratus juta itu, alih alih mengucapkan harga sebenarnya dari baru akuarium itu.

Arjuna menahan ekspresi bahagianya, tentu saja Arjuna tidak boleh terlalu bahagia, sebab akan menimbulkan kecurigaan bagi sumarsono.

"Baik pak, akan saya ambilkan uangnya di mobil.." ucap sumarsono.

Arjuna juga berdiri, menuju ke akuarium ikan hiasnya yang dia taruh di kamarnya, kemudian mengambil sebuah batu berwarna jingga di dalam akuarium tersebut, Arjuna kemudian mengelapnya sampai kering lalu memasukannya ke dalam sebuah kotak kayu.

"Hehe, tidak kusangka batu akuarium seperti ini akan laku dengan sangat mahal!" Batinnya.