NovelToon NovelToon
KETOAS ALAY DAN BAD BOY

KETOAS ALAY DAN BAD BOY

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Ketos / Balas Dendam
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ayinos SIANIPAR

KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 25

KETOS ALAY DAN BAD BOY - Kelemahanku Adalah Tangisku

"Lo kenapa nangis?" tanya Farel sembari melap air mata milik gadis mungil itu.

"Gue enggak nangis kok, gue enggak apa-apa, dan soal kemarin gue minta maaf, oke, sekarang lo bisa lepasin gue," ucap Nifa pada Farel sembari menepis tangan Farel dari pipinya dan melap air matanya sendiri dengan gusar.

Untung saja mereka sudah di tempat yang sepi, jadi tidak ada yang melihat adegan ini.

"Lo bilang lo enggak nangis? Jadi ini apa?" ujar Farel menatap Hanifa.

"Gue enggak apa-apa." Hanifa tetap berusaha denial.

"Lo kenapa sih akhir-akhir ini? Lo berubah tahu!" ujar Farel to the point.

"Gue enggak ada berubah kok, Rel, lo saja yang berubah, lo saja yang tiba-tiba perhatian sama orang," ucap Nifa dengan lantang.

"Iya gue berubah semenjak gue suka sama lo, semenjak rasa di hati gue tiba-tiba dicuri lo, Nif," batin Farel dalam hatinya. Pria itu menatap Hanifa bingung mau bilang apa.

"Tolong biarkan aku sendiri, Rel," ujar Hanifa mendorong badan kekar milik pria yang dia kejar-kejar itu.

"Gue mau menemani lo saja saat ini," ujar Farel menolak. Bahkan tubuh Hanifa tidak bisa mendorong badan kekar Farel.

"Gue mau ke kantin sekarang, mendingan lo pergi deh, sebelum ada orang yang melihat kita berdua," ujar Hanifa pasrah mendorong badan pria itu. Tetap saja nihil hasilnya. Dia sangat kuat.

"Memangnya kenapa kalau ada yang lihat kita berdua?" tanya Farel mengerutkan alisnya.

"Yah, pastinya lo malu karena nama lo itu bakalan tercemar atas berita-berita kedekatan kita," ujar Hanifa kesal.

"Lo apaan sih, Nif, gue enggak perlu malu kali!" ujar Farel kesal melihat sikap Hanifa.

"Lo bilang enggak perlu malu? Sudahlah, Rel, enggak usah bersandiwara, bukannya dulu lo ngomong kayak gitu? Tapi kenapa sekarang lo jadi gini?" ujar Hanifa yang kesal melihat sifat Farel yang susah dibilangi.

"Nif, gue tahu lo kenapa kayak gini, lo marah gara-gara gue bilang tadi kita cuma tidur sebagai teman ya?" ujar Farel mulai berpikir keras. Yang dipikiran Farel hanyalah, kenapa gadis ini berubah sekali.

"Enggak kok, memang kita cuma sebagai teman, kan?" jawab Hanifa ketus.

"Nif, lo berubah, dan kenapa lo semalam ninggalin gue di kamar? Lo belum jawab," ujar Farel kesal menatap gadis itu.

"Gue enggak apa-apa, Rel!" ujar Hanifa yang masih berbohong.

"Gue tahu lo itu bohong."

"Sudah dulu ya, Rel, gue mau nanya tentang rapat OSIS, rapat makres."

"Makres dipercepat, kayaknya pun makres hari ini atau besok," ujar Farel menjawab. Tahu dari mana pria ini? Menyebalkan.

"Maksud lo?"

"Nanti ada pengumuman kok, dan setahu gue makres diadakan di hotel milik bokap gue, enggak di sekolah," ujar Farel menjelaskan ke gadis itu. Hanifa memutar bola matanya dengan malas, jadi pria ini tahu dari bokapnya? Tapi kenapa tanpa seizin ketua OSIS?

"Ohhh, lo tahu dari mana?" tanya Hanifa memastikan dari mana info yang dia dapat.

