NovelToon NovelToon
Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Terjebak Dalam Dunia Pria Yang Mengaku Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Time Travel / Dokter Genius / Cinta Beda Dunia / Penyeberangan Dunia Lain / Dark Romance
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Azida21

bijak dalam memilih bacaan!


"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.

Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."

*****

Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.

Kecuali satu hal, kini ia punya suami.

Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”

Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...

Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Cincin Baru untuk Menutupi Luka Lama

Langit hari itu mendung pucat, nyaris tanpa warna. Seolah langit pun menyimpan sesuatu yang tak ingin diungkap.

Ares mengemudi dengan satu tangan di setir, sementara tangan satunya menggenggam jemari Zeya di pangkuannya. Ia meremasnya pelan, memberi rasa hangat dan aman,meski di balik kulitnya sendiri, telapak tangannya basah oleh keringat yang tak terlihat.

Bukan karena gugup. Tapi karena takut. Takut kehilangan kendali.

“Apa kamu capek, Sayang?” tanyanya lembut, menoleh sesaat ke arah Zeya yang duduk diam di sampingnya.

Zeya menggeleng pelan. “Enggak… tapi agak tegang aja.”

“Tegang kenapa?” Ares tersenyum kecil, menimpali dengan nada santai. “Kita cuma mau beli cincin, bukan ikut ujian nasional.”

Zeya tertawa ringan, tapi Ares bisa menangkap keraguan di balik suara itu. Tawanya tidak seperti biasanya. Terdengar ragu, mengambang, seperti seseorang yang belum yakin akan tempatnya berpijak.

Ares mempererat genggaman tangan mereka.

"Aku ingin kamu nyaman hari ini. Nggak perlu mikirin hal lain. Fokus aja ke hal kecil yang penting,seperti cincin yang bakal terus ada di jarimu."

Zeya tidak menjawab, hanya menunduk sedikit dan membalas genggaman itu dengan lembut. Tapi Ares tahu,di balik tatapan mata gadis itu, masih ada tanya yang menggantung.

Dan sebelum tanya itu berubah jadi penyelidikan, ia harus membuat pengalih.

*****

Mall itu penuh orang, tapi bagi Ares, dunia hanya berisi Zeya. Suara riuh, langkah kaki, musik dari toko-toko,semuanya lenyap di balik misi yang lebih besar yaitu mengembalikan kendali dan membuat zeya percaya padanya.

Begitu mereka masuk ke butik perhiasan yang sebelumnya sudah ia pesan, manajer toko langsung menyambut.

“Selamat siang, Dokter Ares. Silakan masuk. Seperti yang Bapak minta, kami sudah menyiapkan beberapa koleksi cincin couple terbaru.”

Zeya menoleh padanya, heran. “Kamu udah pesan duluan?”

Ares tersenyum. Senyum itu… senyum yang sama namun pada orang yang berbeda.

“Tentu. Aku ingin kamu lihat yang terbaik. Karena kamu pantas dapetin nya.”

Kalimat manis yang dilontarkan Ares bukan basa-basi. Tapi juga bukan sepenuhnya jujur. Ia tidak memesan untuk memberi kejutan romantis. Ia memesan… agar semua berjalan cepat dan terkendali.

Zeya melangkah pelan, memandangi etalase kaca berisi puluhan cincin berkilau. Matanya berhenti pada satu cincin emas putih dengan ukiran lembut di pinggirnya.

“Aku suka yang ini,” ucap Zeya, nyaris seperti bisikan.

“Kenapa?” Ares mendekat, menundukkan wajahnya sejajar dengan milik Zeya.

“Nggak terlalu mencolok… tapi tetap cantik.”

Senyum kecil mengembang di bibirnya, dan Ares sempat membeku.

Ia lupa sudah berapa lama tidak melihat senyum seperti itu dari Zeya.

Ia menoleh ke pegawai. “Yang ini saja. Tapi tolong… ukir inisial di dalamnya.”

