Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
🌷Happy Reading🌷
Suasana tegang menyelimuti ruang tamu rumah Kian Oliver, ia begitu marah kepada anak buahnya karena lalai menjalankan tugas untuk menjaga sang istri.
"Cari tika sampai dapat atau kalian yang akan ku tembak mati." Ujar Kian, tangannya mengepal kuat, jantungnya berdegup kencang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sepuluh orang anak buah yang berdiri gemetar itu berjalan mundur dengan wajah ketakutan, mereka langsung berlari masuk kedalam mobil.
Kian menghubungi banjamin dan yang lainnya memberitahukan jika tika telah diculik oleh orang yang tak dikenal, wajah pria itu menampakan kekhawatiran yang mendalam terhadap keselamatan sang istri.
Ia begitu pusing, sampai saat ini pun clarissa belum ketemu juga, entah kemana anaknya itu dibawa.
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman rumah besar kian oliver, banjamin, wijaya dan yang lainnya memasuki rumah dengan wajah panik.
"Kian, apakah tika sudah diketahui keberadaannya?" Tanya Banjamin.
Kian menggeleng lemah."Belum, aku udah mengarahkan seluruh anak buahku untuk mencari tika, semoga saja istriku cepat ketemu."
Banjamin, wijaya, gilang, dan edward pun mengarahkan anak buah mereka untuk mencari keberadaan tika.
*****
Ayunda, mbak dania dan rahendra menyeret kasar koper besar tersebut membawanya memasuki ruangan tempat clarissa berada.
"Lepaskan aku brengsek."
Baru saja pintu dibuka lebar, clarissa sudah berteriak nyaring, kondisi wanita itu sungguh memperihatinkan. Luka tusuk dipahanya sudah membusuh dan menimbulkan aroma tak sedap, badan yang bagus bagaikan model itu pun sudah menjadi kurus. Sungguh kondisi clarissa saat ini sangat mengerikan.
Koper yang mereka bawa diletakan dilantai, ayunda membuka koper itu ternyata nyonya tika sudah pingsan, wajahnya membiru karena kekurangan oksigen untung saja wanita itu masih bernapas.
Dengan kasar ayunda menyeret tangan nyonya tika membuat wanita yang tadi pingsan itu tersentak bangun.
"Aaaaaaa" Nyonya tika berteriak ketakutan, tanpa menunggu lama lagi ayunda langsung mengikat tubuh lemah itu di kursi.
Clarissa yang mengenali suara itu langsung saja menoleh kearah sampingnya, ia membelalakan mata saat melihat mamanya ternyata diculik juga.
"Dasar biadap kalian, tidak punya hati." Teriak Clarissa.
Mbak dania dan ayunda yang tak terima dikatai biadap dan tidak punya hati langsung saja menampar kedua pipi clarissa dengan keras sampai berdarah.
PLAKK
PLAKK
Suara nyaring memenuhi ruangan tak terlalu besar itu, tamparan tersebut langsung saja membuat pipi clarissa bengkak dan lebam.
"Clarissa, anakku sayang." Seru Nyonya Tika yang melihat anaknya di tampar dengan keras.
"Hahahahaha." Tiba-tiba saja ayunda tertawa keras sampai airnya matanya keluar.
"Ucapkan salam perpisahan sebelum anak bangsat mu ini aku penggal." Ujar Ayunda dengan seringai tipisnya.
"Jangann!! Jangan bunuh anakkuu!!" Melas Nyonya Tika, sedangkan Clarisaa menggigil ketakutan saat mendengar kata 'bunuh'.
Ayunda tak mengubris permohon itu, ia langsung saja mengasah pisau agar semakin tajam.
Srekk srekk srekk
Setelah memastikan pisau sudah tajam, ayunda langsung berdiri tepat di depan kursi clarissa, matanya menatap dingin kearah musuh yang harus ia musnahkan.
"20 tahun yang lalu kalian dengan tega membunuh ayahku yang baru saja merasakan senang karena ibuku baru saja melahirkan aku, tapi kalian dengan kejamnya membunuh ayah dengan alasan tak masuk akal." Ucap Ayunda pelah hampir berbisik.
"Dewangga wajib dibunuh karena ia pengkhianat, pengkhianat itu sebuah dosa besar yang harus ditebus dengan nyawanya sendiri." Saut Clarissa dengan berani bahkan ia tersenyum remeh.
Crakk!!
Ujung pisau berhasil menembus bahu clarissa membuat darah langsung merembes keluar.