"Sudah dengar saja pengumumannya nanti, lo itu hanya sama gue saja di siang hari ini, kita di sini saja, enggak usah masuk kelas," ujar Farel tersenyum ke Hanifa.

"Maksud lo bolos?" ujar Hanifa kesal.

"Ya begitulah, satu hari saja kok," ujar Farel ke Hanifa.

"Lo apa-apaan sih, Rel, gue enggak bisa gue harus pergi!" ujar Hanifa kesal, tentu mana mau gadis itu menyia-nyiakan waktunya.

"Ya sudah hapus dulu air matanya, dari tadi pipi lo basah." Farel pun melap lembut air mata Hanifa yang ada di pipi gadis mungil itu, namun tangannya ditepis oleh Nifa.

"Makasih, Rel, gue pergi dulu ya," ucap Nifa bergegas pergi.

Sebenarnya Nifa ingin sekali berlama-lamaan dengan Farel, tapi dia takut tiba-tiba dia mimisan. Farel yang ditinggalkan merasa kesal, dia sudah enggan mengejar-ngejar Hanifa. Ya elah, Rel, baru begitu saja, lo sudah nyerah. Dasar bad boy.

"Nifa di mana ya? Apa dia lagi di kamar mandi?" gumam Sarah yang takut dengan keadaan Nifa. Sarah yang hendak mencari Nifa pun keluar kelas, namun baru saja gadis itu melangkah di depan kelas, dia langsung menemukan Hanifa. Hanifa yang tadinya ingin menuju kantin malah balik ke kelas lagi untuk mengajak Sarah.

Nifa pun masuk ke kelas, dan Nifa pun langsung duduk mengambil posisi tidur dengan tenang. Sarah yang memperhatikannya langsung menanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya.

"Nifa, kepala lo sakit lagi ya?" tanya Sarah dengan sangat pelan-pelan.

"Hmm."

"Soal tawaran nyokap gue gimana?"

"Gue besok sore berangkat langsung sama nyokap lo."

"Lo serius?"

"Gue sudah mikir panjang, Sar."

"Semangat ya gue dukung, soal makres lo ikhlaskan saja ya, mungkin lo memang ingin banget ikut tapi kesehatan lo lebih penting," ujar Sarah lembut sembari memegang tangan Hanifa seakan-akan gadis itu sedang memberi energi yang positif untuk sahabatnya.

"Iya, mungkin kalau lama lagi dibuat gue akan pergi dan enggak berharap sama acara itu lagi," ucap Nifa pada Sarah.

"Gue sudah anggap lo itu saudara gue," ujar Sarah sembari mengeratkan tangannya menempel ke tangan Hanifa.

"Makasih, Sar, gue berharap kita bisa berjumpa dengan senyuman yang indah."

"Nifa, lo ngomong apaan sih? Gue yakin kok kalau lo itu bisa."

"Amin, semoga saja terjadi," ujar Hanifa berharap. Gadis itu berharap penuh, karena sakitnya juga belum separah itu, namun tadi pagi dia tersadar bahwa rambutnya sudah mulai rontok. Hanifa enggan mengajak Sarah untuk ke kantin, dia merasa kepalanya sangat pusing jadi dia memilih untuk istirahat di kelas.

Bel pulang sudah berbunyi, yang biasanya siswa dan siswi langsung pulang, kini berbeda dengan hari ini, mereka semua disuruh berbaris di lapangan.

"Tumben banget sih kita baris kayak gini, biasanya juga langsung pulang," ucap Sarah menggerutu, sedangkan Hanifa sibuk dengan pikirannya. Dia bingung, apakah dia bisa ikut baris atau tidak, dia takut pingsan dan merusak suasana.

"Gue juga enggak tahu, Nif, kenapa tiba-tiba kayak gini, mungkin ada pengumuman," ujar Nifa menanggapi sahabatnya. Walaupun dibenaknya sedang berisik, namun dia tetap meladeni ucapan Sarah. Nifa juga ingat dengan ucapan Farel, tapi dia tidak terlalu yakin dan tidak mau langsung menyatakan hal itu, dia takut nantinya Sarah kecewa karena informasi yang disampaikannya salah.