“Inisial?” Zeya menatapnya dengan kening berkerut. “Inisial namamu?”

Ares mendekat lagi, lebih pelan, dan membisikkan lembut di telinganya.

“Namaku… dan satu kata yang cuma kamu yang tahu.”

Zeya menoleh cepat. “Kata apa?”

Ares tertawa kecil. “Rahasia. Nanti malam, aku kasih tahu.”

Zeya memutar matanya, pura-pura kesal. Tapi Ares tahu,fokusnya sudah bergeser. Dan itu yang ia butuhkan.

Ia butuh waktu.

Setelah Cincin itu selesai disesuaikan dalam satu jam. Ares tidak peduli dengan harga, bahkan tidak membaca bon pembelian. Ia hanya ingin Zeya menggenggam kotak kecil itu. Menyentuh simbol baru yang ia siapkan untuk mengaburkan segala celah yang mungkin terbuka.

Saat mereka keluar dari butik, Ares berjalan sedikit di belakang Zeya, matanya terus memandangi punggung gadis itu.

Apakah kamu masih percaya padaku, Zeya?

Atau kamu hanya mengikuti arus karena belum tahu harus menolak dari mana?

Mereka duduk di sebuah kafe kecil di sisi koridor mall. Pelayan datang, membawakan minuman dingin dan sepotong cake stroberi yang entah mengapa dipilih oleh Zeya.

Ares memperhatikan cara gadis itu menusuk kue dengan garpu kecil, seperti sedang menahan pikiran-pikiran yang tak bisa dikatakan.

Lalu pertanyaan itu keluar.

“Kalau kamu bisa mengingat masa lalu kita…Apa kamu masih ingat tanggal pertama kali kita ketemu?”ujar Zeya mencari celah untuk mendapatkan petunjuk.

Ares terdiam,Bukan karena tidak tahu jawabannya. Tapi karena ia tidak ingin gadis itu mendapatkan petunjuk.

Jadi Ares memilih diam sejenak, lalu memutar gelas kopinya pelan.

Ia menatap Zeya, lalu tersenyum.

“Aku nggak akan jawab sekarang.”

“Kenapa?” Zeya mengerutkan dahi.

“Karena aku mau kamu yang ingat duluan,” balas Ares lembut, meski nadanya terdengar tegas.“Biar kamu yakin itu memang kenangan kita. Bukan sekadar cerita yang aku tempelkan di kepalamu.”timpal nya lagi.

Zeya terdiam. Wajahnya terlihat bingung, sekaligus tertarik. Ia mengangguk pelan, mencoba memahami, mungkin juga sedikit curiga.

Ares meraih tangan Zeya di atas meja. Ia menatap wajah gadis itu dalam-dalam.

“Sayang…” bisiknya.

“Seberapa pun kamu berusaha mengingat, aku akan tetap di sini. Menunggu kamu. Sama seperti waktu itu.”ujar Ares agak ambigu.

Zeya mengangkat wajahnya. Matanya menyimpan kebingungan, seperti seseorang yang ingin percaya… tapi belum menemukan dasar.

Ares mencium punggung tangan itu dengan lembut.

Ia tidak tahu berapa lama waktu yang ia punya. Tapi selama cincin itu ada di jari Zeya, selama senyum itu masih bisa ia munculkan sesekali…

Ia akan bertahan.

Bertahan dalam kebohongan yang ia bangun perlahan.Demi seseorang yang mungkin tidak pernah memilihnya sejak awal.

1
Gedang Raja
bagus
Azida21: terimakasih🥰
total 1 replies
Kem mlem 🍨🍨🍨
Gimana sih thor, nggak sabar ni...
Azida21: Sabar yah,Author usahain update bab nya banyak hari ini❤️
total 1 replies
Kami
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
Azida21: terima kasih sudah baca,di tunggu kelanjutan nya yah🤭
total 1 replies
kawaiko
Jauh melebihi harapanku.
Azida21: terima kasih☺️,Author senang kalau kamu puas dengan karya nya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!