"ARRGGHHHH." Teriaknya yang merasakan kesakitan.
Sedangkan Nyonya Tika hanya bisa berteriak memohon agar clarissa dilepaskan, namun ayunda seakan tuli, ia hanya menganggap suara permohon itu hanya angin lalu.
"Bagaimana rasanya? Enakkan?" Bisik ayunda.
Wajah clarissa berubah semakin tegang saat pisau itu diarahkan ayunda tepat dilehernya, bahkan pisau itu sudah berhasil menggores leher membuat darah merembes turun membasahi bajunya.
Clarissa hanya bisa menangis, ia tak berani bersuara apalagi bergerak, pisau tajam itu bisa saja langsung menggorok lehernya.
"Ayunda, tante mohon jangan bunuh clarissa."
Wooshh
Pisau itu diayunkan ayunda dengan cepat menggorok leher clarissa, seketika darah menyembur keluar.
"Ngrok Ngrokk"
Suara seperti orang ngorok menandakan leher clarissa yang hampir putus.
"AAAA TIDAKKKK, CLARISSAA ANAKKUUU!!" Nyonya Tika berteriak histeris saat menyaksikan anaknya dibunuh di depan matanya.
"Hiks Hiks kalian jahat."
Mbak dania dan rahendra memakai sarung tangan latex, menyeret tubuh yang tak lagi bernyawa itu keatas meja datar, di samping meja terdapat tang, kapak, pisau kecil, serta linggis.
Ayunda berjalan kedepan, mengambil tang yang ada dimeja. Dengan tatapan serius, ia mulai menyabut satu persatu kuku tangan dan kaki, menimbulkan suara ngilu.
Kuku yang sudah ia cabut dimasukan kedalam kresek transparan dengan darah dan daging yang ikut tercabut.
Setelah itu ayunda langsung mengambil pisau kecil, dengan penuh kehati-hatian ia menyayat kulit clarissa. Mbak dania dan rahendra menatap ngeri kearah ayunda yang terlihat menikmati pemandangan tersebut.
"Rahendra tolong ambil kotak kayu didalam rumah dan bawa kesini." Ucap ayunda yang langsung dibalas anggukan.
Kulit bagian kaki dan paha sudah selesai, kini tinggal membelah dada untuk mengambil jantung serta hati clarissa.
Darah menyebur keluar saat dada itu dibelah menggunakan pisau, membasahi seluruh pakaian dan badan ayunda.
Tangan yang bersarung tangan latex itu masuk kedalam dada clarissa, mengobok-ngobok isi dalam dada itu, mencari letak jantung. Setelah menemukannya dengan kasar ayunda menarik jantung itu hingga putus beserta hati clarissa.
"Ini kotaknya, nda." Ucap Rahendra meletakan kotak disamping ayunda sembari menahan mual akibat aroma darah yang menusuk hidung.
Kuku, kulit, jantung, dan hati itu dimasukan ayunda kedalam kotak.
Kemudian ia mengambil kapak yang tajam, ayunda mulai memotong kaki dan tangan clarissa serta memutuskan kepalanya. Tubuh yang sudah ia mutilasi dimasukan kedalam kotak besar itu, membungkusnya menggunakan bubble wrap hitam yang ia beli dua hari lalu.
Ayunda mengelap tubuhnya serta mengganti pakaian yang terkena darah itu menjadi hoodie hitam. Tak lupa mbak dania dan rahendra memakai pakaian yang sama.
Mereka bertiga menyeret kotak itu masuk kedalam mobil. Rahendra langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah kian oliver.
Kurang lebih 20 menit akhirnya mereka telah tiba di dekat rumah kian oliver. Rahendra memundurkan mobilnya agak tak terlihat di CCTV.
Ayunda dan Rahendra keluar dari mobil membawa kotak itu, tak lupa mereka memakai masker dan kacamata hitam serta topi.
Mereka berjalan kearah samping, kebetulan terdapat tangga disana, ayunda langsung saja memanjat tangga tersebut, ia memperhatikan sekitar yang terlihat sepi. Langsung saja ia melemparkan kotak itu tepat berada di halaman samping.
Dengan terburu-buru ayunda turun dan langsung lari kearah mobil. Mereka tersenyum senang dan saling pandang.
"Kita langsung pulang aja ya, aku mau mandi nih." Ucap Ayunda.
"Oke, nanti malam kita mencari informasi lagi." Sahut Rahendra.
Rahendra langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan wilayah perumahan kian oliver.
bukannya alex cidera parah ya