"Hai," sapa Farel tiba-tiba muncul dan membuat Nifa dan Sarah terkejut.

"Eh, Farel? Lo ngapain di sini? Kelas lo sama kelas gue barisannya kan jauh?" ucap Nifa terkejut melihat kehadiran pria itu.

"Enggak, gue cuma mau lihat lo saja kok, soalnya lo lemas banget," ucap Farel dengan wajahnya yang datar, lalu nyelip-nyelip ke barisan orang untuk lewat ke barisannya semula, yaitu barisan di kelasnya. Hati Nifa terasa berdebar-debar. Namun seketika hatinya kembali hancur saat dia melihat Farel yang menatap Silvi. Kenapa harus Silvi? Silvi? Silvi sih di hatinya. Sadar dong, Rel, kalau Nifa itu sayang sama lo.

"Hmmm, baru hatinya berdebar sudah hancur lagi dibuat tuh anak, kenapa sih harus dia saja yang buat hati lo itu hancur, Nifa? Gue bingung banget deh sama kehidupan lo," dumel Sarah ke Nifa, yang sudah bosan dengan semuanya, rasanya ia kesal dengan semuanya. Tapi tidak secepat itu membuat hati orang itu berubah.

"Iya, anak-anak, mungkin kalian pasti bertanya-tanya sama hari ini, kenapa tiba-tiba baris seperti ini kan? Di sini Bapak ingin menyampaikan tentang deadline-nya makres kita," ucap Pak Beni selaku kepala sekolah di SMA itu.

"Jadi kami telah menyepakati semuanya, kalau makres akan diadakan besok malam, di Hotel Hodindo milik papanya Farel, tepat pukul tujuh malam," ucap Pak Beni menjelaskan. Nifa dan Sarah langsung tersenyum-senyum senang, sungguh dia tak menyangka, bahwa ia akan mengadakan makres di sekolahnya. Bahkan alam pun menyetujui Hanifa untuk hadir. Sungguh luar biasa.

Namun Sarah dan Hanifa juga bingung kenapa tanpa seizin OSIS? Padahal kan OSIS sendiri belum menentukan tanggal, hanya memikirkan dilakukan saat bulan Januari dan mereka hanya mengajukan acara dan pelaku acara makres ke pihak sekolah beberapa hari lalu.

"Apa ada pertanyaan?" tanya Kepala Sekolah itu kepada siswa dan siswi yang ada di situ.

"Pak, kenapa tiba-tiba sekali, Pak, saja yang dikumpulkan, Pak?"

"Karena itu keputusan oleh seseorang yang berharga sekolah kita, dan setelah dilihat juga persiapan OSIS sudah matang, Bapak rasa."

"Masih ada pertanyaan?" ujar Bapak tersebut memastikan muridnya tidak ada yang dibingungkan lagi.

"Siap, tidak!" ucap semua siswa/i tersebut dengan serentak.

"Ya sudah semuanya kalau gitu mari kita akhiri kegiatan kita dengan berdoa." Dengan senang hati Nifa pun mengucapkan syukur kepada Tuhannya atas apa yang telah diberikannya padanya, ini sungguh sangat menyenangkan baginya.

1
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 🥰
Petrichor_petc 🌧️🍃
aku suka💓
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 🥰
Blue Angel
hadiiir kak
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍🥰
Elisabeth Ratna Susanti
like 🥰
Elisabeth Ratna Susanti
keren 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
seru part ini good job Thor ♥️
Avalee
Emang bodoh, lagian lu jadi cowok kasar bgt, tabok nih? 👊🏻
Avalee
Lucu bgt confess langsung dong 😍😍
Avalee
Awas, ntar falling in love nyahoo lu wkkkk
Avalee
Muak bgt ama ulerrr, tukang nikung lagi 🫵🏻😌
Blue Angel
hadiiir Kaka
Heldawati Sianipar
kisah sendiri ini ya?
Heldawati Sianipar
sangat bagus dan tidak bosan untuk membaca Bu ya
SONIYA SIANIPAR
luar biasa
SONIYA SIANIPAR
keren
Blue Angel
salam kak
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!